Selamat Tahun Baru 2025 untuk kalian semuanya. Sudah sepuluh hari selepas kita merayakan hari itu. Semoga saja pada tahun ini, banyak hal baik menjumpai kita. Senantiasalah berprasangka baik supaya prasangka tersebut mendatangkan berkah, jangan pula kalian menyimpang dari ketentuan dunia ya.
Sekali lagi, selamat tahun baru dan selamat membaca!
***
Bagian 41 | Meninjau ranjau
"Manusia tak pernah tahu dia berada dalam bahaya jika dia belum menemukan akibat dari perbuatannya."
🖋🖋🖋
Jeffran berjalan membuka pintu kamar di hadapannya. Debu-debu berterbangan menusuk mata, menyusup ke rongga pernapasan dan membuat lelaki itu terbatuk ringan. Ruangan yang ia masuki memiliki lebih sedikit perabotan dibandingkan ruangan lainnya. Hanya terdapat meja persegi panjang dengan tinggi 85 sentimeter. Taplak bunga sakura sudah menguning termakan usia, ada setidaknya dua rumah rayap yang menghuni di sana.
Kerangka kasur dari kayu terpajang di samping meja panjang tersebut. Hanya kerangka, tanpa memuat alas tidur di sana. Tanpa mendekat, Jeffran sudah tahu bahwa tempat itu telah dihuni oleh para keluarga laba-laba.
"Gak ada petunjuk sama sekali di sini," gumamnya pelan sembari memperhatikan keadaan sekitarnya lebih lanjut.
Kakinya kembali melangkah saat melihat tumpukan kertas di samping meja panjang, hampir tidak terlihat karena berada di sela-sela meja dan kerangka kasur. Untung saja mata elang Jeffran sempat menyelinap selepas menyingkap telapak meja tadi.
Ia berjongkok, lalu memungut kertas-kertas yang setengahnya sudah hangus terbakar. Alisnya berkedut, menampakkan dengan jelas bahwa sesungguhnya ia keheranan atas barang temuannya.
Jeffran mendekatkan selembar kertas yang sudah hangus ke hidungnya. "Masih baru," ucapnya hampir tidak terdengar siapapun.
Tangannya menjuntai ke bawah, membebaskan kertas rapuh tersebut hingga meluncur bebas di lantai. Bukan hanya bau hangus yang ia hirup, namun ia turut mencium aroma kejadian tidak beres dari sini. Tidak mungkin pula salah satu temannya datang lebih dulu ke sini, lalu sengaja membakar kertas yang entah berisi apa.
"Ada orang lain yang pengen melenyapkan bukti di sini," ujarnya lagi mulai mengacak tumpukan kertas tersebut.
Jeffran tidak mempermasalahkan tangannya yang harus menghitam karena abu. Tujuannya hanyalah menemukan bukti sekecil apapun untuk bisa dibawa kepada teman-temannya. Jeffran tidak ingin dirinya menjadi beban, apalagi setelah ia masuk ke rumah sakit dan membuat semua orang khawatir.
Kegiatan Jeffran terhenti kala ia melihat sebuah amplop yang masih belum tersentuh api karena terbalut kain berwarna merah pekat. Ia lantas mengangkat benda tersebut, kemudian meniupnya pelan untuk membersihkan debu-debu serta kotoran yang menempel pada amplop tersebut.
"Isinya apa, ya?" tanya Jeffran yang tentu hanya bisa ia jawab setelah membuka benda di tangannya.
Beberapa lembar kertas terlipat di dalam amplop itu, disusul kemunculan foto-foto yang terselip di antara kertas di sana. Jeffran mulai membaca satu persatu kalimat demi kalimat pada kertas di tangannya.
"Proyek 7," bacanya mulai menelaah isi kertas di tangannya.
Mata Jeffran menelusuri paragraf tersebut. Perhatiannya tertuju pada lambang ular berbentuk spiral, sebuah logo di pojok kanan atas kertas yang ia genggam.
"Target pengguna adalah siswa SMA kalangan atas dengan latar belakang tidak bagus sehingga bisa dimanfaatkan lebih lanjut dan tanpa mereka bisa mendapatkan perlindungan apabila terjadi sesuatu yang tidak berkenaan. Semua hal yang terlampir merupakan foto-foto pengedar dari berbagai kalangan orang tua siswa berpengaruh. Mereka membungkam semua yang terjadi dengan mengalihkan cara pengedaran, yaitu mencampurkan menggunakan bahan makanan seperti donat."
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
