Bagian 49 | Gejolak Peristiwa

62 22 7
                                        

Pada bagian kali ini sama sekali tidak memuat banyak peristiwa berarti karena saya sedang mengalami block writing. Namun saya harap kalian tetap bisa menikmati bacaan ini hingga saya perbarui bab selanjutnya pada esok hari sekitar jam setengah empat sore.
Terima kasih

Bagian 49 | Gejolak Peristiwa

"Kami yang telah menderita, hanya mampu berboncengan peluh dalam menyuarakan keluh."

🖋🖋🖋

Bus-bus besar mulai memasuki halaman sekolah yang belum terkena sinar matahari sepenuhnya. Pepohonan rindang yang sengaja dibudidayakan agaknya masih enggan untuk memberi cela kepada mentari menyebarkan kehangatan. Akan tetapi, hal demikian tidak membuat semangat para siswa-siswi SMA Pinang Gading pupus. Mereka malah semakin memamerkan senyuman terbaik sembari menyandang tas punggung berisi perlengkapan kemah untuk beberapa di perbukitan area sekitar lereng gunung.

Di antara padatnya kerumunan murid dari kelas sepuluh hingga duabelas, tampak seorang pemuda yang duduk pada kursi kayu jati di sekitar pepohonan. Bahunya turun beberapa senti, kakinya menekuk dengan kepala yang kian menunduk. Di sampingnya terdapat tas besar berwarna abu, senada dengan jaket berbau mint yang ia kenakan.

Setiap hela napas yang ia keluarkan, mengandung segala keluh kesah yang tak sanggup ia bicarakan.

"Hendra, bisa tolong absen teman-teman kelas kita dulu, gak? Gue masih sibuk soalnya," pinta ketua kelas sebelas empat mendatangi sosok yang tengah gundah tersebut seraya memegang kertas berisi nama-nama siswa-siswi kelas mereka.

Meski ingin menolak, Hendra memilih mengembuskan napas berat dan mengangguk patuh. Dia memamerkan senyuman tulusnya dengan tangan kanan yang meraih kertas tersebut.

"Gue absenin sekarang?" tanya Hendra masih ragu, pasalnya sekarang masih jam tujuh lewat lima menit. Belum waktunya mereka akan berangkat.

Sang Ketua Kelas mengiyakan. "Anak-anak udah pada kumpul, Hen. Sekalian bagikan obat anti mabuk sama mereka. Lo tahu sendiri banyak yang mabuk darat, nanti muntah-muntah di bus malah gue juga yang repot."

"Gue lakuin semuanya, nih? Terus lo ngapain?" Hendra mengangkat sebelah alisnya heran.

Jika semua tugas ketua kelas dilimpahkan kepada dirinya, lantas apa yang dikerjakan oleh sang pemilik jabatan asli?

"Ada pertemuan bentar sama anak OSIS, katanya mau bagikan formulir persyaratan lomba sama pendaftaran. Kita diskusikan di bus nanti. Oh, atau lo mau gantikan gue yang ikut pertemuan? Kayaknya ada teman lo tuh, si Abimanyu!"

Sang Ketua Kelas menunjuk ke arah kerumunan anggota OSIS yang sibuk dengan bermacam-macam kertas digenggaman mereka. Belum lagi mereka harus menempelkan kertas berisi pemberitahuan bus untuk kelas-kelas nantinya.

Di antara banyaknya makhluk yang bertebaran di sebrang sana, Hendra sama sekali tidak menemukan keberadaan Abimanyu. Dia lantas menoleh kepada lawan bicaranya sambil menggeleng pelan.

"Lo aja yang ikut pertemuan, biar gue yang bagikan obat sama absenin teman-teman kelas kita. Gue lagi gak fokus sekarang, takutnya malah informasinya gak disampaikan dengan baik!" ungkap Hendra tersenyum kecil.

Tanpa banyak pembicaraan yang kembali terucapkan, dua anak Adam yang sempat saling berinterkasi itu mulai memisahkan diri supaya bisa menjalankan tugasnya masing-masing.

JERUJI IKRAR | TAMAT & TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang