Bagian 37 | Kesempatan Menelaah
"Menurutmu, apakah dunia akan bersedih kalau salah satu penghuninya tiada?"
🖋🖋🖋
Hari senin telah tiba. Seluruh siswa tampak lebih bahagia dibandingkan biasanya. Mereka sudah mempunyai kesempatan bersantai tanpa harus memikirkan materi pembelajaran lagi. Hanya satu tugas yang akan mereka emban pada seminggu ini, yaitu melaksanakan pertandingan antar kelas yang telah menjadi rutinitas mereka. Setiap semester, pasti ada saja hal baru yang berhasil dihadirkan oleh para anggota OSIS. Seperti halnya semester lalu, para anggota OSIS tiba-tiba saja menyebutkan bahwa mereka akan bertamasya ke Lombok dan melakukan kegiatan berupa pertandingan-pertandingan menyenangkan di sana.
Mungkin saja para anggota OSIS membuat gebrakan baru pada semester ini. Hanya saja daftar perlombaan, syarat serta ketentuan lomba belum diberitahukan oleh para anggota OSIS. Mereka sengaja melonggarkan kegiatan hari ini supaya para siswa masih bisa mengistirahatkan pikiran mereka sejenak. Tidak terlalu terburu-buru untuk hal tersebut.
Dalam kelas sepuluh empat, ada beberapa murid yang sedang bermain game online. Suara teriakan berbalut rasa kesal menjadi bumbu penambah cita rasa interaksi mereka.
"Ah, lo bisa main gak sih, Raf? Masa dari tadi lo melulu yang bikin kita kalah!" omel Galen kepada lelaki di hadapannya.
Absennya Abimanyu hari ini membuat Galen harus terpaksa bergaul dengan teman-teman sekelasnya. Ia tidak bisa bermain bersama Sabili karena Sabili sedang ikut dalam rapat OSIS. Satu fakta itu harus senantiasa diingat, walau Sabili mempunyai tampang anak doyan gosip, dia tetap punya jabatan di OSIS sebagai ketua seksi bidang pembinaan sastra dan budaya bersama Abimanyu sebagai salah satu anggotanya.
Hendra, Surya dan Jeffran sedang pergi keluar untuk membeli perlengkapan ekskul yang baru. Mengingat pertandingan persahabatan dengan SMK Pariwisata sudah semakin dekat, mereka kompak menyetujui saran untuk memperbarui alat-alat mereka. Sengaja, supaya mereka tidak harus menutup wajah kala dikritik oleh sang lawan bertanding. Sedangkan Jonathan pastinya mengikuti acara amal di salah satu panti asuhan dekat kota mereka.
Tersisa Galen sendiri. Ia awalnya ingin pergi ke kolam renang sekolah dan berlatih sekaligus mengistirahatkan pikiran, hanya saja ia dipanggil lebih dulu oleh Haruga dan Raffael. Ia diajak bermain bersama mereka. Kalau kata Haruga tadi, "Awak bawak betenang je, kite tu tak kan rugikan awak. Kite sambung tali silahturahmi je. Biar ape? Biar kite tak kesah kalau nak diskusi."
Meski sempat ingin menolak, Galen pada akhirnya setuju. Namun ia merasa bahwa keputusannya salah besar. Haruga masih bisa ia toleransi karena mampu membunuh banyak musuh dalam gim mereka, tetapi Raffael sama sekali tidak berkontribusi. Dia hanya bisa mengucapkan kata 'maaf' berulang kali sebab mendapat amukan dari Galen dan Haruga.
"Hehe, maaf Len. Udah lama gak main gue. Jadi kaku semua tangan-tangan gue, lupa kalau hero yang gue gunakan ternyata petarung jarak dekat, bukan jarak jauh."
Galen mendecih sinis. Ia melepaskan ponselnya di atas meja sembari menutup mata. "Ini sudah tiga kali kita kalah, Raffael."
"Setidaknya lo MVP 'kan?" Raffael tersenyum tanpa rasa bersalah memandang Galen yang amat frustrasi.
Haruga memilih menggelengkan kepalanya pelan. Ia sudah tahu mengenai Raffael yang kurang mantap bermain gim di ponsel. Akan tetapi, ia membiarkan anak itu untuk kali ini. Ia ingin melihat bagaimana reaksi Galen saat dibuat kalah oleh Raffael.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
