Bagian 25 | Kedatangan tak terduga
"Tidak ada yang menyakitimu selain prasangkamu sendiri."
🖋🖋🖋
Seluruh warga sekolah berhamburan keluar setelah mendengar bel pulang. Masing-masing dari mereka menunjukkan raut kelaparan, punggung mereka menunduk membuat lekukan yang kurang enak dipandang selayaknya seekor unta di padang pasir.
Kebanyakan dari mereka menuju parkiran untuk menjumpai kendaraan masing-masing, sedangkan lainnya memilih berjalan ke depan gerbang dan menunggu orang menjemput.
Jeffran salah satu dari siswa yang menunggu jemputan. Selama menunggu, dia memainkan ponselnya yang menampilkan pesan dari Hendra. Semuanya berisi daftar nama dari beberapa anak yang mereka curigai.
"Gandi dari ekskul bulutangkis," gumam Jeffran pelan. "Namanya kayak enggak asing."
Tidak lama kemudian, Jeffran kembali mendapat beberapa foto yang telah dikirimkan oleh Hendra. Di sana terdapat wajah 12 orang yang menjadi tersangka utama dan kemungkinan pernah berkomunikasi secara intens dengan Yudhistira serta yang lainnya.
Jeffran mengerutkan keningnya saat dia melihat wajah Gandi. "Kenapa wajahnya sangat familiar, ya?" tanya Jeffran pada dirinya sendiri.
Sepersekian menit kemudian, sudah ada suara klakson dari mobil berwarna abu perak yang berhenti tepat di depannya. Kaca mobil diturunkan, menampakkan sesosok pria dewasa dengan rahang tegas dan rambut yang mulai beruban, namun tidak melunturkan aura tegas dan ketampanannya.
Jeffran mengembuskan napas kasar. Dalam hati ia bertanya-tanya mengenai sebab Papanya yang tiba-tiba berinisiatif menjemputnya. Padahal pria itu susah sekali dihubungi, bahkan jarang pulang ke rumah karena selalu mengutamakan pekerjaan dibandingkan keluarga.
Jairo Sadipta, nama pria yang menyandang status sebagai Papa Jeffran, namun hingga saat ini belum bisa menjalankan tugas selayaknya orang tua. Beliau selalu mengutarakan jutaan alasan mengenai kepergiannya ke berbagai kota dan negara luar, hampir tidak pernah mau menyempatkan waktu demi bertemu anak dan istrinya di rumah.
Peristiwa itu telah menjadi hal biasa bagi Jeffran sebab ia sudah mengelaminya semenjak kecil. Dari yang pernah ia dengar, orang tuanya menikah karena sebuah keharusan supaya keluarga Papanya bisa meraih suatu kekuasaan, bisa melebarkan sayapnya dibidang properti.
"Masih betah berdiri di sana?" Kalimat pertama yang terucap dari bibir pria dewasa itu langsung membuat Jeffran tersadar dari lamunannya.
Tetap berusaha tidak peduli akan ucapan Jairo, Jeffran segera membuka pintu mobil bagian belakang. Ia memangku tasnya sendiri, lantas memejamkan mata.
"Ada hal apa sampai ingat pulang ke rumah?" tanya Jeffran tanpa melihat Papanya.
Pria dewasa itu melirik Jeffran dari kaca, kemudian mulai mengendarai mobilnya supaya berbaur dengan kendaraan lain di jalanan raya. Ia yakin bahwa setiap ia pulang, Jeffran selalu berniat mengulik perbuatannya.
"Sedang tidak sibuk," jawabnya pelan. "Lagipula, tidak sopan bertanya begitu kepada Papamu."
Jeffran membuka matanya, ia melirik sang Papa dengan tatapan sinis. "Kalau hanya dididik sepihak oleh orang tua, bukannya perilaku enggak sopan itu menjadi hal wajar? Padahal orang tuaku masih lengkap. Jadi jangan lagi membahas sikapku, langsung saja katakan alasan Papa pulang, lalu lakukan kegiatan Papa seperti biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBIT
Mystery / Thriller"Sang Pecandu datang." Riwayat kami akan segera tamat apabila manusia sialan itu tiba. Kegelapan kembali merenggut paksa harapan kami untuk bebas. Jalan yang telah kami tempuh dengan keringat, air mata, dan pemikiran harus berakhir seperti ini. Kam...
