14 | Afif Mulai Aneh

8 2 0
                                    

Kebut tugas. Hal yang seharusnya Alicia lakukan setelah lima hari tidak mengikuti kelas perkuliahan. Mengingat UAS juga semakin dekat, Alicia jelas tidak punya waktu untuk bersantai. Untungnya, tadi siang Ersya sudah memberikan list tugas yang diberikan selama Alicia tidak masuk. Jadi Alicia tidak perlu lagi mencari informasinya satu-persatu.

Namun sayangnya, website e-learning yang sehari-hari mereka gunakan sudah ditutup akses karena melewati tenggat pengumpulan. Mau tak mau, Alicia harus membuat tugas-tugas itu secara manual di atas kertas. Seperti regulasi yang dijelaskan pada kontrak belajar di awal semester lalu.

"Duarr!" Afif mengejutkan Alicia karena mencekik lehernya pelan. Laki-laki yang daritadi terlihat asyik sendiri di bangku paling belakang itu, tiba-tiba menghampirinya dengan membawa laptop. "Mana anak-anak, Al?"

"Lagi pada kena macet katanya. Oh ya, adakah tugas baru?" Alicia menyahuti. Barangkali Afif sedang membutuhkan bantuan.

"Nggak ada. Duh! Kamu ya, suka banget sama tugas, sampai ditanyain gitu?" Afif tertawa renyah. "Sampai mana ngerjainnya?"

Afif mengambil secara paksa lembar tugas Alicia yang kurang setengah lagi selesai. Dengan begitu saja, lembar itu lepas dari tangannya. Afif terlihat dapat mengerjakan dengan santai, namun terhitung cukup cepat.

"Fif, ngapain? Aku bisa sendiri. Sini." Alicia mencoba meraih bolpoin yang digunakan Afif. Berharap Afif dapat mengentikan aksinya menulis angka-angka di kertas itu.

"Biar cepat selesai, makanya ayo kita dikerjakan bareng. Keburu Bu Farah datang, nggak bisa leluasa ngerjain nanti. Lagian kamu masih kelihatan pucat gini, tetap maksain masuk." Afif melanjutkan aktivitasnya tanpa menggubris Alicia yang merecokinya. "Mending ya Al, kamu buka layar laptop aku. Sudah aku preview tugasku dari Pak Hendri. Kamu salin aja. Nilainya sempurna loh."

"Fif, kamu nggak perlu serepot ini." Alicia menjadi sungkan. Ternyata Afif berniat untuk membantu Alicia agar tugasnya segera selesai.

Afif tersenyum. "Al, nggak apa. Tiga tugas sebelumnya sudah selesai kan? Nah, sekarang tinggal aku beresin yang aku pegang ini. Terus kamu salin yang dari laptop. Enak dong selesai bareng. Nanti malam tinggal kasihkan ke beliau-beliau. Biar kamu nggak kebanyakan mikir, tumbang lagi kamu nanti."

Alicia mendengus pelan. Meraih peralatan di tangan Afif dan memintanya untuk menyudahi pekerjaannya adalah hal yang sulit. Daripada menghabiskan waktu untuk berdebat dan merebut, Alicia mengiyakan saja kemauan Afif dan melanjutkan menyalin jawaban dari laptop.

Perlu waktu lima belas menit, keduanya berhasil menyelesaikan laporan yang terlihat rumit itu dengan cepat. Maksudnya..rumit jika hanya dipandang dengan mengomel.

Alicia percaya saja terhadap kemampuan Afif dalam akademik itu tidak perlu diragukan. Laki-laki itu pernah menyandang status sebagai lulusan terbaik dari sebuah SMA favorit. Kemudian berhasil membantu mengelola usaha f&b milik ayahnya di usianya yang baru 20 tahun ini. Dan pastinya, nilai setiap semester miliknya 11-12 dengan Alicia, sama-sama nyaris sempurna.

"Makasih ya sudah bantuin aku. Kamu mau traktir apa nanti?" ucap Alicia yang cukup terbantu karena sekarang Bu Farah sudah memasuki kelas. Meskipun Alicia sebenarnya kurang suka tugas individu itu tercampur tangan oleh oranglain. Katakanlah saat ini dirinya sedang terdesak. Toh, Afif sendiri yang memaksa.

"Kapan-kapan aja. Tapi nggak kebalik?" jawab Afif sambil tertawa kecil.

"Kebiasaan. Dah duduk dulu sana."

***

"Ciyee, rajin banget nih anak."

Alicia jadi malu Ersya menyoraki pujian itu kepadanya. Seperti biasa, Ersya dan Amira terkadang hiperbola terhadap suatu hal.

Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang