Bagian 51 | Pengakuan

48 9 0
                                        

Selamat sore semuanya, apa kabar? Saya harap semuanya baik-baik saja yaaa. Hari ini saya kembali datang untuk kalian semuanya dengan bagian baru dari Jeruji Ikrar.

Selamat membaca!

Bagian 51 | Pengakuan

"Manusia itu munafik. Mereka akan berpihak ke lain arah setelah dihadapkan keuntungan menggugah."

🖋🖋🖋

Sebuah pepatah sempat mengatakan mengenai rasa sakit harus diderita terlebih dahulu sebelum bersenang-senang dikemudian hari. Rasa sakit membawa pelajaran untuk menempuh bahagia. Hanya saja, semuanya bergantung pada setiap insan yang mengolah perasaan tersebut.

Ada kalanya mereka memilih menyelami rasa sakit, termenung menyalahkan nasib yang tidak berpihak kepada mereka. Ada pun yang langsung bangkit tanpa terkejut sama sekali sebab telah menduganya sedari awal. Opsi kedua biasanya terjadi bagi mereka yang telah menentukan banyak pilihan sebelum menjalankan aksinya.

"Tidak apa gagal direncana ini, masih ada rencana lain yang akan berhasil." Begitulah mereka meyakinkan diri masing-masing.

Jutaan manusia berputar pada dua pilihan di atas. Mereka akan jatuh, bangkit, dan mengenangnya sebagai bagian dari perjuangan. Tidak jarang pula kenyataan pernah jatuhnya mereka dilupakan begitu saja selepas mendapatkan hal yang diinginkan.

Namun, terdapat satu tipe manusia yang amat berbahaya, yaitu yang mudah menyerah dan berpasrah. Saking terkejutnya menerima suatu keadaan diluar prediksi, mereka akan memeluk penderitaan dalam-dalam, meneguknya pada setiap hela napas yang berembus, menganggap semua hal telah berakhir pada detik ini juga.

Pengendalian pikiran amat dibutuhkan. Menepis objek negatif yang mengembara di kepalanya.

"Kalau orang udah sering dapat rasa sakit, ujung-ujungnya mereka depresi. Jadi jangan coba main-main lagi. Manusia gak pernah tahu batas mereka menahan, tahu-tahu udah kena mental aja." Suara Raffael yang mengudara seraya mengobati pemuda berlesung pipi di hadapannya terdengar khawatir.

"Ya," balas Abimanyu asal. Ia sudah bosan terhadap omelan yang menyeruak sejak 30 menit lalu.

Sejak tersungkur dengan begitu mengenaskan di depan banyak orang tadi, Abimanyu segera bangkit dan membersihkan darah yang mengalir di dahinya secepat kilat. Ia pun memijat pelan hidungnya yang terasa lumayan menyakitkan.

Lelaki berlesung pipi itu mengira bahwa kejadian yang memang telah direncanakan oleh anak-anak penerima hak istimewa hanya akan berlangsung sekali. Sayangnya dugaan ia dipatahkan tatkala ia menjadi tempat pendaratan bagi bola voli. Terhitung lima kali wajah rupawannya menghantam tanah.

"Ini udah kedua kalinya lo begini. Pertama, sewaktu di atap sekolah dan keadaan lo jauh dari kata baik-baik saja sampai harus ke rumah sakit, dan sekarang malah begini lagi! Lo itu--"

Omelan Raffael langsung disambar terlebih dahulu oleh Abimanyu dengan pertanyaan. "Gimana tugas lo? Udah selesai belum?" tanyanya menaik-turunkan kedua alisnya.

Raffael menghela napas panjang sebelum tersenyum kecil. "Lo itu emang paling bisa mengganti topik pembicaraan." Dia meletakan kapas yang semenjak tadi ia pegang sebagai sarana untuk mengoleskan obat kepada Abimanyu. "Udah kok, lo tenang aja. Semuanya beres!"

Abimanyu turut tersenyum, ia mengacungkan jempolnya sebagai pertanda ia mengagumi kinerja Raffael.

"Tapi lo kenapa bisa sampai bonyok begini, sih? Padahal cuman gue tinggal sebentar doang untuk pasang kamera di tempat yang udah kita rencanakan," tanya Raffael masih saja penasaran.

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang