"Sang Pecandu datang."
Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
Pre-Order hanya berlaku sampai 29 Juni, jangan sampai ketinggalan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bagian 29 | Akhir Segalanya
"Semua berakhir tanpa perlu mengusik hal lama."
🖋🖋🖋
Pada akhir yang dituju, tidak ada perubahan berarti. Semua yang ditetapkan sejak awal pasti akan berakhir sesuai jalannya. Terkadang, manusia hanya menengok ke arah lain sebentar sebelum di arahkan ke takdir mereka masing-masing. Yang terbaik untukmu, hanya akan menjadi milikmu. Tidak ada siapapun yang berhak mengambilnya, termasuk memainkan nasib orang lain.
Manusia mampu berencana. Menerka segala kemungkinan ke depan sesuai pemikiran masing-masing. Memperkirakan sebab-akibat dari segala perbuatan yang mereka alami. Namun, itulah batas kemampuan manusia.
Menerka, berencana, kemudian menyalahkan takdir bila tak sesuai keinginan. Padahal mereka sudah tahu siapa pemilik kuasa sesungguhnya.
Malam ini, semua tindakan para pelaku akan berakhir kacau-balau dan langsung terekam ke publik. Di depan gerbang kokoh rumah sakit Alma Sejati, belasan mobil hitam masuk. Mereka datang untuk menyuarakan kebenaran, mendorong perilaku pelaku yang menyimpan untuk kembali pada persimpangan yang tepat.
Mobil paling depan diisi oleh Abimanyu, Raditya, Petra, Junar, dan Raffael. Sedangkan Lukman dan Adipati ada di mobil paling belakang. Barisan tengah diisi anak buah Raditya.
Masalah ini memang bukan kasus Raditya. Bukan pula keinginannya sendiri. Ia hanya menerima permintaan anaknya yang meminta Raditya untuk menjadi salah satu sosok yang terlibat dalam aksi mereka. Ia meminta Raditya benar-benar memainkan peran seorang Kepala Kepolisian tanpa embel-embel penerima suap dan sampah masyarakat.
Raditya membawa delapan belas bawahan bersamanya. Ia tidak perlu izin dari pihak atas, sebab ia sudah punya tim sendiri. Konsekuensi akan ia tanggung sendiri, ia berjanji tidak akan melibatkan anak buahnya.
"Kamu tenang saja, Papa yakin mereka ada di sini." Raditya mengelus pundak Raffael pelan.
"Ya, Papa enggak bilang begitu juga aku udah yakin." Raffael melepaskan tangan Sang Papa dari bahunya. Ia anti sekali jika sudah menyangkut sentuhan seperti ini. "Tempat paling aman adalah tempat paling berbahaya. Begitu pula sebaliknya. Memilih rumah sakit Alma Sejati sebagai salah satu opsi penyelidikan bukan ide buruk apalagi dipasok bukti-bukti yang kentara."