Bagian 21 | Tahap Awal
"Waktu kita singkat, jika tidak bergerak sekarang, maka akan berakhir menyedihkan."
🖋🖋🖋
Sebagian besar makhluk di bumi bertindak melalui insting bertahan hidup. Daya dorong yang secara tidak sadar melakukan hal tepat. Bagi manusia, insting mereka biasanya memenuhi rongga kepala, saling bersahut-sahutan dengan segala macam perdebatan mengenai suatu perilaku. Nafsu birahi, rasa takut, naluri, dan hasrat untuk berkompetisi.
Begitulah manusia. Yang paling mendominasi di antara semua adalah keinginan lebih menonjol dibandingkan siapa pun alias berkompetisi. Proses bukan lagi hal yang patut dipikirkan karena hasil akhir yang menunjukan semuanya.
Dalam kasus ini, Abimanyu menjadi salah satu manusia dengan dorongan untuk tampak hebat dibandingkan orang-orang di sekitarnya. Apalagi ia telah menyandang status sebagai ketua ekskul tenis meja, semakin memperkuat hasrat tersebut. Kebetulan pula ia mendapatkan bongkahan emas berupa kesempatan menjadi luar biasa tanpa bekerja keras.
Peluang besar yang tak pantas disia-siakan sudah tiba di depan mata. Hanya tinggal dirinya yang ingin menerima itu secara cuma-cuma atau malah membalut hasil tersebut dengan topeng perjuangan.
Rupanya, Abimanyu memilih opsi kedua. Ia akan membiarkan teman-temannya tahu bahwa ia bekerja keras demi mendapatkan nilai tinggi, walau nyatanya semua itu palsu.
Harga diri Abimanyu pun amat sangat tinggi. Supaya teman-temannya tidak mengetahui tindakan tercela yang sedang ia nikmati itu, ia memilih mengikuti perkataan Nanda untuk berkumpul di ruangan organisasi barunya.
Langkah kaki Abimanyu tergolong cepat ketika menyusuri lorong karena banyak netra memandangnya dengan berbagai ekspresi. Berpasang-pasang mata yang menelisik penampilannya, kepribadiannya, tingkah laku, serta latar belakang dalam waktu sesingkat mungkin.
Siswa-siswi kelas 12 angkatan sekarang jauh mengalami penurunan drastis dibandingkan angkatan sebelumnya. Terhitung yang terdaftar dibuku kesiswaan sekitar 105 siswa, padahal sejak sekolah ini berdiri setiap angkatan memiliki kuota 150 siswa.
"Angkatan kelas 12 tahun ini kayaknya sangat menjunjung tinggi sikap senioritas. Prioritas status dan kelayakan pekerjaan orang tua masing-masing kentara banget dari pengelompokkan perkumpulan mereka," komentar Abimanyu usai mengamati sekitar. Ia memperoleh pandangan beragam.
Mayoritas siswa berpakaian modis. Bagi perempuan, seragam sekolah mereka dibalut menggunakan sweater, cardigan, jaket kulit, serta rok 5 cm di bawah lutut yang diberikan pernak-pernik berupa kancing mewah, permata mengilap, dan lain-lain. Bagi laki-laki, seragam sekolah yang mereka kenakan hanya merangkap pada celana dan almamater, sedangkan pakaian dalam sudah terbalut berbagai jenis merek kaos atau kemeja dari perusahaan fashion ternama.
Model rambut mereka pun bermacam-macam. Sebagian besar lelaki digondrongkan, mungkin merasa lebih indah bagi image yang sedang mereka tanamkan.
Lain halnya pada siswa minoritas, kebanyakan dari kalangan perekonomian kelas menengah ke bawah. Mereka menaati peraturan dengan baik selayaknya kewajiban setiap siswa.
"Ada perlu apa sampai berani menginjakkan kaki di gedung ini?" tegur seseorang yang membuat Abimanyu menoleh ke sumber suara.
Tepat di hadapannya, dibelokkan menuju lorong ruangan khusus penerima hak istinewa, berdiri seorang perempuan berpakaian menawan. Rambut perempuan itu dibiarkan menjuntai, menyentuh punggungnya yang diselimuti seragam sekolah. Bando merah muda di kepalanya bersemayam indah, menciptakan kecantikan luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
