Alicia sedang berada di depan kios kantin untuk menunggu pesanan kentang gorengnya siap. Dirinya sambil celingukan, melihat situasi kantin yang lumayan ramai pukul delapan malam ini.
Dirinya kemari sendiri. Meskipun hari ini kebetulan dosen yang bisa hadir hanya untuk satu mata kuliah, Ersya dan Amira buru-buru pulang supaya segera tidur.
Dan saat pandangannya beralih pada ujung kantin, Alicia melihat perawakan dari belakang yang tak asing baginya. Ia sontak berlari kecil menghampiri.
"Hallo Van!" Alicia menyapanya dengan senyuman lebar pula.
Devan menaikkan sebelah alisnya. "Apa? Mau duduk sini?"
"Iya, boleh aku ikut disini?"
Devan mengangguk singkat kemudian melanjutkan menyantap makanannya sembari fokus menatap laptopnya serius. Terlihat dari raut wajahnya yang datar itu sedang lelah. Bahkan kantung matanya terlihat jelas.
"Mending dihabisin dulu mie ayamnya, daripada takutnya ketumpahan di laptop, kan sayang." Alicia mengingatkan.
Devan menyantap dengan lahap mie itu untuk segera bisa melanjutkan tugasnya.
"Semester baru kelihatannya sesibuk ini ya? Berapa SKS?" Alicia mencoba memecah keheningan.
"Gak ngitung. Intinya padet." Devan mulai mengetik tugasnya itu.
"TI kebanyakan di kelas ngapain? Atau dominan di lab?" lanjut Alicia. Pikirnya ada banyak perbedaan antara jurusannya dan jurusan Devan.
"Banyak presentasi. Mau gabung TI?"
Alicia menggeleng pelan. Kenapa pertanyaan itu diseriusin. Padahal, dirinya hanya basa-basi.
"Oh ya Van, kamu tahu nggak UKM Teknologi di kampus ini? Barangkali kamu tahu, kan sejalan sama jurusan kamu. Atau teman-teman kamu banyak yang ikut?"
Devan terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu hal.
"Van? Aku nanya nih. Aku lumayan tertarik sih."
Sepertinya hari mulai malam yang membuat Devan kurang sinkron diajak bicara.
"Eh, ya daftar aja di kakak kelas," ujar Devan.
"Kamu tahu tentang UKM itu?" Alicia menanyakan ulang.
"Fokus mereka pada skill coding, UI UX, editing audio dan video. Nanti disana bakalan diajarin sama mentor khusus. Tetapi tetap kepengurusannya dari mahasiswa," Devan menjelaskan.
"Emh, gitu. Paham banget kamu ya."
Devan mengusap tengkuknya. "Katanya anak-anak gitu. Gabung aja, produktif kok disana. Tapi gak capek?"
Alicia menghembuskan nafas kesal. "Rencana ikut. Katanya disini wajib ikut kegiatan non mata kuliah. UKM, kepanitiaan, himpunan gitu. Bisa buat nambahin poin untuk mempermudah kelulusan."
Devan menyangga dagunya, menahan tawa. "Lucu. Gitu percaya?"
"Ya, percaya nggak percaya."
"Labil. Lah kalau pakai logika masuk nggak?" Devan bertanya balik. Aneh juga Alicia ini.
Alicia berpikiran sejenak. "Menurutku sih, ikut nggak ikut tergantung tujuan masing-masing. Kalau ikutnya cuma formalitas atau bahkan ikutan karena teman, takutnya malah dampak positif kegiatan untuk dirinya sendiri itu sendiri tipis."
"Tuh ngerti, terus?"
"Ya, masih mikir Van. Makanya aku sambil tanya-tanya juga. Kalau menurut kamu, ikutan gitu penting?"
"Tergantung butuhnya untuk apa. Untuk sekarang aku nggak dulu." Devan menjawab dengan enteng. "Gak pulang?"
"Kamu ngusir aku?" Alicia tersenyum kecil. Sebenarnya ia takut bersalah atas pertanyaan yang diterimanya itu, mungkin saja kehadirannya disini mengganggu waktu Devan yang mengerjakan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
General FictionAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...