Bagian 18 | Teman Sesungguhnya

144 64 3
                                        

Bagian 18 | Teman Sesungguhnya

"Apabila telah terikat, maka akan sulit terlepas."

🖋🖋🖋

Hendra dan Sabili masih mempertimbangkan kembali maksud dari dua anak manusia yang tiba-tiba saja menyela pembicaraan mereka. Melibatkan kepolisian sama saja membuang usaha Hendra dan Sabili selama ini. Mereka hanya akan kembali ke titik awal. 

Tentu saja semua itu berakhir sia-sia. Namun, jika saja mereka bersikeras menyelidiki semuanya tanpa menyambet orang luar, maka pengetahuan mereka akan terbatasi. Tidak ada koneksi dan pengalaman yang memudahkan semuanya berjalan.

Oleh sebab itu, Hendra dan Sabili memberitahukan kepada Galen pun Surya supaya berkumpul ke salah satu kafe dekat taman kota, sekiranya 7 kilometer dari sekolah.

"Kalau dipikir-pikir, Raffael sama Haruga itu aneh, ya, bang." Sabili berpendapat sembari menyeruput minumannya, hasil dari memalak Hendra.

Si lawan bicara malah menekuk alis, tampak bingung akan ucapan Sabili. "Maksudnya?"

"Ya, gini, deh. Kita 'kan lagi bicara hal penting dan memang gak sembarang orang bisa tahu yang separuh teman kita aja gak kita beritahu, lalu mereka tiba-tiba muncul sambil kasih solusi akan pembicaraan kita ini. Seperti eum ... apa, ya? Ah! Seperti mereka memang sudah menguping kita dari awal dan menunggu waktu yang tepat untuk masuk ke dalam rongga permasalahan kita!" jelas Sabili bersemangat, bahkan ia hingga memukul meja.

Untung saja mereka sedang berada di lantai dua, hanya ada beberapa orang, itu pun berjauhan.

"Iya, ya." Hendra sependapat pada Sabili. "Pemakaman tempat kita berada tadi juga jauh banget dari sekolah, masa tiba-tiba mereka datang ke kita, ya?"

"Kalau hal itu, bisa saja mereka habis ke rumah saudaranya, kan? Mari kita berpikirkan baik dulu, di dunia ini 'kan ada juga yang namanya kebetulan," balas Sabili menaik-turunkan alisnya. "Lagi pula, mengenai keberadaan mereka itu gak penting. Tapi tujuan mereka sebenarnya, bang."

Si lawan bicara menghela napas pelan. Ucapan Sabili sedikit masuk akal, namun tetap bisa dibantah dengan mudah.

"Tapi gak mungkin hal yang ada di dunia ini terjadi secara kebetulan, Bil. Semua tertata sesuai ketentuan, pasti ada maksud tertentu mengenai keberadaan atau kemunculan seseorang dalam hidup kita. Dan abang juga merasa kalau mereka memang sudah menantikan momen ini sedari awal," sahut Hendra lebih mengutamakan opini di dalam kepalanya.

Sabili terdiam sejenak. Perkataan Hendra ada benarnya dan kata-kata itu amat indah walau terdengar sederhana.

"Jadi, kesimpulannya adalah Raffael dan Haruga itu mendekati kita dan masuk dalam pembicaraan kita bukan karena kebetulan, gitu?" ulang Sabili masih kurang yakin terhadap hal itu.

Ia memang merasa kehadiran dua anak manusia itu karena sejak awal menguping pembicaraan. Bukan malah karena mereka ditargetkan. Hal tersebut terlalu aneh bila dicerna, anggapan Sabili hanya berupa Raffael dan Haruga menguping kemudian memberikan solusi. Sekadar itu, tidak lebih.

"Iya, abang yakin akan hal itu! Sebab semuanya terlalu gak masuk akal, Bil. Kenapa bisa mereka muncul tiba-tiba disaat otak kita masih buntu pada informasi? Lalu mereka kasih kita solusi namun harus melibatkan polisi, aneh, tahu, gak!"

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang