08 | Demam

42 4 0
                                    

Tringgg...

"Berisik deh," teriaknya. Jam beker yang dirasa mengganggu dirinya kali ini membuatnya reflek melempar benda itu ke karpet agar bunyinya tidak langsung merasuki telinganya.

Alicia membuka matanya perlahan, sambil memegang dahinya yang masih terasa bersuhu tinggi. Sedangkan tangan satunya menyalakan ponsel.

"Kok, jam setengah delapan?" pekiknya. Seharusnya jam beker yang barusan berbunyi itu tanda waktu untuk dirinya berangkat ke kantor, bukan waktu untuk bangun tidur.

Perempuan itu bingung, jam masuk kantornya pukul delapan. Sedangkan, sekarang dia belum apa-apa. Mana jalanan kota Surabaya pasti macet.

Apabila harus izin karena sakit, Alicia berpikir ulang. Siapa yang akan menggantikan tugasnya di kantor? Dia tidak enak jika rekannya malah sharing jobdesc untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya milik Alicia.

Tanpa berpikir panjang, Alicia segera menyambar seragam kerjanya yang tadi malam diseterika. Kemudian merapikan rambutnya sembari memesan ojek online. Bisa-bisanya ketika urgent begini ia harus menunggu ojek online, karena motornya bermasalah lagi.

Alicia mengambil sebungkus roti dan sebotol air mineral. Mengemasi beberapa keperluan kerjanya. Lalu segera menunggu driver di depan. Untungnya, sesaat kemudian beliau sudah sampai di depan rumahnya.

Meskipun driver itu datang dengan cepat, namun semesta sedang tak berpihak padanya. Dugaan buruknya benar, dirinya terjebak macet sekarang. Tak ada jawaban lain selain menunggu. Andai saja dia punya baling baling bambu pasti tidak sampai 5 menit saja sampai.

Sesampainya di lobi kantor, ia berjalan cepat agar segera menuju ruangannya di lantai tiga. Baru saja membuka pintu ruangan, dia berpapasan dengan Pak Rozi. HRD nya itu tampak berbincang serius bersama Bu Reni.

Alicia meneguk ludah. Cemas. Langkahnya kian pelan untuk menghampiri mejanya.

Pak Rozi memandangnya, dari posisinya berdiri yang hanya beberapa meter dari meja Alicia. "Bisa-bisanya jam segini kamu baru datang?"

"Mohon maaf pak, saya sudah datang dari tadi. Namun, saya ke toilet dulu karena lagi kurang fit." Alicia reflek berbohong. Tanpa memikirkan apabila akan ketahuan dari absensi karyawan. Tidak diprediksi juga Pak Rozi berada disini sepagi ini. Keterlambatan Alicia hanya sepuluh menit, namun sama saja judulnya terlambat.

"Kamu kebanyakan makan seblak ya?" Jawaban Pak Rozi membuat Alicia bernafas lega. Masih ada nada bercanda darinya.

"Nggak pak. Saya mual tadi," jawab Alicia tanpa ragu.

"Untungnya kamu masih bisa masuk. Biar tidak membingungkan teman." Pak Rozi melenggang pergi sembari membawa berkas yang baru saja diberikan Bu Reni.

***

Senin ceria dengan mata kuliah akuntansi lanjutan yang disambut dengan kekuatan fokus oleh mahasiswa kelas akuntansi B. Alicia, Ersya, dan Amira menduduki bangku deret paling depan untuk menambah fokus mereka. Sedangkan belakangnya, ada Yoga, Afif, beserta dua temannya.

"Al, Alicia?" celetuk Yoga, melihat Alicia yang berada dibangku depannya itu baru saja menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Tumben. Padahal dirinya berniat tanya jawaban.

Alicia menoleh. "Ada apa Yog?"

Yoga yang menyadari Alicia terlihat pucat lantas mengurungkan niat. "Btw, kamu nggak habis ngapa-ngapain kan?" tanyanya dengan lugu. Membuat Yoga mendapatkan toyoran yang dilayangkan oleh Ersya. "Ngawur kamu Yog. Rusak."

"Loh, gimana sih? Maksudnya barangkali dia masuk angin habis begadang di teras rumah? Mending istirahat sih Al." Yoga menyarankan. Daripada dia memaksakan ikut kelas.

"Iya deh Al, mendingan kamu izin balik duluan juga gak apa." Ersya menambahkan. Pasalnya, semenjak datang ke kelas, Alicia terlihat sedang kurang sehat.

"Gak apa. Mual dikit, aku mau ke toilet bentar." Alicia melenggang pergi meninggalkan kelas. Selang beberapa menit, Ersya mengikuti Alicia karena takut kenapa-kenapa.

"Selesaikan dulu, gak keburu." Ersya memijat tengkuk Alicia. "Gimana?"

"Air. Kayaknya aku kebanyakan minum tadi, sampai kembung."

"Tapi kamu demam banget lho ini." Ersya mengecek suhu tubuh dengan menempelkan punggung tangannya di dahi Alicia. "Aku antar ya? atau kamu udah ada janji pulang bareng adiknya Yoga?"

"Kamu telat pulang nanti. Aku mau naik ojek online aja."

"Seriusan Al? Kalau kenapa-napa dijalan gimana?"

"Gak kok. Aku nggak merasa mau pingsan."

Ersya mengangguk, Alicia bisa memastikan keadaannya tidak begitu parah. Ersya pun tidak bisa memaksa kehendak temannya ini. "Tapi, mampir ruang kesehatan sebentar ya."

Ersya menggandeng tangan Alicia agar segera mengikutinya menuju ruang kesehatan. Pikirnya supaya kondisinya lebih baik, bisa dicoba untuk mengoleskan minyak.

"Kamu nggak butuh obat?"

Alicia menggeleng. "Aku juga gak bisa prediksi apa. Ntar aja di rumah. Penting enakan dikit."

Sekembalinya ke kelas, Alicia melanjutkan mengikuti mata kuliah. Beberapa menit lagi dosennya selesai mengajar, karena kini sudah memasuki sesi tanya jawab materi.

***

Sesampainya di rumah, Alicia merebahkan dirinya di sofa. Menyalakan televisi untuk mengusir keheningan. Beginilah, hall yang tidak disukainya adalah ketika dirinya sakit, tidak ada seseorang yang menemaninya di rumah. Mau tak mau, semua harus dilakukan sendirian.

Setelah Alicia beberapa beberapa kali berpikir, ia memutuskan tetap berangkat pagi untuk bekerja. Namun, pada sore harinya ia tidak pergi ke kampus.

Alicia mengirim pesan kepada Afif, untuk meminta tolong apabila diperlukan izin tidak mengikuti perkuliahan.











































Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang