33. PRA-UTS

257 38 31
                                    

Tak terasa, sudah setengah semester berlalu. Artinya, mereka akan menempuh kurang lebih tiga bulan lagi untuk naik ke semester yang lebih tinggi. Tentu saja, tugas akan semakin menanti.

Seperti saat ini, menjelang seminggu sebelum jadwal Ujian Tengah Semester dimulai, satu per satu para penghuni Wish's Home setiap pagi berangkat menuju kampus dan akan pulang menjelang larut. Sampai di kos pun mereka tak ada waktu untuk sekadar berkumpul, mereka langsung sibuk di kamar masing-masing untuk mengejar deadline yang terus menari-nari di depan.

Sesekali, Rey akan mengunjungi kamar Saku untuk mencari teman mengerjakan laporan praktikum. Di kamar lain, terkadang Yasha akan mendungsel di kasur Sean, berganti suasana dalam mengerjakan tugas untuk melepas rasa bosan.

Di sisi lain pula, Reza sudah meringkuk di pojok kamar Dean untuk memahami teori mata kuliahnya, sedangkan sang pemilik kamar tengah bergulingan di lantai sambil merengek dengan cat, kuas, dan pelaratan lukis lainnya yang berserakan, Dean kehabisan ide untuk menyelesaikan proyeknya.

Hampir seminggu, suasana itu terus berulang di dalam Wish's Home. Sampai-sampai kos itu seperti tak berpenghuni karena tak ada yang memegang sapu atau membuang sampah di dapur, sehingga tong sampah itu penuh dengan tumpukan sampah yang menimbulkan bau.

Bahkan Sean yang biasanya sangat cerewet tentang kebersihan kini tak mengidahkan sama sekali. Apalagi ia tidak hanya disibukkan oleh tugas-tugas pra-UTS yang menumpuk, tapi juga disibukkan oleh persiapan KKN atau Kuliah Kerja Nyata. Ia yang tiba-tiba ditunjuk sebagai ketua kelompoknya jelas membuat Sean uring-uringan sendiri.

"Bang, jadi berangkat KKN liburan ini?" tanya Yasha tiba-tiba, tangan anak itu masih sibuk menari-nari di atas keyboard laptopnya. Sesekali mengucek matanya yang terasa panas karena terlalu lama berada di depan laptop.

"Yas, bahas yang lain kek selain itu. Lagi nggak mood, sumpah!" ucap Sean dengan lirih, wajahnya sudah terlihat sangat lelah. Ia yang tadi duduk di samping Yasha dan disibukkan oleh laptop, kini merebahkan dirinya sejenak di kasur dengan kacamata yang masih bertengger di matanya.

"Gue masih kesel deh, kenapa kampus kita sistem KKN-nya nggak milih kelompok sendiri? Kenapa harus udah ditentuin dari sononya? Kan kalau milih sendiri gue, lo, sama si Reja bisa satu kelompok tuh. Kan seru!" dumel Yasha sembari meletakkan laptop di sampingnya dan ikut berbaring di samping Sean.

Sean menggangguk, meng-iya-kan. Apa yang dikatakan Yasha memang benar adanya, tapi ya mau bagaimana lagi? Sudah ketentuannya seperti itu.

Jangan lupakan, bahwa Yasha dan Reza memang sudah semester 6 dan mereka juga akan menjalani KKN setelah semester ini berakhir, sama seperti Sean. Ini memang karena Sean yang telat satu tahun, jadi ia ikut dalam angkatan Reza dan Yasha.

Dua orang itu kini menghela napas berat secara bersamaan. Memikirkan nasib mereka kedepannya.

"Pengen nikah aja rasanya," celetuk Yasha tiba-tiba, membuat Sean menoleh dengan satu alis terangkat.

"Emang udah ada pasangannya?" tanya Sean kemudian.

Yasha sendiri langsung mengerucutkan bibirnya kesal. "Jangan diingetin juga lah, Bang!" protesnya.

Sean tertawa puas. "Balikan sana sama Hana, keburu diambil orang tuh," kekehnya yang jadi kembali tertawa keras saat melihat reaksi Yasha. Anak itu mengambil bantal guling dan memukulkannya ke Sean.

"Halah! Lo sama mbak Sena aja sana jadian! Kejebak friendzone mulu, keburu diambil orang!" balas Yasha, membalikkan perkataan Sean tadi.

Sean sendiri langsung menghentikan tawanya dan menatap Yasha dengan datar. "Sana balik kamar ndiri sana! Ngapain sih di kamar gue?!" usir Sean sembari mendorong-dorong Yasha menggunakan kakinya.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang