26 | Unik dan Aneh

11 1 0
                                    

Devan mengalihkan pandangan dari laptopnya, lalu mengamati Alicia yang sedang mengisi angka-angka di sebuah buku besar. "Lah, sebanyak itu?"

"Iya mas, bagian yang seharusnya dikerjakan Fira tetapi dia nggak bisa. Makanya aku lanjutkan aja."

"Unik. Orang sudah jahat kelewatan kayak gitu, masih aja dibantuin." Devan tidak terima Alicia masih mau saja menuruti untuk memberi bantuan Fira. Salah satu mahasiswa yang suka membuat masalah dengan Alicia, meskipun Alicia sendiri tidak bersalah.

"Unik? Lantas kenapa kamu juga mau berteman dengan manusia unik ini?" Alicia menaikkan sebelah alisnya, seakan ingin mendapatkan jawaban.

"Salah satu hal yang bikin aku mau temanan sama kamu, ya karena kamu berbeda."

Alicia mengernyitkan dahi. Kalimat ini agak ambigu. Rasa penasarannya kian muncul, apalagi Devan tak kunjung melanjutkan pembicaraannya.

"Gentle untuk mengakui kesalahan. Aku reflek berkata kasar, kamu tetap mau meladeni dan berniat menebus kesalahanmu itu. Sejauh ini, orang-orang yang aku perlakukan seperti itu, mereka langsung kabur daripada dapat pelajaran dari aku." Devan mengingat tentang pertemuan pertama dengan Alicia yang tiba-tiba menjatuhkan laporan yang seharusnya akan dikumpulkan. Gara-gara Alicia, dirinya harus rela berbohong kepada dosennya dengan mengatakan ada insiden dirinya habis jatuh. Sampai-sampai dosen itu mencibir Devan sebagai mahasiswa magister kebanyakan alasan.

Devan meninggalkan Alicia sebentar untuk cuci muka, rasa kantuknya hampir menghilangkan kesadarannya.

Barang-barang Devan masih di meja kantin tersebut, lalu tak sengaja Alicia melihat beberapa notif dari ponsel Devan yang bergetar beberapa kali.

Alicia melihat layar ponsel yang menampakkan room chat dengan Yoga. Ada beberapa pesan yang baru masuk. Namun, pesan di hari sebelumnya membuat Alicia salah fokus gara-gara membawa-bawa nama dirinya di chat itu.

Tanpa berpikir panjang, Alicia langsung melakukan ekspor riwayat chat pribadi Yoga dengan Devan dan segera mengirimkan ke kontak WhatsApp Alicia. Lalu menghapus riwayat pengiriman yang baru dilakukan ini dengan segera.

Alicia kembali berpikir. Mengenai pembicaraannya barusan. Menurutnya yang dimaksud Devan adalah perihal yang biasa dilakukan. Sebatas manner. Tentunya lumrah terjadi jika bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuatnya sendiri.

"Normal loh mas, memangnya orang-orang gimana?" tanya Alicia penasaran kepada Devan yang baru saja kembali dari kamar mandi.

"Ah, kamu ini nggak paham-paham aja. Sudahlah aku mau ke kelas." Devan menutup laptopnya, kemudian menjauh dengan langkah buru-buru.

Alicia hanya geleng-geleng kepala. Biarkanlah dia mengikuti jam kelas lagi. Rasanya penjelasan Devan tadi ada yang aneh. Apa jangan-jangan Alicia sendiri yang memang telat paham? Sudahlah, perbedaan jalan pikiran terkadang perlu dimaklumi mengingat usia mereka terpaut 8 tahun.

Alicia mendadak merasakan ada yang memijat bahunya dari belakang. Dia pikir itu Devan yang kembali lagi ke sini barangkali kelasnya tidak jadi dimulai, ternyata Ia salah prediksi.

"Rajin banget ya mbak?" ujarnya, lalu duduk di samping Alicia.

"Nanggung dikit lagi." Alicia tersenyum kecil kepada Afif lalu melanjutkan aktivitasnya yang terjeda sebentar.

"Bisa nggak?" Afif memastikan. Dia tahu, Alicia tadi kena bagian tugas kelompok dengan Fira. Orang yang kelihatan membenci Alicia. Apalagi, Fira itu biasanya menjadi beban kelompok. Jarang melakukan kontribusi.

"Bisa. Sudah kok." Alicia menutup bukunya.

Padahal, Afif dengan senang hati membantunya. Kasihan dengan Alicia yang kerja sendiri. Meskipun, laki-laki ini sebenarnya sadar bahwa kemampuan Alicia tidak perlu diragukan.

Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang