07 | Makan Malam Tak Terduga

39 4 0
                                    

Mata kuliah usai pukul delapan malam, membuat Alicia enggan untuk cepat-cepat pulang. Menurutnya, ia memilih pulang setengah sepuluh saja.

Kehidupannya cukup leluasa sebab dirinya tidak dicari meskipun terlambat pulang. Sampai-sampai, Alicia betah untuk mengerjakan tugas di kampus disaat jam kuliah tiba-tiba harus selesai lebih awal, karena sering terganti dengan sistem hybrid.

Alicia paling suka mengerjakan tugas di kantin, karena pencahayaan yang lebih banyak daripada di area gazebo. Masih ada pengunjung kantin yang membuatnya tidak kesepian. Ditambah aroma sekitar kantin biasanya harum oleh masakan kantin.

Tak lupa, dia sering berpapasan dengan Devan yang mengerjakan tugas sembari makan. Minimal dia tidak celingukan sendirian.

"Hallo Van!" Alicia menyapanya. Seperti biasa, Devan setia untuk menempati bagian ujung kantin. Sudah mirip dengan wilayah kekuasaan.

"Hhm? Apa?"

"Boleh gabung ya?" pertanyaan ini dijawab anggukan oleh Devan.

"Kamu nggak makan Van?" Alicia menyadari Devan hanya mempunyai sebotol air mineral.

"Situ donatur? Kok ngatur?" sinis Devan.

"Ih, aku tanya. Barangkali mau dipesankan sekalian." Alicia berdiri dari posisinya. Melihat Devan yang hanya menggelengkan kepala, membuatnya segera membeli segelas es teh. Rasanya tidak nyaman jika hanya dirinya yang makan.

Sekembalinya, Alicia langsung eksekusi buku-buku yang telah dibeli. Disela istirahat kantor tadi, Alicia membaca sebagian halaman. Jadi, sekarang dia tinggal melanjutkan setengah sisanya.

Alicia menjeda sejenak aktivitasnya. Kini mengamati Devan yang terlihat serius mengamati layar laptop tanpa kedip. Jemarinya terlihat mengetik dengan cepat.

"Kenapa? Itu bukannya sudah selesai Van?"

Devan menoleh sekilas. "Sok tahu. Ini trouble."

Alicia jadi takut dengan nada bicara Devan. Dia memilih berkutat pada microsoft miliknya untuk melanjutkan revisi laporan.

"Al, aku pengen coba makanan. Ikut ya?"

**

Devan memberhentikan motornya di salah satu resto, sesuai kesepakatan keduanya ketika dijalan tadi. Yah, Devan senang ketika Alicia tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti tujuan tempat makan dimana. Devan tadi mengusulkan untuk mampir kemari karena menunya bervariasi dan nikmat. Alicia dengan senang hati menyetujuinya.

Malam minggu ini, hampir seluruh sudut ibukota ramai oleh kumpulan manusia. Termasuk disini. Keduanya dengan jeli mencari kursi dan meja yang masih kosong di resto yang kini nampak padat pengunjung meskipun sudah pukul sepuluh malam.

"Van, itu paling ujung yang tengah, masih ada tiga bangku." Alicia menunjuk tempat yang disebutkan itu.

"Oke." Mereka segera menuju kesana sebelum keduluan orang lain.

"Best seller nya apa Van?" Alicia penasaran. Dirinya takut kena zonk.

"Nasi goreng."

"Ih, kamu. Itu kan kesukaan kamu." Alicia protes. Sudah cukup bosan dia dengan nasi goreng kantin maupun dekat rumah. Kenapa disini harus nasi goreng lagi? Dia curiga Devan menyebut itu karena memang dirinya menyukai nasi goreng dimanapun penjualnya.

"Ngeyel Al."

Tak lama setelah itu, seorang pelayan mendatangi mereka.

"Selamat malam, silahkan kak." Pelayan itu menyodorkan dua buku. Satu untuk menu makanan dan satu lagi minuman.

Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang