Bagian 50 | Membidik Target

125 25 19
                                        

Tidak terasa sudah sampai pada bagian 50, saya ucapkan terima kasih banyak kepada kalian yang sudah sudi membaca karya saya saat ini meski masih banyak kesalahan penulisan dan penataan kalimat yang keliru atau bahkan salah. Selalu nantikan karya ini ya, karena masih banyak kejutan untuk kalian dapatkan.

Bagian 50 | Membidik Target

"Tetap fokus pada sasaran, kemudian lepaskan senjata setelah dirasa mampu melumpuhkannya."

🖋🖋🖋

Perjalanan menuju daerah tempat akan dilaksanakannya agenda OSIS semester ini memakan waktu cukup lama sebab jaraknya cukup jauh. Hampir tiga jam seluruh siswa merapatkan bokong masing-masing pada kursi bus yang tidak bisa dibilang empuk. Suara dengkuran, candaan, serta bermacam celotehan lainnya membaur menjadi satu.

Pada bus kelas sepuluh empat, riuh terdengar dari banyak siswa-siswi yang sedang melayangkan protes kepada ketua kelas mereka. Hal itu tidak lain karena pencarian perwakilan kelas untuk perlombaan yang akan diadakan setelah mereka sampai nanti. Hanya saja, beberapa orang yang telah ditunjuk malah mengundurkan diri sehingga terjadi kekosongan peserta.

"Guys, please deh! Bisa jangan membangkang, gak? Ini untuk kelas kita tahu! Tinggal ikut lomba aja apa salahnya? Gue bukan menyuruh kalian membelah lautan apalagi nyantet orang! Cuman ikut lomba aja! Susah banget dibilangin!" keluh ketua kelas mereka sudah berdiri dari tempat duduknya.

Lelaki bernama Abdul itu sudah menempelkan dua potongan kecil koyo di masing-masing pelipisnya saking tidak kuasa menahan pening karena mabuk kendaraan sekaligus menangani anak-anak kelasnya. Dia baru menjabat sekitar dua minggu karena ketua kelas sebelumnya mengundurkan diri.

"Kalian semua udah SMA loh. Masa ikut lomba beginian masih main suruh-suruhan kayak anak SD? Harusnya semakin besar, kalian semakin excited sama hal begini dan bukan sebaliknya."

Abdul memijat kepalanya yang pusing sembari memandang sekitar, melirik orang yang agaknya pantas sebagai perwakilan kelas mereka. Di saat itu pula Abdul berhasil memusatkan perhatiannya kepada Abimanyu dan Raffael yang sibuk bermain game online sembari melempar candaan.

"Eh itu, Abimanyu sama Raffael, kalian ikut lomba apa?" tanya Abdul membuyarkan fokus keduanya.

Raffael menjawab pelan, "Kalau gue gak ada, Dul. Cuman aja Abimanyu jadi panitia voli putra, terus dia ikut lomba enggrang juga."

"Kalian mau ikut lomba voli gak? Kebetulan masih butuh 2 orang. Anggota tim kita lainnya ada gue, Galen, Cakra, sama Mamat."

Tanpa memberikan banyak komentar, Abimanyu dan Raffael memilih menganggukkan kepalanya. Kedua anak Adam itu sama sekali tidak terlalu berpaku atas kegiatan sekolah sebab ada sebuah siasat yang akan mereka lakukan nantinya.

Pemilihan perwakilan kelas sepuluh empat masih berlangsung hingga setengah jam kemudian, bahkan bus yang mereka tumpangi telah terparkir rapi di parkiran bersama bus-bus kelas lain. Sikap keras kepala beberapa oknum yang tidak ingin ikut perlombaan adalah alasan utama perdebatan ini terjadi. Omelan Abdul masih berlanjut tanpa memedulikan waktu yang terbuang sia-sia di dalam bus.

Saat anak-anak kelas lain sudah berbaris bersama kelompoknya masing-masing, Abdul tetap mencegat teman-temannya untuk turun dan meminta sopir bus supaya mengunci kedua pintu bus.

Beruntungnya, setelah sepuluh menit bertahan terhadap posisi seperti ini, beberapa orang memilih setuju ikut lomba agar bisa bergegas keluar. Setelah semua perwakilan siap dikumpulkan kepada ketua OSIS, barulah Abdul mengizinkan teman sekelasnya keluar bus.

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang