Bagian 48 | Sang Peneror
"Dalam keheningan, kami menyerukan nama kalian. Bersama harapan, jiwa kami perlahan menghilang."
🖋🖋🖋
Pada pukul setengah lima pagi waktu setempat, ada dua raga yang telah bersiap menyalankan mesin motor masing-masing. Di punggung mereka, terdapat tas besar yang biasa digunakan para pendaki untuk menapaki gunung tempat mereka berkelana. Hanya saja, kegunaan tas tersebut ditujukan untuk menyimpan perlengkapan berkemah sementara di sekitar lereng gunung, bukan mendaki.
Keberangkatan mereka masih beberapa jam lagi, tepatnya di jam delapan pagi. Akan tetapi, kali ini kedua anak Adam itu harus menuntaskan segala kegelisahan yang menyeruak di hati mereka.
Abimanyu, salah seorang dari dua anak tersebut tampak sangat tidak sabar lagi. Wajahnya sedikit memerah karena menerima sapuan udara dingin pagi hari, jemarinya yang dibalut sarung tangan tersebut terlihat bergetar saat menarik pedal gas. Hanya saja kondisi yang ia alami malah membuatnya semakin terbakar semangat.
Sedangkan Raffael, sosok lelaki yang memilih menginap di rumah Abimanyu terus menutup mulutnya karena tak kuasa menahan diri untuk menguap. Semalam ia baru tidur sekitar jam setengah duabelas. Selain karena dengkuran Abimanyu yang menganggu telinga, Raffael juga sibuk mencuri data dari komputer sekolah melalui laptop miliknya.
Raffael mempunyai kepiawaian dalam menggukan media elektronik. Apalagi ia mengantongi kode-kode yang sudah ia hafalkan dalam sekali lihat saat ia pergi ke ruangan khusus Pembina Kesiswaan yang bertugas menyimpan seluruh data murid di sekolahnya. Semestinya hal tersebut bersifat rahasia, hanya saja Raffael pernah berbohong untuk mengorek informasi dari beberapa murid supaya bisa mengusir rasa penasarannya mengenai identitas dan latar belakang keluarga murid-murid di SMA Pinang Gading.
"Gue melakukan itu semua gak lebih karena rasa penasaran, Haru. Lo gak perlu sampai segitunya khawatir, gue jamin gak bakalan ketahuan. Terima kasih banget deh, sebab lo udah bantuin gue berbohong sama Pembina Kesiswaan kalau lo lagi butuh data anak-anak OSIS untuk dimasukkan ke organisasi istimewa kita."
Begitulah ucapan Raffael saat Haruga berulang kali mengulang kalimat-kalimat berisi kekhawatiran atas nasib Raffael ke depannya jika sahabatnya itu ketahuan.
Untungnya sampai sekarang Raffael masih bisa hidup tenang di SMA Pinang Gading tanpa menyandang gelar pencuri informasi latar belakang yang amat dirahasiakan. Alasan Pembina Kesiswaan menyembunyikannya amatlah sederhana yaitu, semua yang tertera di komputer mengandung informasi pribadi yang sangat detail dan sensitif.
Saat ini, semua rasa penasaran Raffael menuai keberhasilan memuaskan. Dia bisa memanfaatkan semua data tersebut dengan mengorek informasi mengenai Riam, Fathan, Gandi, pun Serlin.
Pengetahuan Raffael selama ini seakan sia-sia saja ketika bergelut dengan cerita dari Abimanyu mengenai kejadian beberapa hari sebelumnya, serta semua yang dialami Abimanyu selama ini, termasuk kondisi lelaki itu saat ini yang sedang dilimpahkan kekesalan oleh teman-temannya.
"Cuci muka dulu sana, El. Jangan sampai lo tertidur tengah jalan, nanti bisa kecelakaan."
Lamunan Raffael sontak berpendar usai Abimanyu melemparkan batu kerikil ke kepalanya. Tanggapan Raffael hanya anggukan kepala, lalu menurut dengan perintah temannya itu.
"Ada-ada saja. Terlalu banyak pikiran tuh anak. Lain kali harus gue ajak healing aja ke curug supaya lebih segar otaknya," gumam Abimanyu sambil memandang kepergian Raffael menuju keran sebelah teras rumah Abimanyu.
Sedangkan sang pemilik rumah kembali berfokus pada kaca spionnya, lantas merapikan rambutnya yang masih basah karena sehabis keramas.
Abimanyu tersenyum singkat usai melihat rambut yang menjadi kebanggaannya telah tertata rapi. Dia lantas mengambil ponsel dari saku jaket birunya, kemudian segera mengambil foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
