Lisa pov.Aku mengatur nafasku sebelum membunyikan bel mansion Kim.
Teng.. tong
Aku dengan sabar menunggu sambil menengadahkan kepalaku ke atas.
Ceklek
Pintu di buka dan aku kembali menatap lurus ke depan.
"Lisa, masuk nak, pasti kesini untuk menemui Jennie kan" Eomma mempersilahkan ku masuk.
"Nee Eomma" aku tersenyum tipis dan masuk kedalam.
"Jennie ada di ruang tamu, sedang bermain bersama kuma. Eomma akan ke dapur membutakan minuman untukmu" setelah itu Eomma segera berlalu dari hadapanku.
Aku mengangguk lalu melangkahkan kakiku ke arah ruang tamu. Bisa ku lihat Jennie tengah asyik bermain bersama kuma tanpa menyadari kehadiran ku.
Aku menghampirinya lalu memeluknya dari belakang.
"Aaak!" Pekik Jennie.
"Guk!" Kuma menyalak keras dan aku balik melototi nya, kuma seger lari terbirit-birit.
"Ini aku" bisik ku.
Jennie bernafas lega menyenderkan tubuhnya di dadaku.
Aku mengusap-usap lengannya sambil mengecup kedua bahu nya secara bergantian.
"Nini kaget Lisa.." rengek Jennie.
"Maaf" aku menenggelamkan wajahku di lehernya, seperti biasa menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya.
"L-lisa geli" Jennie menggeliat saat aku menciumi lehernya.
Aku menghentikan aksiku kemudian membalikkan tubuh Jennie menghadap ku.
"Ayo pulang" aku mengelus pipinya.
Jennie mempoutkan bibirnya dan menggeleng kecil.
"Nini mau tidur disini"
Aku menghela nafas.
"Kamu istriku, kamu punya rumah dan itu bersamaku. Ayo pulang" aku mengeluarkan sisi tegasku.
Jennie menunduk memainkan jari-jari mungil nya.
"Hanya satu hari saja" cicit Jennie dan aku menggeleng kekeuh tidak mengijinkannya.
"Tidak"
Jennie mendorong tubuhku lalu dia bangkit dan berlari menuju kamarnya.
Aku ikut berlari mengejarnya.
Saat hendak menutup pintu kamarnya aku segera menahannya dengan kakiku.
"Nini mau sendiri, Lisa jahat" Jennie berusaha sekuat tenaga menutup pintunya.
Tenaganya bukan apa-apa bagiku, aku dengan mudah mendorongnya dan masuk kedalam.
Mengunci pintu dan menyembunyikan kuncinya di atas lemarinya yang tidak bisa dia jangkau.
"Lisa menyebalkan, Nini marah aaaaak!" Pekik Jennie lalu memukul-mukul dadaku.
Aku membiarkan menumpahkan kemarahannya.
Jennie melengkungkan bibirnya kebawah dengan mata berkaca-kaca.
"Hmph hmmph huwaaaa" Jennie menangis keras, dia berbaring di lantai lalu berguling-guling seperti anak kecil yang tidak di kasih eskrim.
"Lantai kotor banyak kumannya" Jennie memberontak saat aku mengangkat tubuhnya, karena tidak punya cukup tenaga akhirnya Jennie menyerah membiarkan ku menggendongnya.
"Hikss dasar jahat!" Jennie menancapkan gigi kecilnya di bahuku.
Aku hanya mampu memejamkan mata dan menggertak kan gigiku menahannya.
"Ssh kenapa jadi aku yang jahat hemm, seharunya kamu yang di hukum karena telah nakal pergi tanpa seijin ku" aku mengusap-usap punggungnya.
"Nini pergi karena Lisa terus sibuk dan tidak membolehkan Nini pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi eonnie. Nini bosan di rumah terus, kesal karena Lisa sibuk tidak ada waktu untuk Nini. Hikss.." Jennie menumpahkan keluh kesahnya.
Aku mendesah pelan.
"Maaf karena sibuk tiga hari belakangan ini. Seterusnya aku akan lebih banyak meluangkan waktu untuk mu" aku mencium pelipis Jennie.
"Hmph hiks Jane eonnie juga"
Aku dengan kikuk mengangguk-anggukkan kepalaku.
"Ya Jane juga"
"Janji hik" Jennie menyodorkan jari kelingkingnya.
"Janji" aku menautkan jari kelingking kami.
Setelahnya kami sama-sama tersenyum dan aku menghapus air mata Jennie.
"Jadi kamu ingin tetap menginap di sini?" Tanyaku sambil merapikan rambutnya.
"Pulang" kata Jennie dengan suara parau.
Aku tersenyum lebar.
"Baiklah. Kita pulang hemm" aku mengambil kunci kamarnya lalu membuka pintu.
"Bawa kuma" Jennie menenggelamkan wajahnya di leher ku.
"Iya" aku mengecup kedua pipi mandunya bergantian.
•••
Tbc
16/06/24
Luluh juga Nini.
Vote komen lanjut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jennie or Jane? [Jenlisa]√
Fiksi Penggemarplagiat menjauh cok! star : 06/06/24 end : 09/09/24 hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 29.