Bagian 24 | Bertubi-tubi
"Duka harus impas."
🖋🖋🖋
Suasana perpustakaan cukup sepi, memudahkan Abimanyu mengorek segala informasi dari Jeffran. Mereka duduk berhadapan yang hanya terhalang suatu meja bundar. Tatapan keduanya mulai berubah, terutama Abimanyu yang semenjak tadi diliputi rasa penasaran. Ia ingin sekali menanyakan segala hal dalam kepalanya, namun Jeffran masih berlum menjawab pertanyaan sederhana yang ia ajukan tadi.
"Kenapa Bang Jef bisa kenal sama kak Serlin?"
Sesederhana itu, tetapi Jeffran tetap bungkam. Ia malah asyik membalik lembaran novel karya Teja dan Septiawan. Ia sama sekali tak tampak ingin membuka mulut. Sehingga berhasil membuat Abimanyu berdecak sebal.
"Bang Jef, lo dengar gue gak sih?" tanya Abimanyu lagi.
Jeffran tetap bungkam. Dia melirik sekilas Abimanyu, kemudian dia kembali membaca buku di tangannya. Hal demikian sukses membuat Abimanyu mengembuskan napas kasar, kemudian tanpa sadar ia memukul meja cukup kuat. Sampai-sampai membuat beberapa orang menoleh ke arah mereka.
Abimanyu juga mendapatkan bonus tatapan melotot dari petugas perpustakaan yang tengah membereskan beberapa buku. Si pelaku cengengesan memandang sekitar lalu menundukkan kepalanya sebentar sebagai permintaan maaf.
"Jangan berisik, Bim." Jeffran bersuara pelan.
Abimanyu sontak memandang Jeffran dengan tatapan jengah. Sepertinya Jeffran memang tidak memiliki niat untuk bercerita kepadanya. Terbukti dari tindakan Jeffran yang sedari tadi diam dan menganggap pertanyaannya seperti angin lalu.
Embusan napas kasar keluar dari mulut Abimanyu, disertai postur tubuhnya yang berubah tegap seraya memandang Jeffran serius.
"Sebenarnya gue penasaran banget dengan hubungan istimewa antara lo dan kak Serlin. Dari beberapa kalimat yang gue dengar dari kak Serlin tadi mengungkit mengenai memecahkan permasalahan lama. Apa itu berkaitan dengan hal yang mau kita usung saat ini, mengenai teman-teman kita tentunya? Selain itu, kak Serlin juga terang-terangan mengaku sebagai pacar bang Yudhistira, hal itu malah mencurigakan. Karena saat penyelidikan mengenai kematian, nama dia gak pernah muncul hingga pihak keluarga harus terpaksa mengikhlaskan sebab bukti masih belum diperoleh setelah seminggu pencarian."
Abimanyu berspekulasi demikian sembari mengetukkan jemari telunjuknya di meja bundar yang menghalangi jarak antara mereka berdua. Ia tampak sangat menikmati anggapan tanpa fakta yang tengah ia lontarkan. Seakan-akan dugaan tersebut adalah suatu kebeneran.
"Kalau secara logika, pastinya kak Serlin masuk dalam kategori tersangka. Dia orang paling dekat dengan korban selain keluarga si korban. Tapi aneh, ya. Mau dipikir bagaimana pun pasti kita gak menemukan jawaban dibalik hal ini. Mengapa kak Serlin gak diselidiki? Padahal hubungan dia dan bang Yudhistira bukannya backstreet."
Jeffran terdiam sejenak. Ah, Abimanyu memang sangat cakap apabila menanggapi suatu persoalan. Adik kelasnya itu juga cukup peka dan mampu mengidentifikasi sesuatu hanya dalam hitungan detik.
Sulit untuk mengibuli lelaki itu sekarang. Apalagi sudah ada simpulan dan pertanyaan yang terucap dari mulutnya. Sebelum hal itu diketahui faktanya, dia tidak akan bisa dibungkam.
"Gue terlalu banyak pertanyaan, ya, bang?" tanya Abimanyu berekspresi terkejut. Ia kemudian mendesis pelan seakan memikirkan sebuah hal spektakuler. "Padahal jawabannya sudah ada! Yaitu kak Serlin pasti campur tangan pada kasus penghilangan nyawa ini, ya, kan?" sambungnya menjentikkan jari seperti sudah menemukan jawaban paling memungkinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
