35. Truth or dare ¹

20 1 0
                                    


~Menarilah dan terus tertawa, walau
dunia tak seindah surga ~

____\______/____

"Reza!!!"

"Apa cantik?"

"Hufftt, tungguin gue!" napasnya yang tak beraturan membuat laki laki disampingnya tertawa pelan, "Ck, lo ngeledek?"

"Percuma jago tarung, kalau lari dikit aja udah ngos ngosan kaya dikejar gorila" ledek Reza.

"Bukan di kejar gorila, tapi---" ucapan Zira terjeda beberapa saat, "Lagi ngejar gorila!"

"Owhhh, lagi ngejar goril- Heh? apaan tadi? maksud lo, gue gorilanya?" jari telunjuk nya menunjuk dirinya sendiri,

"Iya lah, siapa lagi" Zira sudah menyiapkan ancang ancang untuk kabur dari hadapan Reza.

"Ohh! mulai berani lo ya? sini lo, biar bukan gorila yang dikejar, tapi gorila lah yang mengejar"

"Wah? ngaku berarti kalau lo itu gorila? bagusdeh, jadi nggak perlu repot repot nyadarin, kalau lo itu gorila yang paling jeleq!" ejeknya, lalu berlari menjauhi Reza.

"Bocah kampret, sini lo jangan lari!" teriak Reza, dengan kaki yang berlari mengejar Zira.

"Mamak tolongg!! ada gorila ngamuk!!!!" teriaknya dengan lari terbirit birit, sembari tertawa lepas.

Interaksi antara keduanya membuat mereka menjadi pusat perhatian di lapangan olahraga.
Ya karena guru guru sedang rapat mereka terbebas kemana saja, Asalkan masih dilingkungan sekolah.

Tadinya Reza dan Zira main bola basket By one.
Tapi, berujung main kejar kejaran semacam anak kecil.

"Zira! jangan kabur lo! gue makan hidup hidup lo kalau ketangkep!!"

Zira mendengar teriakkan Reza, sontak ia menoleh ke arah belakang. Jarak mereka semakin dekat.
"Aaaaa, gorila nya makin dekat makin gila juga! Takutt!" pekik Zira, dengan kaki yang masih berlari. Sampai sampai ia tak melihat keadaan sekitar, termasuk keadaan di depannnya.

Brukkk.

"Awwws, aaa sakit" rintih Zira, dan melihat lutut mulus nya yang sedikit tergores. Ia baru saja menabrak dada seseorang, detik kemudian ia menengadah untuk melihat siapa yang ia tabrak.

Orang tersebut berlutut, dengan satu lutut yang menopak tubuhnya.
"Ke uks"

Bisa Zira simpulkan bahwa itu bukanlah suatu pertanyaan namun perintah.
"Gausah" tolak Zira pada Huzar, didetik kemudian ia melihat di samping nya sudah ada gorila yang tadi mengejarnya, ia berdiri dan menatap sinis pada Reza, "Gara gara lo nih!" Zira menepuk nepuk rok belakang nya yang sedikit kotor.

"Dih! lo yang lari, lo yang nabrak, lo yang jatuh, malah nyalahin gue" cibir Reza tak terima di salahkan.

"Bicit! dasar gorila!"

"Dih! awas lo kalau minta sesuatu sama gue, gak gue kasih!" ancam Reza, dengan wajah tengil

"Idih, ogah kali minta sama elo!"

"Yakin? kalau gue kasih bunga spesial lo sama yang lain, gimana?" tanya nya dengan tersenyum mengejek, karena ia tau kelemahan cewek disampingnya.

"Anji-" mulut Zira di tutup dengan tangan Reza segera, saking hapal nya ia dengan Zira menyangkut bunga kesukaan nya itu.
Interaksi mereka masih di perhatikan murid murid yang berada di sana, tak terkecuali Huzar yang sedari tadi masih di hadapan keduanya.

"Cewek, gaboleh ngomong kasar!" tegas Reza dengan tangan kanan yang masih,  berteger di mulut Zira.

Zira menepis tangan Reza dari wajahnya.
"Tangan lo bau tanah pusara, anjir!"

HUZZIRA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang