Derap langkah kaki terdengar di telinga Afif yang sedang duduk sembari menunduk di depan kelas. Sontak membuat Afif mendongak ke atas, saat melihat kaki laki-laki itu berhenti berjarak beberapa centimeter di depan wajahnya.
Afif lantas berdiri, menatap tajam laki-laki yang terlihat ketus itu.
"Awas aja kamu, kalau sampai macam-macam lagi ke Alicia, tahu sendiri akibatnya." Devan yang tiba-tiba menarik kerah kemeja Afif, membuat Ia terkejut.
"Apa!? Mau ngomong apa lagi hm?" Afif yang tak terima atas perlakuan itu, lantas melakukan hal yang sama. Bisa-bisanya ketenangannya malam ini diusik oleh Devan.
"Eh, sudah-sudah! Ngapain sih kalian pakai ribut di sini?" omel Alicia ketika baru keluar kelas. Mendapati Afif dan Devan sudah saling pandang dengan tatapan sengit.
"Dia dulu sih," ujar Afif mengelak. Dia langsung melepas cekalan pada kerah Devan. Lalu segera pergi dari hadapan mereka.
Alicia tampak berkacak pinggang. "Mas, ngapain sih pakai berantem di kampus? Malu tahu. Lagian, masalah itu selesai."
"Siapa mau berantem? Aku mau melindungi kamu dari orang gak jelas itu. Mumpung papasan, sekalian dikasih peringatan."
Alicia menghembuskan nafas kasar. Devan kalau sudah emosi, biasanya suka kelewatan. Untung saja, perbuatan mereka barusan ketahuan. Kalau tidak, bisa-bisa terjadi hal konyol seperti berantem di kampus. Ah, mau ditaruh mana reputasi mereka.
"Ya sudah. Pokoknya aku ingatin ke mas, nggak usah mengungkit masalah itu lagi. Oke? Aku pergi dulu." Alicia melenggang meninggalkan Devan yang masih mematung untuk mencerna perkataan perempuan itu.
"Eh, tunggu!" Devan mempercepat langkahnya agar menyamai Alicia. "Kan aku nyari kamu, malah pergi. Ikut."
Setelah kejadian Afif lalu, membuat Devan semakin cemas membiarkan Alicia sendirian.
"Iya-iya, gitu aja marah. Aku tadi nggak niatan berantem kok. Aku nggak memperpanjang masalah itu lagi deh," ujar Devan sembari membujuk Alicia yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Alicia mengerutkan dahi. "Hih, siapa yang marah? Sudah ya, mas jangan mengikuti aku, aku mau cari make-up." Alicia tersenyum, agar Devan semakin percaya bahwa dirinya tak marah.
"Ikut!"
"Ini masalah cewek. Mas mau nyobain bedak di sana?"
Devan menggeleng cepat. "Aku temani kamu. Malming ramai, bahaya."
Alicia mengangguk. Permintaan Devan itu susah untuk ditolak. Padahal, sebenarnya Alicia ingin me time setelah Ersya dan Amira menolak ajakan Alicia girls time untuk hunting make up. Katanya, mereka sedang lelah sehingga malam minggu ini ingin banyak istirahat. Daripada menunggu mereka, lebih baik Alicia berangkat sendiri karena kebutuhannya itu sudah habis.
"Gak pengen beli online?" tanya Devan ketika memasuki pusat perbelanjaan yang cukup ramai itu.
Alicia menggeleng. "Aku pengen coba pakai brand lain. Tapi, sering keliru kalau cocokin dari katalog online. Jadi, mending beli langsung begini ada sampelnya. Apalagi, di sini sering diskon."
"Halah, niatmu cari diskon. Itu cuma gimmick marketing."
"Ih, nggak ya mas. Aku sudah research harga, beneran diskon kok." Alicia menyanggah, Devan ini seakan tahu saja tentang make up.
Devan hanya mengamati Alicia yang sedang melihat detail tiga benda yang ada di tangannya. "Sama. Bagus semua."
"Belum juga mas tahu hasilnya, sok-sokan bilang gitu."
"Emang bedanya apa?" Devan menunjuk benda itu.
"Lipstik, lipcream, lipbalm. Beda tekstur, beda fungsi." Alicia menunjukkan sesuai namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
General FictionAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...