Bagian 10 | Sinyal Rahasia
"Lisan adalah senjata paling tajam."
🖋🖋🖋
Surya berjongkok di tepi pintu gedung olahraga, dia memegang rambutnya yang telah lepek sebab keringat. Lantas ia mengambil ponsel dari saku celana, setelahnya segera membuka aplikasi kamera. Dia mengeluarkan ekspresi tidak suka, bagi dia, rambut adalah mahkota dan bagian paling penting dalam mempertahankan ketampanannya.
"Asem! Rambut gue lepek banget, coy! Berkurang dah muka ganteng gue," keluh Surya membuat seluruh atensi mengarah padanya.
Sabili menghela napas panjang, ia tahu betapa rewelnya Surya jika sudah mendapati masalah rambut. "Nanti sampai ke asrama langsung keramas aja, jangan bawel. Udah kayak anak cewek aja lo, bang!"
"Heh, gue ini khawatir sama rambut gue yang udah dirawat sejak lama. Gila kali kalau gue harus ke salon lagi," balas Surya mendelik kesal.
"Dih! Kayak kebanyakan duit aja lo, bang, pake acara ke salon segala. Gue noh gunain sampo saset aja udah gemilau kayak habis perawatan," imbuh Galen mengibaskan rambutnya yang telah mengering selepas dibalut dengan handuk.
Surya segera bangkit dari posisinya, napasnya menggebu, tensinya mungkin saja naik hingga dua ratus sekarang ini. Menghadapi dua bocah bermulut pedas yang doyan menyela perkataan membutuhkan tenaga ekstra.
"Eiy bocah! Lo berdua mana tahu cara bandingin rambut sehat sama rambut rusak. Rambut kalian itu kinclong bukan karena pake sampo saset, tapi karena berminyak!" balasnya mencebik kesal.
Lain halnya dengan Galen dan Sabili. Kedua anak itu malahan semakin intens meledek Surya. Mereka seperti sedang membangun kubu bersama untuk menyerang segala argumen Surya.
"Ya, elah, Bang! Hobi bener komentarin rambut orang. Padahal nih, ya, gue sama Galen bukannya ngomong hal salah juga. Mudah amat lo murka, kayak daun kering aja, gak boleh kena percikan api dikit langsung menyala."
Sabili memasang wajah julid seraya berkata demikian.
Hidung Surya telah kembang kembis, jika saja hidup dalam dunia kartun, mungkin sudah ada efek asap dan tandung yang keluar dari bagian tubuhnya. Dengan jahil, Galen malah memasangkan filter alien lewat aplikasi di ponselnya, kemudian ia memotret Surya yang mampu membuat sang pemilik wajah menoleh kaget.
Cekrek!
Sungguh, harusnya Galen mengatur ponselnya pada mode hening. Sekarang ia menjadi sasaran empuk pelampiasan amarah Surya. Lelaki berusia tujuh belas tahun itu lantas segera menarik rambut Galen yang sedang berusaha kabur, membuat Galen harus terpaksa mendongak.
"Aw, aw! Bang lepasin lah!" rintih Galen sembari berusaha melepaskan genggaman Surya pada rambut kesayangannya.
Surya tidak diam saja, dia menggigit tangan Galen yang membuat lelaki kelas sepuluh itu harus mengaduh kesakitan. "Rasain lo! Ini nih gara-gara motret gue sembarang. Itu mengganggu privasi tahu, gak!" ujar Surya galak. "Siniin hp lo!"
"Ei, mana boleh! Bang Sabil, tangkap!" titah Galen segera melempar ponselnya yang disambut baik oleh Sabili meski ia harus terjatuh ke tanah, menerpa lantai berdebu.
Sabili langsung berdiri cepat-cepat, langkahnya sedikit sempoyongan kala tak sengaja menginjak tali sepatu sendiri. Namun, ia berhasil menjaga keseimbangan, lantas berlari menghindari Surya yang sekarang wajahnya telah merah padam seperti seekor banteng. Dia siap menerjang Sabili, memindahkan sasarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mistério / Suspense"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
