chapter 11

3K 484 22
                                    


Lisa pov.

Sekarang aku sedang belajar memasak di bantu oleh bibi Choi, aku ingin membuat sarapan untuk Jennie.

"Aak" aku mengibaskan tanganku saat cipratan minyak mengenai jariku.

"Hati-hati sajangnim" bibi Choi khawatir langsung menarik tanganku dan mencucinya di kitchen sink.

Rasanya perih sekali.

"Biar aku saja yang memasak, kamu kembali saja ke kamar. Aku tidak ingin kamu terluka" bibi Choi dengan tegas mendorongku keluar dari dapur.

Aku cemberut, bahkan untuk membuat sarapan saja aku tidak biasa, huh.

Dengan lesu aku kembali ke kamar.

Ceklek

Saat pintu terbuka aku melihat Jennie sudah bangun dan duduk bersandar di kepala kasur, rambutnya masih berantakan dengan wajah polosnya menata lurus ke depan.

"Hei, sudah bangun ya" aku tersenyum menghampirinya.

Jennie mengangguk, mungkin masih malas membuka suaranya.

Aku memeluknya dan mencium keningnya.

Seperti biasa aku menenggelamkan wajahku di lehernya lalu menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya.

"Kamu tetap wangi, seperti bayi" kataku.

"Lisa juga wangi" Jennie memeluk lenganku lalu menidurkan kepalanya di dadaku.

Seperti kucing yang ingin di manja majikanya.

"Cute" aku mengusap pipinya.

"Tadi aku belajar memasak, tapi gagal karena jariku terkena cipratan minyak. Bibi Choi langsung mengusirku karena takut aku terluka"  kataku.

Jennie langsung mendongak menatap ku.

"Lisa tidak papa? Mana yang luka?" Jennie tampak khawatir.

Aku terkekeh menggelengkan kepalaku.

"Ini, tapi aku sudah baik-baik saja" aku menunjukkan jari telunjuk sebelah kanan ku.

"Memerah Lisa, pasti sakit ya ssh cepat pulih ya jari" dengan pelan Jennie mencium jariku.

"Itu penghilang rasa sakit Lisa, ciuman Nini sangat ampuh kata Jane eonnie" Jennie tersenyum manis.

Aww lucu, aku gemas langsung mencium pipi Jennie berkali-kali.

Chup

Chup

Chup

"Langsung sembuh Nini, tidak ada rasa sakit lagi. Terimakasih untuk ciumannya" kataku.

"Kan, apa Nini bilang. Sama-sama Lisa" Jennie menampilkan gummy smile nya.

Damn! She is so cute..

Aku mengerutkan bibirku dan memejamkan mataku, sekuat mungkin menahan diri untuk tidak mengecup bibir tipis Jennie.

"Ayo berenang" ajak ku.

Mata Jennie seketika berbinar.

"Ayo!" Jennie bersemangat.

"Kamu suka berenang?"

"Ya Lisa, Nini suka sekali hihihi"

"Kalau begitu ayo" aku turun dari kasur.

"Yayy Nini berenang yeayy!" Jennie melompat dari kasur.

Mataku membulat.

"Astaga Jennie, jangan melompat kamu bisa saja terjatuh" aku menghampirinya.

"Hihihi tidak papa Lisa, Nini baik-baik saja kok" cengir Jennie.

Aku menghela nafas.

"Tetap saja itu berbahaya. Jangan di ulang lagi hmm" aku mengusap lembut kepalanya.

Jennie malah mempoutkan bibirnya.

Please Jennie jangan memajukan bibir mu seperti itu, aku semakin tergoda ingin mencium bibir merah muda mu itu!

"Arasso" cicit Jennie.

"Aku tidak marah hanya melarang yang kemungkinan membahayakan diri mu. Jangan cemberut, ayo" aku menggandeng tangan Jennie.

"Buka baju dulu Lisa" Jennie menarik tangannya.

"Ah iya lupa" aku menggaruk tengkuk leherku.

Setelah itu yang Jennie lakukan adalah langsung membuka piyamanya di depanku.

Mataku otomatis membulat.

Shit! Aku akan mati melihat tubuh indah Jennie.

Bayangkan saja Jennie hanya mengenakan bra dan underwear berwarna hitam di tubuhnya.

Kulit polos nya sangat putih dan bersih.

"Lisa, buka baju" Jennie menyentuh lenganku.

Aku memanas, mungkin sekarang wajahku sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Y-ya" dengan gugup aku membuka piyama ku.

Aku juga mengenakan bra dan underwear.

Kulihat Jennie hanya diam sambil menatap ke arah perutku.

"Kenapa Jennie?" Aku menyentuh wajahnya.

"Perut Lisa ada abs nya, waah" Jennie terlihat kagum.

Ah aku jadi malu.

"Itu karena aku rajin berolahraga" aku tersenyum canggung.

"Bolehkah Nini menyentuhnya?" Jennie memberikan tatapan polosnya.

"B-boleh hahaha tentu saja boleh Jennie" aku tertawa untuk menghilangkan rasa gugup ku.

Perlahan tangan kecil terjulur menyentuh perutku lalu jari telunjuknya menusuk-nusuk perutku.

Uhghh..

Aku merasa geli dan panas sekaligus.

"Sekarang ayo berenang" aku sudah panas dan ingin berendam untuk menghilangkan pikiran kotorku dari Jennie.

Jennie mengangguk dan aku segera menarik tangan Jennie menuju kolam renang yang terletak di samping kamarku.

Aku mengibaskan tanganku dan otomatis pintu kaca terbuka.

"Rumah Lisa canggih" kata Jennie.

"Rumah kita" aku mengoreksi.

"Rumah Lisa dan Jane eonnie lebih tepatnya" balas Jennie.

Aku terdiam.

•••

Tbc

16/06/24

Lisa makin lengket aja sama Nini, ingat Jane di rumah sakit.

Vote komen lanjut.

Jennie or Jane? [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang