Bagian 9 | Awal kesepakatan kelam

217 128 28
                                        

Bagian 9 | Awal kesepakatan kelam

"Semua tersembunyi, dalam ruangan sunyi, menarikan peluh pedih, lalu mati."

🖋🖋🖋

Hari jumat selalu berbeda dari kebanyakan hari dalam satu minggu. Sedikitnya mata pelajaran yang dipelajari dan jam pulang lebih awal selalu menjadi kenikmatan sendiri bagi para pelajar.

Tepat jam sebelas siang, parkiran murid berubah menjadi lautan manusia. Mereka berbondong-bondong mengeluarkan kendaraan masing-masing. Sebagian mengendarai sepeda, ada juga yang bermotor, lalu diantar-jemput oleh sopir pribadi.

Abimanyu menjadi bagian pengendara bermotor. Namun, ia tidak langsung ke parkiran, ia memilih menuntaskan panggilan Kepala Sekolah yang berbicara menggunakan pengeras suara. Beberapa temannya memilih pergi lebih dulu.

Hendra dan Surya pergi ke asrama untuk membersihkan diri pun mengganti pakaian supaya lebih kinclong ketika menunaikan ibadah nantinya. Galen menemani Sabili pulang ke rumah, katanya Sabili perlu bantuan memindahkan barang dari kos-kosannya. Sepertinya lelaki itu berniat minggat dan menetap di rumah sendiri walau jarak yang harus ditempuh mencapai 20KM.

Berakhir Abimanyu sendirian. Dia melangkah cepat menuju ruang Kepala Sekolah di lantai tiga. Abimanyu merasa beruntung sebab kelasnya, kelas sepuluh empat, berbaur bersama kelas sebelas satu hingga sebelas empat. Sedangkan kelas sepuluh lima hingga kelas sepuluh sembilan berada di lantai pertama, bergabung dengan kelas sebelas lima hingga sebelas sembilan.

Tok tok

Suara ketukan menjadi awal kemunculan Abimanyu. Hawa dingin menerpa kulit Abimanyu, bersamaan dengan sapaan singkat dari Gahar berupa, "Silakan duduk." Langsung saja Abimanyu menempati sofa yang tadi pagi sempat ia duduki.

Abimanyu merogoh ponselnya, lalu meletakkan di atas meja kaca tersebut. Cukup tak nyaman bila duduk dengan posisi ponselnya tersimpan di celana olahraga.

"Ini," ujar Gahar menyerahkan lembaran-lembaran berkas yang telah distapler. "Semuanya adalah dokumen mengenai peresmian ketua ekskul baru. Kamu bisa baca syarat dan ketentuan terlebih dulu sebelum tanda tangan. Kalau kamu setuju, hari senin nanti, kamu akan langsung diumumkan sebagai ketua ekskul tenis meja yang baru dimajalah dinding juga diumumkan oleh anak-anak dari ekskul penyiaran radio."

Abimanyu mengangguk mengerti. Ia mulai menyentuh tumpukan kertas itu, membacanya secara perlahan namun cermat. Pada deretan terakhir kertas tersebut, mata Abimanyu menangkap sesuatu yang amat menarik. Dia membelalakkan matanya setelah selesai membaca kalimat tersebut.

"Ini benar, Pak?" tanya Abimanyu penuh ragu.

Gahar malah menarik sebelah alisnya, "tentang apa? Hak istimewa?" tanyanya memastikan. Abimanyu spontan mengangguk cepat.

"Beneran. Jadi kamu gak perlu khawatir masalah catatan siswa, prestasi, masalah absen, dan perguruan tinggi mana yang ingin kamu pilih ketika lulus dari sini. Tapi tentu saja kamu harus menuruti segala syarat juga peraturan yang tertera di sana. Jangan sampai lengah sedikit pun atau bersikap lalai, sebab nantinya akan ada konsekuensi yang kamu terima." Gahar menjelaskan dengan santai. Ia bahkan tersenyum menyeringai, mendapati wajah Abimanyu yang kebingungan diliputi bimbang.

Abimanyu kembali membuka lembaran yang menampakkan segala syarat serta peraturan untuk ia tanda tangani sebagai ketua ekskul tenis meja.

Netranya menangkap satu kalimat janggal pada peraturan tersebut. Dia lantas mengalihkan pandangan kepada Gahar, meminta penjelasan untuk bagian tersebut.

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang