"Tapi bu, memang kebijakan seperti itu sudah umum berlaku di berbagai perusahaan. Cuma kenapa tiba-tiba perusahaan ini ikutan ya? Katanya mau memanusiakan manusia," ujar Citra.
"Ya, memang income perusahaan ini masih bisa konsisten. Cuma..." perkataan Bu Reni belum selesai.
"Cuma kenapa bu? Apa jangan-jangan perusahaan ini sedang melakukan antisipasi supaya tidak mengalami income yang anjlok di kemudian hari?" sahut Citra, penasaran bagaimana asumsi dari salah satu staf-nya.
Reni berusaha mengecilkan volume suaranya. "Apa kamu tidak bisa membaca situasi, Cit? Kalau kebijakan tentang pesangon itu berjalan. Maka, loyalitas pegawai terhadap perusahaan ini semakin tinggi."
Alicia yang mendengar perbincangan rekan kerjanya ini menjadi sadar. Ternyata huru-hara yang diributkan orang-orang di kantornya ini tentang pesangon.
"Terus kenapa Bu?" tanya Citra lagi, seperti orang polos.
"Jadi gini, uang pesangon hanya diberikan kepada pegawai yang memang masa kerjanya sudah habis. Orang-orang yang merasa mulai nggak betah disini, kalau mau resign jadi ragu kan? Nggak mungkinlah dapat pesangon, aneh. Apalagi kalau dia mengajukan, di acc, tetapi dia harus ganti rugi jika masa kontraknya belum habis." Reni menjelaskan sebagaimana yang dia tahu.
"Tapi kok beberapa waktu lalu, Pak Doni resign malah dapat salam tempel?" Citra bertanya lagi dengan penasaran. Sebagai orang baru, banyak hal yang tidak ia tahu tentang seluk beluk disini.
"Setahu saya, itu komisi khusus Pak Doni sebagai tim marketing yang berhasil naikin drastis penjualan setahun yang lalu setelah anjlok," ujar Reni.
"Makanya Cit. Kamu kalau kerja yang bener," Reni mengingatkan. "Kamu juga Alicia, kelihatan rajin banget kamu dari tadi?"
Alicia tersenyum kecil. "Ini saya lagi membetulkan file, ada beberapa revisi."
"Baguslah kalau begitu, saya tinggal dulu ya." Reni melenggang dari ruangan itu.
Alicia mendadak kepikiran. Bagaimana jika perusahaan yang sedang ia kontribusi-kan ini lama-lama mengeluarkan aturan baru. Tidak sebagaimana yang mereka jelaskan ketika proses rekrutmen. Apalagi, jika aturannya aneh.
Terlintas pada benaknya, apakah disini Alicia dapat bertahan lama? Dia sama sekali tidak memiliki gambaran tentang perusahaan yang akan dituju apabila kemungkinan terburuk terjadi.
Ah sudahlah, itu hanya sebatas pemikiran yang berlebihan. Yang terpenting, selama setahun ini Alicia mengerjakan segala jobdesc dengan selalu mengusahakan yang terbaik. Sebenarnya realistis saja, Alicia berusaha menyempurnakan segala pekerjaan yang diberikan dengan tujuan atasannya menilai kinerjanya baik. Dengan itu, dia akan dipertahankan untuk menjadi bagian accounting disini. Hasilnya lumayan cukuplah untuk memenuhi kehidupan pribadinya dan biaya kuliahnya.
***
"He rek! Sebentar-sebentar, ada informasi baru!" seru Afif, si ketua kelas akuntansi B.
Seisi kelas langsung menghentikan aktivitasnya. Mengalihkan atensi kepada Afif.
"Kenapa nih, kabar baik kah?" tanya Ersya.
"Jadi, Bu Farah hari ini nggak bisa hadir karena ada keperluan penting dengan admisi ..."
Sebagian dari mereka pun sumringah. Bagaimana tidak? Bu Farah sebagai dosen muda disana terkenal cukup killer. Meskipun parasnya bak artis korea, tetapi beliau sama sekali tidak bisa senyum. Suka membuat mahasiswanya terkejut karena tiba-tiba di tengah keheningan, beliau memanggil suatu nama untuk mengerjakan soal yang dibuatnya.
"Sebentar, jangan senang dulu. Sebagai gantinya, Bu Farah memberikan tugas yang baru aja aku kirim di grup. Seperti biasa, yang mengumpulkan terlebih dahulu dapat nilai tambah, asalkan jawabannya juga tidak ngasal," Afif melanjutkan penjelasannya. Membuat sumringah mereka sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
General FictionAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...