Bagian 15 | Sebatas angka

156 84 30
                                        

Bagian 15 | Sebatas angka

"Kami telah dirundung kegelapan. Dan cahaya hanya sekadar impian."

🖋🖋🖋

Senin, 11 Desember

Tidak seperti biasanya, senin kali ini lebih muram daripada berminggu-minggu lalu. Mungkin hari ini alam tengah berbaik hati kepada orang-orang yang siap bertempur dengan banyaknya soal-soal ajaib dari guru untuk mengasah kemampuan anak murid mereka.

Penilaian Akhir Semester dilakukan beberapa jam lagi. Sebenarnya sudah diumumkan sejak pekan lalu, namun ada saja murid-murid yang mengeluh sembari berucap bahwa semuanya berjalan terlalu cepat dan mereka masih belum paham materi pembelajaran. Sedangkan murid lainnya sibuk belajar, memanfaatkan waktu sebaik mungkin sebelum kumpul di lapangan upacara untuk mendengarkan instruksi dari Kepala Sekolah.

"Ah, malas banget gue belajar! Masa jam pertama sudah langsung pelajaran matematika? Ini, sih, bukan menguji kemampuan murid tapi menguji iman supaya gak berkata kasar!" gerutu Galen menghempaskan buku di atas meja.

Ekspresi Galen sama sekali tidak bagus. Apalagi tadi pagi dia mendapatkan kesialan berupa terpeleset di depan kelas sehingga membuatnya menjadi bahan tertawaan. Beruntung wajah dia cukup sangar untuk membuat tawa itu segera berhenti.

Abimanyu melirik sekilas sembari menggelengkan kepalanya pelan. Dia sudah tidak heran akan tingkah Galen, si pembenci matematika, tetapi malah sangat menyukai pelajaran fisika.

"Pelajarin aja, Len. Jangan sampai menyesal lihat nilai lo anjlok nantinya," nasehat Abimanyu sembari terus mengerjakan soal-soal di buku terkait materi pembelajaran mereka.

Galen mendesah pasrah, dia mengeluarkan ponselnya dan membuka media sosial untuk menghibur otak. Matanya melihat notifikasi yang memberitahukan bahwa akun official sekolah mereka telah membuat postingan baru.

"Tumben banget instagram sekolah aktif, biasanya kalau ada peringatan hari besar dan siswa yang meraih prestasi doang baru diupdate," gumam Galen menekan notifikasi tersebut.

Mata Galen seketika membelalak karena mendapati wajah orang yang paling ia kenal berada pada postingan terbaru akun sekolah mereka. Lelaki penggemar berat game online itu menampar punggung Abimanyu sehingga membuat sang empu terlonjak kaget.

"Sakit, Galen! Kenapa ditampar sih?" protes Abimanyu mengelus punggungnya, berusaha meredakan rasa sakit.

Galen tidak menjawab, dia malah memperlihatkan layar ponselnya tepat di depan wajah Abimanyu. "Lo masuk feed instagram sekolah cuy! Buset, cakep amat lo di sini. Pakai setelan jas pula, beuh, damage lo bukan main!" puji Galen mengacungkan dua jempolnya.

Abimanyu mengernyit pelan. Dia tahu kalau akan diumumkan hari ini, namun Kepala Sekolah hanya menyebutkan pengumuman itu sekadar melibatkan klub penyiar radio sekolah serta lembaran-lembaran berisi pengumuman ditempelkan di majalah dinding.

"Berarti lo udah diresmikan menjadi ketua ekskul, Bim. Udah diakui! Gila, sih, ini pasti perbuatan anak ekskul komputer. Editannya keren banget soalnya! "

Galen tetap mengeluarkan kata-kata pendukung teruntuk sang kawan. Dia sama sekali tidak berpikiran hal aneh seperti Abimanyu.

"Tapi, Len, mereka yang posting ini dapat foto gue dari mana, ya? Gue enggak pernah posting apa pun dimedsos. Mereka juga enggak pernah minta foto sama gue," tutur Abimanyu mengutarakan keresahan hatinya.

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang