walu bolas

6.7K 280 1
                                    

18. Bunda

Selesai mandi, Ester duduk di kursi ruang tengah menunggu kedatangan orang itu. Jantungnya berdetak dengan kencang.

Dalam hati dia terus berdo'a, semoga saja itu benar-benar Ibunya.

"Ya Allah, semoga saja ini benar Bunda."

Ester terus menunggu dengan jantung yang tidak hentinya berdetak dengan kencang. Bu Nadia tersenyum memperhatikan. Sejujurnya dia tidak sanggup berpisah dengan Ester yang sudah ia rawat selama belasan tahun. Namun, jika wanita itu benar, ibu kandung Ester, Nadia siap melepas Ester untuk berbahagia dengan ibu kandungnya.

Tak lama sosok perempuan berambut sebahu dengan balutan dress putih di bawah lutut itu duduk di depannya.

Ester tertegun. Wajah itu mirip dengan wajah Isvana. Apa ini ibunya? Rasanya dia merasakan perasaan yang senangnya luar biasa. Dia yakin, ini ibunya. Perasaannya tidak mungkin salah. Ini feeling seorang anak kepada ibunya.

"Bunda," panggilnya.

Wanita itu mengangguk. "Ini Bunda, sayang," ucapnya yang langsung memeluk erat Ester.

"Maaf, sayang. Bunda baru bisa datang sekarang untuk menjemput kamu," ucap wanita itu yang tak lain adalah Biola, Biola Denata.

"Ini beneran Bunda? Bundanya Ester?" tanya Ester yang sudah menangis di pelukan Biola.

Biola mengangguk. "Ini Bunda, sayang," ucapnya.

Ester semakin yakin jika ini memang benar bundanya. Perasaannya mengatakan ini bundanya. Ibu kandungnya.

Bu Nadia tersenyum haru menatap ibu dan anak itu. Dia merasa bahagia.

Cukup lama Biola dan Ester berpelukan. Hingga kini mereka tengah duduk berdua di rumah tamu. Sedangkan Bu Nadia tengah sibuk mengurus anak-anak lainnya.

"Kamu baru selesai pertukaran pelajar?" tanya Biola yang mencoba untuk akrab dengan Ester. Walau rasanya sedikit canggung. Mengingat mereka tidak pernah berinteraksi.

"Iya," jawab Ester yang sedikit gugup.

"Kalau boleh Bunda tau, kenapa kamu kamu ikut ini?" tanya Biola.

"Nyari Isvana, Bund," jawab Ester yang membuat Biola terkejut.

Jadi ini alasan Ester ikut pertukaran pelajar. Bertemu dengan Isvana. Biola merasakan kasih sayang yang besar di diri Ester untuk Isvana.

Dia mengenal wajah Ester, karena wajah Ester benar-benar copyyan dari suaminya, Savior.

"Kamu ketemu sama dia?" tanya Biola lagi.

Ester mengangguk. "Dia bahagia, Bund."

Biola bernafas lega mendengarnya. 16 tahun dia dan suaminya pergi ke berbagai negara untuk menghindari kejaran orang-orang itu. Sehingga mereka harus terpisah dengan kedua putri mereka. Dan kini, Biola sudah menemukan Ester. Sedangkan Isvana sudah diadopsi oleh orang lain.

"Kamu mau ikut Bunda ke rumah di jakarta? Di sana Ayah sudah menunggu." Biola menatap penuh harap kepada Ester.

Ester sedikit ragu. Bukannya dia tidak ingin, tapi apa dia siap meninggalkan panti ini? Apa dia siap berpisah dengan Bu Nadia yang notabennya sudah dia anggap Ibu sendiri.

"Kamj ikut saja. Bukannya kamu selalu mengharapkan orang tua kamu masih hidup. sekarang waktunya, jangan kamu sia-siakan, nak," celetuk Bu Nadia tiba-tiba yang baru saja masuk dari luar.

Ester akhirnya mengangguk. Dia setuju ikut dengan Ibunya.

"Gih, kamu beresin barang-barang kamu," ucap Bu Nadia yang diangguki oleh Ester.

Ester segera pergi menuju kamarnya.

Sedangkan Biola menatap Nadia dengan tatapan haru yang luar biasa. "Terima kasih, sudah merawat dan menyayangi Ester selama ini, Bu. Saya tidak tau bagaimana cara membalasnya. Saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu. Jika saat itu Ibu tidak mengambil kedua anak saya. Mungkin saja mereka tidak ada lagi di dunia ini. Saya benar-benar terima kasih.'

"Ini sudah tugas saya, Bu. Lagipula saya ikhlas menyayangi Ester. Dia sudah seperti anak saya sendiri," ucap Nadia tersenyum hangat menatap Biola.

"Terima kasih banyak, Bu. Di mobil, tadi saya membawakan anak-anak pakaian dan mainan," ucap Biola yang membuat Nadia mengucapkan banyak terima kasih.

Bersambung.....

Separated Twins : ESVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang