05. Ester, pokoknya lo harus jadi temen gue!
__
Hari ini merupakan hari kedua, Ester dan teman-temannya melaksanakan pertukaran pelajar. Setelah kemarin pertemuannya dengan Isvana, ia merasa lega. Benar-benar lega.
Hari ini adalah jadwal kelasnya untuk berolahraga. Ia telah memasukkan baju olahraga yang telah disiapkan ke dalam tas nya.
"Kayaknya, pagi ini lo auranya seger banget," celetuk Caca yang membuat Ester menatap Caca dengan penuh tanda tanya.
"Maksudnya, beda banget dari kemarin. Lo kemarin diam-diam aja, terus juga auranya kayak lagi kusut gitu."
"Jangan-jangan lo kemarin ketemu cowok ganteng ya?" tuding Caca dengan menggoda Ester.
"Bukan," ucap Ester.
"Yaudah deh. Gue kira Lo ketemu cowok ganteng."
**
Saat ini kelas 11 IPA 1 dan 11 IPA 2 telah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan pemanasan terlebih dahulu sebelum masuk ke permainan inti.
Entah sengaja atau tidak, Isvana saat ini sedang berbaris di sebelah Ester. Isvana sedari tadi terus mengajaknya berbicara tanpa henti. Namun dia hiraukan. Bukannya dia sombong, hanya saja dia takut untuk kelepasan memeluk Isvana. Dan dia tak ingin itu terjadi. Akan sangat aneh rasanya jika dia memeluk Isvana.
"Perasaan, dari tadi gue ngomong, Lo nggak jawab sih," kesal Isvana yang berhenti melakukan pemanasan.
"Gue nggak nyuruh lo ngomong," ucap Ester yang membuat Isvana membulatkan matanya. Gila, ini gila. Seumur-umur dia hidup tidak pernah ada yang mengacuhkannya seacuh Ester mengacuhkannya.
"Ya, kan gue yang mau ngomong. Pokoknya, Ester, Lo harus jadi temen gue mulai sekarang. Dan Lo nggak bisa nolak," tekam Isvana yang sudah bercak pinggang. Dalam hati Ester terkekeh, ternyata ini sosok Kakaknya. Keras kepala.
Estee rasanya ingin menguji Isvana terlebih dahulu. Mungkin seru.
"Bisa main basket?" tanya Ester yang sudah duduk di tengah lapangan sambil meluruskan kedua kakinya setelah pemanasan yang baru saja mereka lakukan.
Isvana berdecak kes dengan Ester. Ester mengalihkan pembicaraan. Namun tak ayal ia tetap menjawab. "Bisa. Kenapa? Mau tandinh?" tanya Isvana berusaha membuat Ester emosi.
Namun bukannya emosi, Ester terkekeh membuat matanya menghilangkan. "Nantangin?" tanyanya dengan santai.
Isvana tersenyum. Boleh juga jika mereka bertanding. "Gue kalah, lo bisa minta apa pun ke gue. Gue menang, lo harus jadi temen gue," ucap Isvana dengan menaik-turunkan alisnya.
"Deal," timbal Ester yang langsung berdiri dari duduknya. Menghampiri guru olahraga mereka dan mengatakan dia akan bertanding basket dengan Isvana.
"Kamu yakin? Isvana tim basket putri yang menang sudah 5 kali," ucap guru tersebut sambil menyerahkan bola basket ke tangan Ester.
Ester mengangguk.
Ester melempar ikat rambut yang ada pada saku almamaternya kepada Isvana yang masih duduk. Sedangkan ia sendiri juga langsung mengikat rambutnya. Walau sedikit sia-sia, karena rambutnya ia potong mulet, jadi banyak yang tidak masuk ke ikatan rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Twins : ESVANA
Ficção GeralKembar dengan dua kepribadian yang berbeda. Hidup yang berbeda. Orang tua yang berbeda. Ini tentang dua gadis kembar. Estrella Ghannieze dan Isvana Ghitara. Isvana yang diadopsi dan Estrella yang tinggal di panti asuhan. Terpisah dari kecil membuat...