lima bolas

1.7K 77 0
                                    

15. Isvana

Di tengah lamunannya, Ester dikejutkan dengan kehadiran Isvana di sampingnya.

"Kenapa semalam lo pulang?" tanya Isvana yang membuat Ester menoleh ke arahnya.

"Caca pulang," jawab Ester berbohong.

"Tapi kan Lo bisa pamit dulu gitu ke gue," kata Isvana sambil mengerucutkan bibirnya.

Ester tersenyum memperhatikan tingkah Isvana.

"Maaf."

"Gue nggak mau maafin lo, kecuali Lo mau ceritain ke gue masa kecil Lo!" ujar Isvana dengan tersenyum menatap Ester.

Ester terkejut. Apa dia harus ceritakan semuanya?

Mungkinkah dia harus bercerita?

"Gue cerita, tapi Lo juga harus cerita," ucap Ester yang diangguki oleh Isvana.

"Siap."

Ester memulai ceritanya sambil menatap langit yang cerah. "Gue hidup di panti sejak masih bayi. Gue tumbuh besar di panti bersama anak-anak panti lainnya dan Bu Nadia, pemilik panti. Di sana gue bahagia. Di sana gue merasakan kasih sayang dari banyak orang. Gue nggak dikucilkan seperti anak-anak panti lainnya. Di sana gue dianggap ada."

"Lo anak yatim piatu?" tanya Isvana yang membuat Ester tersenyum.

Ester melanjutkan ceritanya tanpa menjawab pertanyaan Isvana. "Saat itu gue umur 10 tahun. Di mana gue udah mulai mikir dengan benar. Gue nanya sama Bu Nadia, kenapa gue bisa ada di sana. Dan di mana orang tua gue, apa gue punya saudara, atau mungkin kerabat. Bu Nadia bilang, dia nemuin gue sama kembaran gue di depan pintu rumahnya dengan sepucuk surat serta kertas yang berisikan nama gue dan kembaran gue di sana. Jujur, sejak umur 8 tahun gue ngerasa gue punya saudara tapi gue cuma diam. Dan berani bertanya saat umur gue 10 tahun. Dan untuk soal orang tua, Bu Nadia bilang, saat itu dia sekilas melihat sepasang suami-istri tersenyum ke arahnya dengan tubuh penuh dengan luka-luka. Dia orang tau gue dan kembaran gue."

"Jadi Lo nggak tau orang tua Lo di mana?" tanya Isvana yang diangguki oleh Ester. "Kembaran Lo?" lanjutnya.

"Dia diadopsi. Saat gue SMA gue minta tolong sama Bu Nadia untuk menanyakan keberadaan kembaran gue. Ibu dapat kabar kalau kembaran gue sekolah di sini. Karena itu dari kelas 10 gue selalu berusaha untuk ikut pertukaran pelajar. Namun selalu gagal. Dan saat kelas 11 gue berhasil ikut pertukaran pelajar ke sini." Ester melanjutkan ceritanya.

Isvana mengangguk mendengar cerita Ester. Ternyata kisah hidup Ester begitu sulit. "Lo udah ketemu sama dia di sini?" tanya Isvana.

Ester mengangguk. "Dia ada di sini. Selalu ada di samping gue. Gue bahagia liat dia bahagia."

"Siapa?" Tanya Isvana yang penasaran.

"Lo nggak perlu tau, Van. Dia rahasia di sini. Dia saja nggak tau kalau dia punya kembaran. Karena gue nggak mau dia tau itu. Dia sudah bahagia dengan keluarga angkatnya. Tau itu aja gue udah senang banget. Setidaknya dia bahagia di sini. Itu udah benar-benar cukup bagi gue."

"Tapi kenapa Lo nggak mau bilang sama dia kalau Lo kembarannya?"

"Ada waktunya dia tau semuanya. Dan itu bukan sekarang."

"Kapan, Ter? Nanti Lo bakal pisah jauh sama kembaran Lo."

"Setidaknya dia bahagia," responnya. "Gue berniat nyari orang tua gue. Gue masih berharap besar mereka masih hidup. Kalau gue udah nemuin orang tau gue, mungkin gue bakal bilang sama dia kalau gue kembarannya. Entah dia percaya atau enggak, gue nggak peduli."

Isvana semakin penasaran siapa yang dimaksud oleh Ester. "Siapa sih Ter?"

"Kalau gue bilang itu lo, Lo percaya?" tanya Ester yang membuat Isvana terdiam.

"Nggak. Karena gue tau gue anak perempuan satu-satunya di keluarga leonardo, dan gue bukan anak angkat," jawab Isvana yang membuat Ester mengangguk.

"Lo nggak perlu tau, Van," ucapnya lalu beralih tempat duduk menjadi di bawah pohon yang ada di samping kursi yang tengah di duduki oleh Isvana.

Dia menyenderkan punggungnya ke batang pohon dan memejamkan matanya.

"Lo tau Nakala?" tanya Ester tiba-tiba yang membuat Isvana kembali menatapnya.

"Nakala yang mana?" tanya Isvana.

"Nakala Haizan Faraga."

Isvana berpikir sejenak. "Anak SMA Dianta School?" tanyanya.

"Mungkin. Adiknya namanya Dazen," jawab Ester.

"Gue tau. Dia temennya Bang Gavan. Emang kenapa?" tanya Isvana yang hanya mendapat senyuman dari Ester.

Isvana menatap curiga ke arah Ester. Tak lama dia tersenyum menggoda. "Lo suka sama Nakala ya?" tanya Isvana yang mulai menatap jahil Ester.

Ester hanya terkekeh pelan. "Mungkin."

Setelah dia berdiri dan pergi dari sana. Saat sudah berada jauh, dia mendengar teriakan Isvana dan terkekeh pelan.

"Gue bilang sama Bang Gavan ya?! Biar nanti dicepuin sama Nakala!"

"Padahal cuman tertarik," gumam Ester.

Bersambung....

Separated Twins : ESVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang