chapter 37

2.8K 431 15
                                    


Lisa pov.

"Huh.." ini sudah kesekian kalinya aku menghela nafas, bagiamana tidak, dua hari Jennie terus berdiam diri di dalam kamar sambil menatap ke arah jendela.

Jennie belum mau berbicara padaku, dia masih terpukul dengan kepergian Jane.

Aku sudah meminta temanku untuk mencari Jane, namun masih belum ada kabar sampai sekarang ini.

Ya Tuhan, kemana kamu sebenarnya Jane.. aku mohon kembalilah setidaknya demi Jennie.

Dan semenjak Jane pergi, Eomma menjadi dingin padaku, tetapi Appa masih sama, dia pria yang hangat dan pengertian.

"Ekhm, hai baby" aku mencoba mengajak Jennie berbicara.

Tidak ada reaksi namun tidak apa-apa yang terpenting aku masih bisa mendekati dan memeluknya.

"Waktunya makan siang" aku mengusap lembut pipinya.

"Apa yang menarik dari jendela itu Nini? Aku tidak mengerti. Apa aku tidak menarik lagi sehingga kamu tidak memperhatikan aku?"

Dan berhasil, Jennie menoleh ke arahku.

Wajahnya datar dan dingin. Aku jadi merinding.

"O-okey kamu masih memperhatikan ku. Kita makan ya" ajakku dan Jennie kembali menatap jendela.

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas.

"Makanan nya aku bawa kesini ya, tunggu sebentar baby" aku bergegas pergi ke dapur, mengambil nasi dan lauk pauk lalu meletakkannya di atas nampan.

Aku mengambil air putih dan susu rasa strawberry kesukaan istri ku setelah itu aku kembali ke kamar.

Ceklek

"Makanan datang" aku tersenyum lalu meletakkan nampan di atas kasur.

"Ayo buka mulutmu Nini, aak pesawat siap meluncur" aku mengangkat sendok dan menerbangkan nya seperti pesawat ke arah mulut Jennie.

"Buka mulutmu Nini" kataku karena Jennie tak kunjung membuka mulutnya.

"Tidak lapar" Jennie mendorong sendok ke samping.

"Tiga suap saja Nini, untuk mengisi perut mu agar tidak sakit dan masuk angin. Makan ya" aku kembali menyuapinya.

"No" Jennie malahan menutup mulutnya sekarang.

"Ayolah baby, aku janji hanya tiga suap saja. Please.." aku sampai memohon agar Jennie mau makan.

"Tidak mau" Jennie melayangkan tatapan garangnya.

"Huh, yasudah dua suap saja oke, deal?" Aku memelas.

Jennie menggeleng.

"Baby, aku mohon makan sedikit saja" lirihku.

"Temukan eonnie dulu barulah Nini mau makan"

"Kamu bisa sakit Nini, aku pasti menemukan Jane tapi sabar sebentar lagi hemm" aku mengelus rambutnya.

"Tidak bisa sabar lagi, ini sudah dua hari namun Lili belum menemukan keberadaan eonnie. Biarkan Nini yang mencari sendiri jika Lili tidak becus mencari Jane eonnie!" Jennie malah marah.

"Tidak semudah itu Nini" lirihku.

"Nini belum mencobanya tapi Lili sudah menyatakan tidak semudah itu. Nini pasti bisa menemukan eonnie, biarkan Nini pergi" Jennie langsung bangkit dan keluar dari kamar.

Aku segera mengejarnya.

"Nini tidak, kamu tidak boleh pergi sendirian, bahaya. Cukup disini kita menanti kabar dari temanku" aku menahan lengannya.

"Mau sampai kapan Lili? Mau sampai Jane eonnie mati dulu iya!"

Aku memejamkan mataku sambil menarik nafas dalam-dalam, aku tidak boleh meledak karena itu akan membuat situasi semakin rumit. Lagian aku tidak akan berani membentak istriku.

"Nini perhatian ucapan mu, jangan berkata seperti itu hemm tidak baik baby" aku mengelus punggung tangannya.

"Huh Nini kesal!" Jennie menghempaskan tanganku.

"Kita masuk lagi ya, di luar dingin baby" ajakku sambil merangkul pinggangnya.

"Haissh dingin sekali, kenapa Nini tidak memakai jaket sih. Rrrgh gendong Nini" Jennie memeluk leherku dengan wajah di tekuk.

Aku terkekeh geli melihat tingkah menggemaskannya.

"My big baby" aku menggendongnya dan kembali membawanya masuk kedalam kamar.

"Dingin-dingin begin bikin lapar ya, ayo makan Nini cacing-cacing di perutmu pasti sudah mendemo minta makan"

"Dasar pemaksa. Baiklah tiga suap saja ya?" Kata Jennie dengan wajah sebal.

Aku terkikik dalam hati, Jennie pasti lapar dan aku yakin makanan ini akan habis di makannya.

"Iya tiga suap baby" aku mengusap pipi mandunya sebelum menyuapinya.

"Aaah tidak mau ada daun seledri nya, pahit Nini tidak suka" rengek Jennie.

"Iya aku akan memisahkannya. Buka lagi mulutmu Nini"

Suapan demi suapan Jennie terima, sampai akhirnya habis tidak ada sisa.

Apa kataku, Jennie menghabiskannya dan aku senang melihatnya lahap makan.

"Minum air putih dulu baru minum susu strawberry mu Nini" kataku saat Jennie hendak mengambil susunya.

"Lili cerewet" Jennie mengerucutkan bibirnya namun tetap menurut meminum air putih nya.

Aku tersenyum, gemas mengacak-acak rambutnya.

"Good wife" aku memajukan tubuhku untuk mencium keningnya.

Chup

"I love you so much" ungkap ku.

Jennie meremas bajuku.

"I love you too" balas Jennie membuatku senyum-senyum tidak jelas.

•••

Tbc

23/08/24

Yang sabar ya Lisa 🫂 Nini malu tapi mau 😋

Vote komen lanjut.

Jennie or Jane? [Jenlisa]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang