pak bolas

5.5K 219 2
                                    

14. 

Cahaya matahari telah memancarkan sinarnya. Cahaya itu menembus ke dalam kamar seseorang. Di sana seorang gadis sudah tidur dengan posisi berbaring. Sedangkan anak laki-laki itu tetap tidur dengan tenang sambil memeluk bantal gulingnya.

Ceklek..

Pintu terbuka menampilkan Lia yang sudah rapi dengan pakainya. Semalam setelah dia selesai mandi dan membereskan kamarnya, dia pergi ke kamar Zen untuk memeriksa putra itu apakah sudah tidur atau masih menangis. Dia takut merepotkan Ester karena sudah mengurus Zen. Alhasil semalam setelah dia masuk ke kamar Zen. Dia memperhatikan dengan seksama Ester yang sedang tertidur dengan posisi sandaran. Lia membernarkan posisi tidur Ester dan pada akhirnya dia juga ikut tidur di sana. Takut-takut Zen bangun saat tengah malam dan bisa mengganggu tidur Ester.

Tadi pagi dia bangun pukul 05.00 subuh. Dia mulai membersihkan rumah, karena memang di sini tidak ada pembantu. Setelah selesai membersihkan rumah, dia langsung mandi dan kini kembali lagi ke kamar Zen untuk memandikan Zen, karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi.

Tapi ternyata Zen belum bangun.

Alhasil dia membangunkan Ester. Karena hari ini sekolah.

"Ester."

"Ayo bangun. Kamu sekolah kan hari ini?" Lia menepuk pelan pipi Ester.

Ester merasa terusik dari tidurnya. Akhirnya dia bangun dan melihat Lia yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Kamu sekolah kan hari ini?" tanya Lia yang membuat Ester menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kamu mandi saja. Nanti biar Nakala yang anterin kamu pulang," ucap Lia yang mendapat gelengan dari Ester.

"Ester pulang sendiri aja, Tan."

"Kamu harus pulang dengan Nakala."

Akhirnya Ester mengangguk.

**

Saat ini Ester sudah berada di asramanya, setelah tadi pagi di antar oleh Nakala.

Saat dia masuk, ternyata sudah ada Caca yang telah siap dengan seragam sekolahnya.

Caca yang melihat kehadiran Ester, langsung berlari dan memeluk Ester dengan erat.

"Gue juara 1, Ester!" teriaknya seraya memeluk tubuh Ester dengan begitu erat. Bahkan dia mengguncang-guncang bahu Ester.

Ester menatap Caca dengan antusias. Kali ini dia tidak boleh menunjukkan wajah datarnya. Memang bagi Ester sulit mengendalikan ekspresi wajahnya. Tapi ya itu harus.

"Hebat banget Caca gue!" puji Ester yang ikut memeluk Caca dengan erat.

"Lo, Lo, tim Lo gimana?" tanya Caca yang juga ikut antusias.

"Tebak?" ucap Ester.

Caca mengangguk. " Gue yakin, tim Lo juara 1 kan?"

Ester mengangguk dengan tersenyum. Lagi-lagi perasaan bahagia meliputi Caca, dia kembali memeluk Ester dengan erat.

"Gila, keren euy. Lo emang sahabat gue yang hebat, Ter. Bangga gue. Bangga gue punya sahabat kayak Lo." Caca begitu antusias.

"Gue belum mandi, Ca," celetuk Ester tiba-tiba yang membuat Caca membulatkan matanya lebar-lebar.

"Lo kok nggak bilang sih?! Jadi bau kan gue!" pekik Caca seraya mengambil parfumnya sambil menyemprot-nyemprotkan di bajunya.

Ester hanya terkekeh pelan lalu Lang berjalan ke arah kamar mandi untuk mandi.

**

"Penghargaan pertama diberikan kepada tim basket putri. Atas kemenangannya kami ucapkan banyak terima kasih. Karena kalian nama sekolah kita semakin besar," ucap Kepala sekolah seraya memberikan piala serta sertifikat dan hadiah untuk para tim basket putri.

Lanjut demi lanjut, kepala sekolah mengumumkan kemenangan yang para siswa dan siswi mereka raih. Yang paling mengapresiasi di sini adalah, siswa dan siswi yang melaksanakan pertukaran pelajar. Mereka semua yang ikut berhasil meraih 3 besar.

Mereka dari sekolah yang kecil, namun kemampuan mereka benar-benar besar.

Lima murid pertukaran pelajar itu benar-benar membanggakan.

_________________________________________

Setelah selesai pengumuman tadi, kini Ester berada di dalam kelasnya yang kosong. Karena memang hari ini pelajaran olahraga, tapi dia tidak wajib untuk ikut karena guru olahraga bilang dia pasti masih lelah, setelah kemarin memenangkan kejuaraan internasional.

Ester memikirkan ucapannya semalam saat berada di rumah keluarga Leonardo. Dia berencana untuk mengakui semuanya kepada Isvana. Tapi jika dia mengakuinya kepada Isvana. Dia takut Isvana akan menjauhinya.

Jujur, dia tidak mau berada di fase seperti ini.

"Apa gue nyari Bunda sama Ayah?" gumam Ester. Dia berniat untuk mencari orang tuanya. Tapi bagaimana caranya?

Jujur, Ester bingung.

Bersambung..

Separated Twins : ESVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang