Bagian 12 | Terulang lagi
"Mereka akan datang sebelum disambut."
🖋🖋🖋
Jumat, 8 Desember
Pukul delapan lewat lima belas malam, Sabil dan Abimanyu tiba di parkiran rumah sakit. Mereka kembali terlambat akibat terlalu meladeni para orang tua yang masih punya banyak tenaga untuk mengobrol, bahkan Sabil dan Abimanyu sempat ditawarkan mampir ke rumah salah satu lelaki penjaga masjid, Pak Pandu namanya. Beliau ini berdarah Malaysia, tetapi pindah ke Indonesia beberapa tahun silam karena urusan pekerjaan.
Sabil dan Abimanyu lumayan akrab dengan beliau. Acap kali mereka mengobrol bersama seraya menegak secangkir kopi di warung sebelah masjid. Kebetulan pula, anak beliau seusia Abimanyu dan Sabil sehingga beliau lebih memahami cara menjamu mereka sesuai usia.
Pada malam hari ini, langit tampak sedang bersedih sehingga tidak mau memperlihatkan bintang juga bulan. Langit sengaja menutupi para perhiasan kala malam menggunakan awan hitam yang beberapa kali memperlihatkan kilatan petir disusul bunyi gemuruh. Hanya tinggal menunggu satu teman mereka lagi untuk menyerbu bumi, membuat segala kesibukan jalan raya menjadi sunyi penghuni. Menggantikan suara obrolan orang-orang dengan milyaran rintik hujan menghantam tanah.
"Bentar lagi hujan, nih. Gak bisa lama-lama di luar." Sabil mendongak ke atas, menatap langit sembari memperlihatkan wajah cemberut.
"Ya, udah. Kalau mau hujan berarti emang takdirnya begitu, kenapa harus mengeluh segala?" balas Abimanyu sembari membawa sajadah yang baru saja ia lipat, di tangannya pun terdapat buah-buahan untuk Jeffran, titipan dari orang tuanya tadi.
Sabil mengembuskan napas berulang kali. Bahunya tampak menurun bersama semangatnya untuk berkelana malam ini bersama Abimanyu. Padahal ia telah berencana ingin pergi mencari makan sembari mengobrol ringan, dia mau tahu keberadaan Abimanyu tadi sore saat dia dan lainnya tidak berhasil menemukan lelaki itu.
"Gue mau ngobrol sama lo gitu rencananya. Makan di luar, di kafe aesthetic gitu yang instagramable dan tentunya cocok untuk foto-foto biar pembicaraan kita gak lo anggap serius banget gitu," ujar Sabil menyebutkan niat terselubungnya.
Abimanyu membulatkan mulut tanpa menjawab. Dia fokus menatap ke depan sembari melihat kepadatan lorong rumah sakit oleh orang-orang dari berbagai kalangan. Kaya, muda, miskin, kaya, semuanya ada di sini. Tangis haru pun bahagia ikut memberikan sentuhan sendiri bagi suasana rumah sakit.
"Mau ngomongin apa?" tanya Abimanyu setelah mereka melewati belokan yang disebutkan sebagai ruangan mayat.
Sabil terdiam sejenak. Ada perasaan aneh dalam dirinya. Dia sempat menetapkan pandangan di ruangan yang sempat ia kunjungi beberapa waktu silam itu, ketika teman-temannya meninggal dunia dengan kondisi tanpa kepala.
"Bil? Sabil!" sentak Abimanyu sembari mencengkram bahu Sabil.
"Oh ... ya?" Sabil memberikan raut wajah kebingungan. Sepertinya dia tidak sadar akan lontaran pertanyaan dari Abimanyu tadi.
"Gue nanya, mau ngomongin apa?" ulangnya tidak keberatan.
Sabil menarik napas dalam sebelum memandang Abimanyu sambil tersenyum manis. "Gue mau nanya tentang tadi sore, lo ke mana aja sama Galen? Kenapa bisa lama banget? Ada kejadian apa, sih?" tanyanya langsung menyemburkan segala isi kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
