Lisa pov.Sesampainya di depan rumah, Jennie tertidur pulas di kursinya.
Sepertinya dia kelelahan.
Aku turun dari mobil lalu membuka pintu Jennie.
Perlahan aku membuka seat belt Jennie lalu aku menggendongnya ala koala.
"Enghh" Jennie menggeliat membenamkan wajahnya di leherku.
"Sssh" aku berjalan sambil mengusap-usap punggungnya dengan lembut.
Ceklek
Pintu terbuka otomatis saat aku mengatakan open.
Ku langkahkan kakiku menuju kamar kami, yang seharunya menjadi kamarku dan Jane.
Aku membaringkan tubuh Jennie di atas kasur setelah itu aku ikut berbaring di sampingnya.
Aku agak lelah jujur saja.
"Eonnie, Nini rindu" Jennie mengigau.
"Aku juga merindukan Jane" bisik ku pelan.
Aku memandangi wajah Jennie, tanganku terulur mengelus lembut pipi mandu yang sudah berstatus menjadi istriku ini.
Yang membedakan Jennie dan Jane adalah, Jennie mempunyai tahi lalat di atas matanya sedangkan Jane tidak.
Jika Jennie pipi chubby maka pipi Jane agak tirus, badan Jane juga ramping sedangkan Jennie agak berisi namun dia sangat imut dan menggemaskan.
Jujur saat pertama kali bertemu keduanya aku lebih dulu tertarik pada Jennie, namun Jane dengan suka rela menawarkan dirinya mau di jodohkan denganku. Sedangkan Jennie malah terlihat menolak ku dan malah sangat mendukung Jane bersamaku.
Jujur aku sedikit kecewa namun dengan lapang dada aku menerima Jane dengan baik.
Sebulan mengenal Jane sangat membahagiakan bagiku, dia gadis baik yang penuh dengan perhatian. Aku menyayanginya namun aku belum bisa mengungkapkan kata cinta padanya.
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa aku tidak bisa mengucapkan kata cinta pada Jane? Padahal aku menyukainya dan menyayanginya.
Entahlah aku masih bingung dan masih mencari tau apa yang salah pada diriku.
"Lisa" aku tersadar dari lamunanku saat Jennie memanggilku.
"Hem" aku menatap mata kucingnya.
"Mau bertemu eonnie"
"Iya tapi nanti sore ya"
Jennie mempoutkan bibirnya.
"Kamu masih terlihat lelah Jennie"
"Tidak Nini tidak lelah" bantahnya.
Aku terkekeh pelan, tidak lelah katanya? Matanya saja sayu dan wajahnya tampak sedikit pucat.
"Aku sedikit lelah, nanti sore ya" aku membujuknya.
Jennie menghela nafas akhirnya mengangguk.
"Ayo tidur lagi, aku mengantuk" aku menguap karena memang mataku sudah berat minta tidur.
"Nini juga masih ngantuk" cicit Jennie sambil memainkan kancing bajuku.
"Kalau begitu kita tidur" aku memeluk Jennie dan meletakkan daguku di puncak kepalanya.
"Puk puk" aku tersenyum, Jennie dengan kebiasaannya selalu berhasil membuatku gemas.
"Hemm pejamkan mata" aku mengecup pelipisnya sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Kami tidak bersuara lagi sampai lima menit kemudian Jennie membuka suaranya.
"Tidur di atas Lisa boleh?" Tanya Jennie dan aku langsung membuka mataku.
"Silahkan" aku berbaring terlentang kemudian Jennie langsung berbaring di atas ku sambil membenamkan wajahnya di leher ku.
Nafasku berat saat payudara Jennie menghimpit dadaku.
"Shit!" Aku memejamkan mata agar tidak berpikir kemana-mana.
"Aah puk puk nya mana Lisa.." rengek Jennie menggerakkan tubuhnya.
Fuck! Payudara Jennie bergesekan dan itu membuatku panas.
"Y-ya Jennie" dengan gugup aku kembali menepuk-nepuk punggungnya.
Aku membuang semua jauh-jauh pikiran kotorku, tidak ingin membuat Jennie jadi tidak nyaman.
•••
Tbc
12/06/24
Lisa jangan ngadi-ngadi ya, ingat Jane.
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie or Jane? [Jenlisa]√
Fiksi Penggemarplagiat menjauh cok! star : 06/06/24 end : 09/09/24 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 29.