04. TAMAN KAMPUS

247 39 20
                                    

Berada di taman kampus yang begitu ramai di jam pergantian kelas seperti ini, Saku mendengus kesal sambil berjalan menghampiri Reza yang sudah menunggunya di salah satu bangku taman.

"Nah, dateng juga lo, Cil!" seru Reza senang saat atensinya menangkap keberadaan Saku.

Saku mencibir, ia langsung mendudukkan diri di samping Reza. "Udah, ini lo mau minta bantuan apa sih, Bang? Gue beneran sibuk loh, abis ini ada kelas terus lanjut praktikum!" Sangat terlihat bahwa Saku sedang kesal saat ini.

Ya bagaimana tidak, saat Saku sedang asik mengerjakan laporan praktikumnya di kantin fakultas, Reza menelponnya berkali-kali dan menyuruhkan untuk datang ke taman kampus.

"Gue mau wawancarai lo, Cil. Ada tugas ini buat wawancara kehidupan mahasiswa fakultas lain di kampus," jawab Reza, mengutarakan maksudnya tanpa memandang Saku, karena ia sedang menyiapkan handycam yang baru ia beli—ralat, dibelikan mamanya menggunakan uang papa—minggu lalu.

"Kok gue coba? Kan ada tuh Bang Yasha, Bang Dean, Rey, ada Bang Sean juga. Ada juga tuh mbak Sena. Tapi kok GUE?!" protes Saku, menunjuk dirinya sendiri.

Reza mendongak, menatap Saku. "Gue liat jadwal kalian, dan cuma lo yang jam segini nggak ada kegiatan."

Saku memajukan bibirnya, kesal. Tapi senyumannya mereka saat Reza melemparkan sebungkus roti ke arahnya. "Makan cepet! Kalau udah, langsung mulai wawancara," pintah Reza yang langsung diangguki oleh Saku.

"Nah, gitu dong! Kalau gini kan enak, sama-sama untung!" seru Saku senang. Ia langsung membuka bungkus roti kesukaannya itu dan memakannya dengan lahap sampai kedua pipinya mengembung.

Melihat itu Reza jadi tersenyum lebar sampai kedua matanya ikut menghilang. "Dasar bocil roti!" gumamnya terkekeh gemas.

"Bwang Jwa, bwawa mwinum nggwak?" tanya Saku tak jelas karena mulutnya masih penuh dengan roti.

Sudah terlalu biasa, jadi Reza pun masig bisa mengerti apa yang Saku ucapkan. "Ambil aja tuh di tas. Bentar, gue mau tes kamera," jawab Reza sekaligus pamit, ia menjauh sejenak dan merekam apapun yang ada di taman itu untuk pemanasan.

Sementara, Saku meraih tas Reza yang ada di sampingnya. Tangannya merogoh tas itu guna mencari botol air yang Reza maksud. Namun, ia justru menemukan sesuatu yang membuat bola matanya ingin keluar seketika.

"Kok?"

"Udah minumnya?" Mendengar Reza yang kembali mendekat membuat Saku reflek menutup tas abangnya itu. Ia meraih botol minumnya saja dan langsung meneguk air dari sana dengan rakus.

Setelah selesai minum, Saku menutup botol itu dan memberikannya ke Reza yang baru duduk di sampingnya. Reza menerima botol itu untuk diletakkan kembali ke tas. Setelahnya ia kembali sibuk mengecek handycam-nya.

Namun, ia agak merasa tak nyaman karena merasa ada yang terus mengawasinya. Benar saja, saat menoleh ke samping, ia mendapati Saku yang sedang menatapnya tanpa kedip.

"Kenapa? Gue ganteng?" tanyanya dengan penuh percaya diri, membuat Saku jadi berdecih sinis.

"Maaf, dimata gue, cuma bang Sean yang ganteng di antara penghuni WH. Bentar, ralat, gue juga!" Ucapan Saku itu membuat Reza meliriknya dengan sinis.

"Tapi, Bang Ja. Gue mau tanya boleh?" ucap Saku tiba-tiba jadi memasang wajah serius. Reza mengernyit, tapi ia mengangguk saja, meng-iya-kan.

"Lo ... nggak ngerokok kan?" tanya Saku ragu.

Reza membelalak, tapi setelah itu ia memasang ekspresi santai, seperti tak terjadi apa-apa. "Enggak," jawabnya.

"Beneran? Jangan bohong!" desak Saku, memicingkan mata, menelisik wajah Reza untuk mencari kebohongan di sana.

"Enggak, Cil, enggak! Emang lo pernah liat gue ngerokok?"

"Enggak sih ..."

"Nah, itu!" Reza kembali menyibukkan diri dengan handycam-nya.

"Tapi kok ada rokok di tas lo?" tanya Saku, karena memang itu yang ia temukan di tas Reza tadi, membuatnya terkejut setengah mati.

"Oh ya? Punya temen gue berarti."

"Kok ada di tas lo?"

"Dia sering nitip barang ke gue, jarang bawa tas dia, biasalah."

Saku masih belum percaya, tapi ia memilih untuk diam meskipun tatapannya masih belum terlepas dari abangnya itu.

Reza mengetahuinya, ia jadi menghela napas, menghentikan aktifitasnya. "Kalaupun gue ngerokok ya apa masalahnya, Cil? Gue udah gede, udah legal, apa yang perlu dikhawatirin?"

Saku menggeleng tak setuju, "Rokok nggak baik buat kesehatan, Bang. Gue nggak mau Bang Reja sakit."

Mendengar itu Reza terkekeh kecil, ia mengusak rambut Saku gemas dan berdiri. "Dah, ayo mulai wawancaranya. Katanya lo ada kelas abis ini."

Tak mempunyai pilihan lain, Saku hanya bisa memgangguk, ia mengambil posisi di depan Reza yang membawa handycam, siap merekam. Kali ini ia memilih mempercayai ucapan abangnya itu.

"Oke, siap? Action!" Reza mulai mengutarakan pertanyaannya, yang dijawab Saku dengan apa adanya.

"Bagaimana kesan dan pesan menjadi mahasiswa di Universitas Neocity ini?"

"Biasa aja sih, jajanan di kantinnya kurang lengkap, masa rotinya itu-itu mulu, nggak ada yang lebih bervariasi apa?"

Oke, terlalu apa adanya sampai Reza rasanya ingin memborong roti di semua toko di dunia ini dan membakarnya di depan Sakuntala. Kalau bisa pabrik rotinya sekalian akan Reza bakar.

"CUT!" seru Reza menghentikan rekamannya. "Lo kalau jawab asal-asalan lagi, gue bakar pabrik roti sekarang!" omelnya membuat Saku mencebikkan bibir kesal.

"REZA, SAKU!" Sampai kedua terkejut saat mendengar teriakan itu. Reza dan Saku reflek menoleh, mendapati Sena yang sedang dibonceng Sean, melambai-lambaikan tangannya ke mereka.

Setelah keluar dari keterkejutan, mereka balas melambaikan tangan mereka, mengiringi motor Sean yang mulai menjauh dan hilanh dari pandangan mereka.

"Itu mereka berdua beneran nggak pacaran? Lengket amat kayak permen karet," gumam Saku heran.

Reza ikut mengangguk menyetujui, tapi ia jadi tersadar sesuatu. "HEH, malah ngomongin bang Sean sama mbak Sena! Lanjut lagi wawancaranya! Awas aja kalau wawancara belum selesai lo udah ngerengek mau kelas!" Reza kembali mengomel.

Saku mencibir, dengan terpaksa kembali mengambil posisi dan memulai wawancara.

Di sisi lain, lagi-lagi tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memotret mereka dari jauh. Seseorang itu tersenyum saat melihat hasil jepretannya.

"Bagus juga hasilnya. Nanti lah laporannya, gue mau cari yang lain dulu," gumamnya tersenyum senang.

~✨~

Aloo, kembali lagi dengan Wish's Home 2.0. Apakah akan ada huru-hara baru? Kita lliat saja nanti, ehehehe

Oke, segitu saja hari ini.
See u next chapter~ semoga suka~

Anyeonghasion~

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang