Pagi yang cerah ini, Alicia berjalan menyusuri kampus untuk menuju aula utama. Gedung yang akan digunakan untuk melaksanakan prosesi wisuda diploma, sarjana, magister, dan doktor periode Agustus.
Alicia tadi membuat janji dengan Yoga, agar laki-laki itu mau menunggunya di bagian samping kanan aula. Kebetulan mereka sama-sama berangkat dari rumah di jam sembilan pagi. Meskipun acara sudah dimulai sejak pukul tujuh. Namun, tetap saja kuota untuk pendamping hanya dua. Untuk mama dan papanya saja. Sementara Yoga hanya kebagian menunggu di luar sampai prosesi selesai, untungnya Alicia bisa hadir hari ini, jadi bisa sekalian menemani temannya yang luntang-lantung sendirian itu.
"Hei, tumben nggak kayak biasanya?" sapa Yoga saat Alicia baru saja menghampirinya. Perempuan itu terlihat rapi dengan pakaian blouse dan celana kainnya.
Alicia terkekeh. "Kenapa emangnya? Agak lain?"
"Bukan. Apa ya, kadang kamu kelihatan pucat gitu loh biasanya." Yoga menebak-nebak.
Alicia baru menyadari maksud dari Yoga. Warna bibirnya sekarang membuat dirinya terlihat lebih fresh daripada biasanya. "Oh, aku ganti shade lipcream. Seperti terlalu mencolok ya?"
Perempuan itu agaknya salah meminta pendapat kepada seorang laki-laki. Tapi, siapa yang ditanyainya selain Yoga? Alicia tak mau tampilannya terlihat menor. Apalagi, Alicia nanti bakalan menemui orangtua Devan. Bukan apa-apa, Alicia hanya ingin tak terlihat berlebihan.
"Makin cerahan, seperti warna peach. Tapi bagus, nggak mencolok kok. Bukan kayak Amira, gores lipstik ke bibir aja sampai sepuluh kali."
Alicia tersenyum. "Makasih Yog. Tapi btw, nggak baik ngomongin teman sendiri. Apalagi dilebih-lebihkan kayak gitu."
Yoga tertawa lepas. "Hahaha, bercanda kali. Maksudku, make-up yang kamu pakai sekarang nggak kelihatan bold kayak kebiasaan Amira kok."
Tak lama, tatapan Yoga menyadari ada seseorang menyebalkan yang sedang berdiri di seberangnya. Perempuan itu tampak menoleh kesana-kemari seperti sedang mencari keberadaan seseorang.
Yoga reflek berbalik badan. Tadinya, dirinya di sebelah Alicia mendadak pindah menjadi berdiri di hadapan Alicia.
"Ada apa Yog?" Alicia terkejut Yoga tiba-tiba berada di depannya. Wajah laki-laki itu terlihat seperti orang bingung.
"Oh, anu. Biar kamu nggak kepanasan, Al. Kalau gini kan ketutupan aku."
"Ngapain repot-repot gitu? Panas jam segini masih bagus kok."
Yoga sontak terdiam mendapati tindakannya ditolak mentah-mentah. Ya, meskipun itu hanya alibinya sih.
"Eh Al, kamu sudah ada progres untuk skripsi kamu?" Yoga mencoba basa-basi hal lainnya.
"Sudah jalan. Kenapa Yog? Kalau kamu gimana?"
"Aku belum. Masih bingung mikirin judul yang pas." Yoga menggaruk tengkuknya. Rasanya cepat sekali teman-temannya sudah mengurusi skripsi. Minggu lalu, katanya Afif dan Ersya katanya sudah mulai mengawali mengerjakan skripsi. Sekarang, ternyata Alicia juga. Ah sepertinya Yoga terlalu lelah menjalani pekerjaan shift, sampai-sampai judul skripsi saja belum terbayang.
Alicia mengambil ponsel dari slingbag miliknya. Lalu membuka suatu website. "Aku ada beberapa referensi, mau aku kirimkan link?"
Yoga mengangguk antusias. Dia percaya yang diberi Alicia itu bisa membantunya, bukan dari website abal-abal.
"Al, ke sana yuk biar adem. Kamu lihat layar HP juga nggak silau." Yoga mengajak Alicia untuk menepi. Duduk di salah satu anak tangga gedung. Kebetulan ada space yang baru saja kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
General FictionAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...