Bagian 13 | Teori-teori baru
"Tidak perlu ada rahasia bila ingin semuanya berjalan."
🖋🖋🖋
Malam ini, Hendra kembali dibuat kewalahan akibat permainan yang dia usulkan. Tepatnya dalam ruangan berorama obat-obat yang berbaur dengan kopi serta macam-macam makanan ringan, tempat Jeffran mendekam tadi. Setelah selesai menjalankan ibadah, Hendra mengajak semua teman-temannya terkecuali Jeffran untuk bermain kartu remi. Mereka membuat perjanjian, yaitu dua orang yang kalah dalam permainan maka akan keluar untuk membeli makanan supaya bisa menjadi kawan begadang.
Hendra tentu percaya diri, dia memang paling ahli memainkan permainan tersebut dibandingkan yang lain. Namun, kali ini keberuntungan tidak memihak dirinya. Dia harus menelan pahitnya kekalahan kala Jonathan dan Surya bersekongkol untuk memenangkan permainkan.
Dua anak manusia itu sengaja menutup permainan dengan tiba-tiba sampai membuat Hendra harus memiliki poin minus sangat banyak.
Berakhir Hendra harus membelikan makanan untuk mereka semua, tapi dia pun cukup bersyukur sebab Ibu Jeffran membekali dirinya dengan ratusan ribu rupiah, kata beliau sebagai upah menemani Jeffran selama beliau dan suaminya tak sempat mampir akibat padatnya pekerjaan.
Selain itu, Galen bersedia pun menemaninya membeli makanan bersamanya sehingga Hendra mempunyai teman bicara.
Mereka pergi sekitar lima menit lalu, tepatnya jam 20.31 waktu setempat. Tersisa Jeffran sang pasien, Surya sedang menonton film bersama Sabili, Jonathan yang sedang berbaring di sofa sebab kelelahan setelah menjemput Ayahnya di Bandara, serta Abimanyu dengan kesibukannya menghapal rumus kimia di dalam ruangan tersebut.
"Gimana sekolah kalian? Ada hal yang menarik, gak?" tanya Jeffran melihat satu persatu teman-temannya.
Kondisi Jeffran masih belum pulih sepenuhnya, namun dia memilih pulang dan melaksanakan rawat jalan daripada harus mendekam di sini. Lagi pula, Jeffran kesepian jika teman-temannya sekolah. Dia hanya sendirian, membuat otaknya dipenuhi ketakutan saja.
Abimanyu menjadi orang pertama yang menjawab. "Biasa-biasa aja, bang. Gak ada hal menarik juga. Aman, tentram, damai, kayak hari-hari biasanya. Cuman akhir-akhir ini, gue dengar kelas sebelas semakin jadi sasaran guru fisika."
Surya yang mencuri dengar langsung mengangguk setuju atas ucapan Abimanyu. "Benar banget! Tadi kelas gue ulangan fisika. Mana gue belum sempat belajar lagi, untung materinya masih nempel dikit dalam otak. Jadinya nilai gue aman terkendali."
"Iya, kah? Materi apaan? Spill dong!" pinta Jeffran mengangkat alisnya sebagai isyarat kepada Surya.
"Ya, pokoknya ada di buku. Pelajarin aja bab pertama sampai bab empat. Cepat rambat gelombang, fluida, gerak parabola, sama satu lagi entah apa." Surya menyebutkan satu persatu materi tersebut, "oh iya! Total ada 30 soal, pilihan ganda semuanya. Tapi gak perlu menghapal pengertian karena semua jawaban itu harus memakai rumus. Lo juga harus tulis tata cara lo mendapatkan nilai akhirnya, jadi gak boleh gak ada catatan penyelesaian. Nanti lo bernasib sama kayak si Farhan," sambung Surya.
Ucapan Surya lantas menimbulkan tanda tanya bagi mereka semua. Bahkan Sabili sampai menjeda film yang tengah ia tonton demi menyimak cerita Surya.
"Kenapa dia, setahu gue dia enggak ada masalah, kok?" tanya Jonathan penasaran.
Surya menghela napas dahulu sebelum memandang sang kawan. "Gue paling malas gibahin orang, tapi karena kalian penasaran jadi gue kasih tahu. Jadi tadi kami ulangan pakai kertas, nah! Jawaban dia cuman hasil doang, sedangkan catatan penyelesaiannya ada di kertas lain. Tapi guru fisika kita gak menoleransi, beliau langsung tulis nilai Farhan nol dalam buku guru. Gila, kan? Jangan sampai kalian semua bernasib sama, ngeri banget gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
