17. KANTOR POLISI

245 42 28
                                    

Pagi tadi, Sean sudah diperbolehkan untuk pulang dan anak itu kini sedang tidur nyenyak di kamarnya. Awalnya, Sean ingin langsung datang kelas, apalagi saat menerima kabar bahwa ia harus menggantikan Pak Syaiful untuk mengajar di kelas semester dua.

Namun, ia mengurungkan niatnya dan mengabari dosennya tersebut bahwa ia sedang sakit, karena ia kwalahan saat ia diserbu oleh adik-adiknya yang mengomel dan menyuruhnya untuk beristirahat saja. Ditambah omelan Sena yang tidak ada habisnya, membuatnya angkat tangan dan memilih untuk menurut.

"Bang Sean masih tidur?" tanya Dean sambil mendudukkan diri di sofa ruang tengah, tangannya kini membawa serta Emon yang sedang dalam mode kalem, alias menurut saja digendong Dean ke sana-sini sedari tadi.

Reza yang memang duduk di sofa sedari tadi hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia sibuk dengan ponselnya. Terlihat sangat serius.

"Ngapain sih, Bang? Serius amat," tanya Dean menatap Reza dengan heran sekaligus penasaran.

"Yan, Rey sama Saku di mana sekarang?" Alih-alih menjawab pertanyaan Dean, Reza justru kembali bertanya.

"Rey kan tadi berangkat kampus, Saku lagi ngerjain lapraknya di kamar mungkin," jawab Dean.

Reza mengangguk. "Yas, siap-siap sana, temenin gue ke kantor polisi," ucap Reza saat melihat Yasha baru keluar dari kamar mandi.

Yasha dan Dean jelas kebingungan mendengar hal itu. Ingin bertanya tapi Reza terlebih dahulu memberi perintah ke Dean. "Bangunin Bang Sean, Yan. Pelan-pelan aja tapi banguninnya. Suruh siap-siap juga."

"Ada ap—"

"Disuruh om Rizal ke kantor polisi, pelakunya udah ketangkep." Belum sempat Dean menyelesaikan kalimatnya, Reza sudah menjelaskannya terlebih dahulu.

Mendengar itu, Dean segera berlari ke kamar Sean, melaksanakan perintah Reza tadi. Begitupun dengan Yasha yang langsung berlari ke kamar dan mengganti pakaiannya. Reza sendiri juga melakukan hal yang sama.

Sambil mengganti pakaian dengan tergesa, pikiran Yasha berkecamuk. Pelaku yang sudah tertangkap itu ... apa benar Javan seperti dugaannya selama ini?

***

Di kantor polisi kini, Sean, Reza, dan Yasha tengah duduk berhadapan dengan Om Rizal. Sekadar informasi, Om Rizal merupakan saudara kembar Ayah Reza. Wajah mereka seperti pinang dibelah dua, tapi sikap dan sifat mereka sangat bertolak belakang.

Om Rizal merupakan orang yang sangat baik dan penyayang, bahkan Om Rizal memperlakukan Reza layaknya anak kandungnya sendiri. Berbanding terbalik dengan ayah Reza sendiri. Meskipun mereka kembar, tapi pandangan dan pendapat mereka selalu bertolak belakang, membuat keduanya tidak pernah akur. Dan bahkan sudah bertahun-tahun mereka tidak saling berkunjung ke rumah masing-masing. Kakek dan nenek Reza pun sampai angkat tangan, dan berakhir membiarkan mereka, terserah katanya.

Karena faktor itu juga, Om Rizal tak tahu menahu tentang kelakuan Ayah Reza kepada Reza yang suka bermain tangan. Reza sendiri selalu menutupi fakta itu. Bahkan pernah ada waktu dimana Bunda Reza ingin melaporkan kelakuan suaminya ke Om Rizal, tapi Reza mencegahnya dengan alasan ... Ia tak mau memperbesar masalah dengan membawa ayahnya ke jalur hukum.

"Ini bukti yang kami dapatkan dari CCTV di tempat kejadian." Om Rizal memulai pembicaraan. Lelaki paruh bayah yang tubuhnya masih tegap itu menunjukkan sebuah video di layar laptop yang ia hadapakan ke arah Sean, Reza, dan Yasha.

Di sana terlihat, bahwa ada lima orang memakai helm full face yang menghadang motor Sean dan langsung menyeroyok Sean. Sean sempat melakukan perlawanan yang mampu membuat Reza dan Yasha melongo tak percaya.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang