🍡walu

6.2K 244 2
                                    

08. 1 bulan

***

Tak terasa sudah satu bulan Ester, Caca, Selena, Kevin dan Wili menjadi murid pertukaran pelajar di SMA ini. Sebulan ini juga mereka mempelajari materi di sekolah ini dengan baik. Kabar yang bagus adalah 2 minggu lagi akan banyak lomba dan pertandingan yang akan diadakan di sekolah ini.

Selena, Caca, Ester, Kevin dan Wili diikut seraya dalam hal itu.

Selena yang diikutkan dalam lomba menari. Caca yang diikutsertakan dalam lomba ceers. Kevin yang akan diikutsertakan sebagai salah satu perwakilan SMA Stephen untuk mengikuti olimpiade bidang Matematika. Wili yang ikut olimpiade sains. Dan Ester yang menjadi anggota basket perempuan yang akan mengadakan pertandingan tingkat internasional.

Ester senang. Itu artinya dia mendapatkan kepercayaan dari guru-guru di sini. Dalam hati, dia berharap mereka bisa memang. Dengan itu, Ester akan kembali ke Bandung dan berlari memeluk Ibu panti dengan erat sambil mengatakan kemenangannya.

Kabar ini diberi sekitar 1 minggu yang lalu. Satu minggu ini pula, Ester berserta tim nya selalu berlatih setiap pulang sekolah. Di dalam tim itu ada dirinya, termasuk juga Isvana dan yang lainnya. Di sini dia dan Isvana yang ditugaskan untuk melatih yang lainnya agar lebih mahir.

Tentunya, Isvana dengan senang hati menerimanya, apalagi berada dekat dengan Ester. Jujur, Isvana merasa nyaman berada di dekat Ester. Dia merasa mereka berdua ada keterikatan hubungan satu sama lain. Karena tak pernah Isvana senyaman ini ketika berteman dengan seseorang.

"Ester," panggil Isvana yang membuat Ester menoleh ke arahnya.

"Hmm?"

"Lo tinggal berapa minggu lagi di sini?" tany Isvana yang membuat Ester menatap heran.

"Kenapa?"

"Gue kayaknya nggak sanggup tanpa Lo, deh, Ter."

"Belok ya Lo!" teriak Caca dari arah belakang mereka yang membuat Ester begitu terkejut.

Isvana melotot menatap Caca. "Jangan asal ngomong ya!"

"Ye, siapa tau aja kan. Buktinya satu bulan ini lo ngintilin Ester terus," ujar Caca dengan tertawa.

"Gue cuman ngerasa kalau Ester itu saudara gue," gumam Isvana yang masih dapat terdengar oleh telinga Ester.

Ester tersenyum. Dalam hati dia berkata, "Gue adik Lo, Isvana."

Namun, itu hanya di dalam hati saja. Biarkan saja seperti ini terus, sampai nanti saat waktunya tiba dia akan mengungkapkan yang sebenarnya.

Caca terkekeh pelan. "Serius, Lo gitu cuman karena ngerasa kalau Ester saudara Lo, bukan karena Lo belok?"

"Diem Lo Caca!" tekan Isvana dengan menatap tajam Caca. Sampai-sampai Caca begitu terkejut melihat tatapan itu. Persis dengan tatapan yang sering Ester berikan kepadanya.

"Sorry, gue cuman bercanda, hehe," cengir Caca dengan cengengesan.

"Nggak lucu!" ketus Ester.

****

Hari ini Ester duduk di kursi warung siomay yang sekitar satu bulan lalu pernah dia singgahi. Hanya sekedar duduk. Dia juga sudah izin, dan diizinkan.

Ester duduk dengan termenung. Entahlah dia sedang banyak pikiran akhir-akhir ini.

Jujur, dia merindukan Bu Nadia dan anak panti. Namun, dia tidak bisa menelpon mereka untuk sekedar bertanya kabar. Dia tidak punya handphone.

Saat tengah bengong, Ester dikejutkan dengan sodoran air yang entah siapa memebrikannya. Ester tidak mengambilnya, melainkan mendongak menatap siapa yang menyodorkan air minum itu.

Ternyata, tunggu, rasanya Ester Ken dengan orang ini. Tapi siapa?

"Assalamu'alaikum. Saya Nakala, yang waktu itu kamu tolong," ucap laki-laki itu yang ternyata adalah Nakala. Laki-laki yang satu bulan lalu dia tolong.

Ester mengangguk. "Wa'alaikumussalam," jawabnya.

"Ambil airnya," ucap Nakala yang membuat Ester mengambilnya. Karena memang dia sedang haus.

"Terima kasih," ucap Ester sambil membuka penutup botol air mineral itu.

Nakala mengangguk. "Terima kasih sudah menolong saya waktu itu. Jika tidak ada kamu, mungkin saya akan terkapar di sana sendirian," ujar Nakala yang sudah duduk di sebelah Ester dengan jarak yang cukup jauh.

"Hmm," dehem Ester.

Nakala mengernyit heran." Maaf jika saya lancang, tapi saya pikir kamu berbeda dengan waktu itu. Kamu waktu itu banyak bicara tapi kenapa sekarang hanya bicara seadanyam?" tanya Nakala yang membuat Ester menoleh sebentar menatap Nakala.

"Lupakan saja. Waktu itu saya terlanjur panik jadi, ya gitu," ucap Ester dengan menggaruk pelan lehernya.

Nakala terkekeh.

Ester yang mendengar kekehan dari Nakala terdiam. Kenapa jantungnya berdetak? Tidak mungkin kan, dia kena penyakit jantung.

"Boleh saya membawa kamu ke rumah saya? Bunda saya terus menyuruh saya mencari kamu untuk di undang ke rumah. Tapi satu bulan ini saya tak pernah berhasil menemukanmu. Kalau boleh tau, kamu tinggal di mana?" tanya Nakala menyampaikan keinginan Bundanya sekaligus menanyakan tempat tinggal Ester.

"Saya dari Bandung. Saya di sini karena mengikuti pertukaran pelajar," jawab Ester yang membuat Nakala menganggukkan kepalanya.

"Boleh saya tau nama kamu?"

Ester menoleh dan menatap Nakala dengan heran. Kenapa banyak sekali pertanyaan?

"Maaf, mungkin kamu kurang nyaman, saya minta maaf," ucap Nakala yang seolah tau reaksi yang Ester tunjukkan.

"Ester," jawab Ester.

Nakala mengangguk. "Ester, boleh saya bawa kamu ke rumah saya untuk bertemu Bunda?" tanya Nakala yang membuat Ester berpikir.

Mau tidak ya?

Pada akhirnya Ester setuju. "Boleh," ucapnya.

Nakala berdiri dan langsung menaiki motornya. "Ayo," ucap Nakala menyuruh Ester naik ke jok belakang motornya.

Ester segera naik. Sejujurnya dia tidak ingin berurusan dengan laki-laki. Tapi karena ini bukan dengan laki-laki itu melainkan dengan ibunya, akhirnya Ester setuju.

Bersambung...

Separated Twins : ESVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang