19. Ayah?
Kini Ester sudah berada di dalam mobil milik Biola, Ibunya. Matanya bengkak, dia terlalu banyak menangis hari ini. Dia berpamitan dengan Nadia seraya air mata yang tidak henti-hentinya mengalir.
Jika boleh jujur, dia tidak sanggup berpisah dengan Nadia. Tapi dia juga ingin merasakan hidup bersama orang tua kandungnya. Alhasil Bu Nadia menawarkan kepadanya untuk berkunjung ke sini jika dia merindukannya.
"Nanti kita ke sini lagi, kalau kamu kangen sama Bu Nadia dan anak-anak," ucap Biola yang berusaha menenangkan Ester.
Dia mengerti dengan perasaan putrinya. Bertahun-tahun hidup dengan Nadia. Pasti rasa sayang Ester terhadap Nadia begitu besar.
Ester mengangguk. Tak ayal dia bangga dengan Bundanya karena bisa mengerti dengan pesarasaannya.
"Ayah," gumam Ester yang kini benar-benar merasa penasaran dengan sosok Ayahnya. Sosok pendamping Ibunya.
"Ayah ada di rumah, sayang. Dia tadi pagi baru datang dari Italy dan tubuhnya luka. Jadi Bunda bilang dia tetap menunggu di rumah."
Ester mengeryit heran, ada apa dengan keluarganya?
"Kenapa bisa luka?" tanya Ester.
Biola menggeleng. "Belum saatnya kamu tau, sayang."
Ester hanya mengangguk saja. Mungkin memang belum waktunya dia tau semuanya.
**
Rumah menjulang tinggi berwarna cream. Rumah ini sangat besar. Apa ini benar-benar rumah. Pasalnya saat dia menoleh ke arah luar saat mobil ini memasuki gerbang rumah, halamannya luas dan banyak pepohonan di sekitarnya.
Benarkah ini rumah kedua orangtuanya? Jika benar, apa dia bisa tinggal di sini? Dia tak yakin akan betah tinggal di rumah sebesar ini. Pasalnya sedari kecil dia terus hidup sederhana. Bilang saja Ester norak, tapi itu kenyatannya.
Rumah ini lebih besar dari rumah keluarga Leonardo.
Ester yang sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba terkejut mendengar penuturan Bundanya.
"Ayo turun, kita sudah sampai."
Ester turun sambil membawa tas nya. Tatapannya datar, karena ya, memang begitu wajahnya. Jika dia diam dia akan terus terlihat judes apalagi dengan matanya yang tajam, rahang yang tegas, itu benar-benar membuat wajah Ester terlihat seperti selalu datar.
Ester bangga dengan wajahnya, kenapa? Tidak ada yang berani mengganggunya karena mau dia diam ataupun bicara, wajahnya akan tetap terlihat judes dan itu membuatnya ditakuti. Juga aura yang dimiliki Ester itu kuat. Aura mengintimidasi. Entahlah, dia ini disegani baik di sekolahnya ataupun saat pertukaran pelajar.
Hanya Isvana dan Caca yang benar-benar berani mengusiknya walau tatapan tajam itu selalu ada setiap saat.
Jika dilihat-lihat, Biola sama sekali tidak mirip dengannya. Bundanya itu memiliki bola mata yang bulat dan wajah yang benar-benar memancarkan aura yang elegan, persis seperti Isvana. Dan lagi, Ester lebih tinggi dari Biola. Tubuh Biola hanya sampai telinga Ester.
Ester jadi penasaran, wajahnya ini mirip dengan siapa? Apa mungkin Ayahnya?
Ester berjalan di belakang Biola dengan tegap. Tidak ada anggun-anggunnya dalam berjalan. Karena itu Ester bukan Isvana. Ester yang kaku, dan irit bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Twins : ESVANA
Genel KurguKembar dengan dua kepribadian yang berbeda. Hidup yang berbeda. Orang tua yang berbeda. Ini tentang dua gadis kembar. Estrella Ghannieze dan Isvana Ghitara. Isvana yang diadopsi dan Estrella yang tinggal di panti asuhan. Terpisah dari kecil membuat...