24. Pulang malam
Ester berjalan terus berjalan tak tentu arah. Katakan saja dia alay karena hanya dengan perkataan itu, dia langsung pergi begitu saja. Dia kekanakan bukan?
Ester merogoh saku celananya, mencari uang di sana. Untungnya dia membawa uang 100 RB. Dia jadi ingin membeli es cendol yang ada di ujung jalan sana.
Dia berjalan menuju pedangan es cendol itu dengan cepat. Tak ingin kehabisan, pasalnya es cendol itu dikerumuni banyak orang.
"Mang, Es nya dua ya."
"Siap, neng. Tapi nanti ya, lagi ngeladenin anak-anak ini dulu."
Ester mengangguk.
Seraya menunggu es nya selesai, Ester menoleh ke kiri dan ke kanan mencari tempat yang enak untuk meminum es nya. Dia melihat di ujung sana ada taman yang terdapat danaunya. Dia ke sana saja lah.
Cukup lama dia menunggu, hingga akhirnya selesai dibuatkan. Ia memberikan uangnya yang sisa satu lembar tadi.
"Neng, ada uang kecil? Ini nggak punya kembaliannya."
"Ambil saja, Mang," ucap Ester yang langsung pergi dari sana.
"Terima kasih banyak, neng! Semoga hidupnya bahagia terus!"
Ester tersenyum mendengar teriakkan mamang es itu. "Aamiin," gumamnya mengamiinkan ucapan mamang es tersebut.
Ester berjalan ke sana dengan tangannya memegang kantong plastik berisikan es yang dibelinya tadi.
Tak lama, dia sampai di kursi yang ada di bawah pohon yang menghadap langsung ke danau. Ester menyeruput es nya dengan nikmat. Sudah alam dia tidak meminum es cendol. Rasanya dia merindukan Caca. Saat di Bandung, dia sering mencari jualan es cendol bersama Caca.
Ester mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Dia membuka room chat dengan Caca. Ternyata Caca mengiriminya pesan.
Caca
Ester, gue kangen banget sama Lo😔
Ester terkekeh membacanya.
Gue jugaTak menunggu waktu lama, pesannya langsung kembali dibalas oleh Caca.
-Serius Lo kangenin gue juga?
Hmm
Ester, Lo kenapa harus ke Jakarta sih?
Karena rumah orang tua gue di Jakarta.
Ca, gue mau pulang ke Bandung.
Loh kenapa?
Entah, gue kangen Lo, mungkin?Sumpah, ini bukan kayak Lo, Ter
Jangan-jangan ini memang bukan Lo?Ini gue
Gimana kalau gue pindah ke Jakarta?
Serius?
Tapi masa kerja bokap gue di sini belum habis, masih 2 bulan lagi.
Gue tunggu dua bulan lagi deh, baru gue ke Jakarta. Tunggu gue ya, Ester sayang.
Iya sayang.Gila! Ini bukan Lo Ester.
Ester terkekeh. Seru juga bertukar pesan dengan Caca.
Setelah itu, Ester menatap danau di depannya. Hingga sekitar 30 menit kemudian, matahari sudah mulai terbenam, jam telah menunjukkan pukul 17.45 wib.
Ester bangkit dari duduknya. Dia membuka maps untuk sampai ke rumah. Karena dia masih belum tau dengan jalan di sini.
Dengan bantuan maps, Ester berjalan kaki mencari rumahnya. Ini sangat melelahkan, pasalnya jika dilihat dari maps, 2 jam baru bisa sampai ke rumah jika itu berjalan kaki.
Karena uang Ester sudah habis dan tidak ingin merepotkan Savior, dia terus berjalan seraya menoleh-noleh ke kiri dan ke kanan, melihat-lihat keadaan sekitar.
Satu jam penuh sudah Ester lewati. Jam sudah menunjukkan pukul 19.20 wib. Tapi Ester belum sampai di rumahnya. Dia masih berada di jalan. Mungkin sekitar 20 menit lagi dai akan sampai.
Ester terus berjalan dan berjalan. Hingga tiba-tiba ada dua laki-laki bertubuh besar menghadangnya.
"Wis, ada gadis cakep nih. Siniin hp Lo!"
Ester mengacuhkannya dan terus berjalan, hingga dia hapal pergerakan dari dua preman itu saat ingin memegang tangannya. Sebelum itu, Ester langsung menendang perut salah satu dari mereka dan berlari sekuat tenaga.
Jauh Ester berlari ternyata ia masih dikejar. Alhasil dia terus melawan preman itu. Wajahnya sudah babak belur. Begitu pun kedua preman itu. Kedua preman itu jauh lebih parah dibandingkan dengan Ester.
Hingga kedua preman itu terkapar tidak berdaya setelah Ester menendang perut dan hidung mereka secara bergantian.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, Ester langsung berlari sekuat tenaga.
Butuh waktu 19 menit untuk Ester sampai di rumahnya. Ah, ralat, rumah kedua orangtuanya.
Ester meminta tolong penjaga rumah untuk membuka gerbang. Si penjaga membukanya dan begitu terkejut melihat wajah nona nya yang lebam-lebam.
"Ayah Sam Bunda ada, Pak?" tanya Ester sebelum masuk ke dalam.
"Tadi bapak sama ibu, katanya jemput Nona Isvana sekalian makan malam di luar, Non."
Ester mengangguk. "Terima kasih, pak."
Ester berjalan gontai ke dalam rumah. Dia merasa diacuhkan. Tidak, jangan berpikir seperti itu Ester. Jangan berpikiran negatif.
"Apa-apaan Lo Ester. Tetap jaga Ester yang nggak perduli apa pun itu, jangan jadi Ester yang perasa kayak gini," monolog Ester.
Bolehkah dia iri dengan Isvana?
Padahal dia juga baru bertemu dengan Savior dan Biola. Tapi sepertinya mereka lebih suka dengan Isvana.
Tunggu, jangan iri Ester.
Ester masuk ke dalam rumah dan segera berlari menuju kamarnya. Segera mandi membersihkan tubuh.
Butuh waktu 15 menit untuk Ester mandi. Setelah dia mandi dia bergegas memakai pakaiannya dan langsung berniat turun ke bawah untuk makan. Sebelum suara tawa seseorang mengentikan pergerakannya.
Itu suara tawa Isvana.
Ester mengintip dari lantai atas ke ruang tamu. Dilihatnya jelas Biola yang tengah mengelus-elus kepala Isvana. Sedangkan Savior yang sedang tertawa bersama Isvana.
"Lo nggak di sana, karena mereka nggak tau Lo udah pulang, Ester."
Ester langsung kembali masuk ke dalam kamarnya, memilih untuk belajar untuk sekolah besok.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/369665997-288-k483215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Separated Twins : ESVANA
Ficción GeneralKembar dengan dua kepribadian yang berbeda. Hidup yang berbeda. Orang tua yang berbeda. Ini tentang dua gadis kembar. Estrella Ghannieze dan Isvana Ghitara. Isvana yang diadopsi dan Estrella yang tinggal di panti asuhan. Terpisah dari kecil membuat...