Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Rey dan Saku masih mengerjakan laporan praktikum mereka di ruang tengah yang sudah disulap menjadi tempat bersantai. Meja dan sofa yang berada di tengah, mereka pinggirkan ke dinding dan sebuah karpet mereka gelar di tengah. Cocok sekali digunakan untuk mengerjakan tugas sambil bersantai.
Tak hanya dua anak itu, kini Yasha bergabung sambil membawa laptop dan semangkuk mie. Ia duduk di dekat sofa dan menyandarkan punggung di kaki sofa. Di hadapannya kini ada laptop yang menampilkan sebuah drama korea yang akan ia analisis sebagai tugas.
"Sa, ada pulpen biru nggak? Pulpen gue abis nih."
"Nggak, cuma satu."
"Yah! Terus gue gimana? Laprak gue belum selesai, deadline udah besok pagi ..."
Yasha melirik sejenak ke arah Rey dan Saku yang sedang berbincang itu. Bisa ia lihat, bahwa wajah Rey terlihat murung. "Telpon aja bang Sean, abis ini juga udah pulang," sahut Yasha yang membuat Rey tersenyum.
Anak itu dengan segera mengambil ponselnya dan menelepon Sean. Tapi sampai panggilan mati, Sean belum juga mengangkatnya. "Bang Sean kayaknya nggak pegang hp deh," ucapnya, wajahnya mulai murung kembali.
"Coba tanya bang Reja atau bang Dean, mungkin punya," saran Saku yang langsung diangguki oleh Rey.
Rey langsung berdiri, berniat menghampiri Dean di kamar. Tapi baru saja berdiri, ia tiba-tiba terhuyung ke belakang dan langsung duduk kembali.
"Lo kenapa?" tanya Saku dan Yasha yang terkejut.
"Bentar!" ucap Rey yang memejamkan matanya. Saku dan Yasha sampai menatap dengan khawatir. "Oke, selesai!" Rey kembali membuka matanya setelah satu menit.
"Gapapa, cuma agak kliyengan dikit," lanjutnya kemudian. Ia kembali berdiri dan berjalan dengan santai ke kamar Dean.
Saku dan Yasha sampai melongo dibuatnya. Hingga Yasha tersadar dan menghela napasnya. "Mangkanya jangan begadang terus, darah rendahnya kumat kan! Lo juga, Sa. Abis ini tidur!" omelnya. Pasalnya, dua anak itu terlalu sering begadang.
Saku tersenyum, "Tidur? Bang Yasha nggak liat nih! Nih! Masih banyaaaak ..." ucap Saku sambil menunjuk lembaran-lembaran yang beberapa sudah terisi tulisan berwarna biru.
Yasha hanya menatap Saku dengan datar, tak menanggapi lagi, ia memilih untuk kembali menatap laptopnya.
Sementara Rey yang membuka kamar Dean melihat jika abangnya itu tengah tertidur di meja belajar dengan posisi kepala yang diletakkan di atas meja. Rey ingin membangunkan, tapi ia tak tega saat melihat wajah lelah abangnya itu.
Ia tersenyum, kemudian berlari kecil kembali ke ruang tengah. "Pinjem bentar, Sa!" Ia merebut bulpoin Saku dan mengambil sticky note di tempat pensilnya.
Rey menulis sesuatu di sticky note itu, mengabaikan Saku yang mengumpatinya. "Oke, makasih, Saku yang lucu!" Ia mengembalikan bulpoin Saku dan mencubit pipi anak itu sebelum kembali berlari kecil ke kamar Dean.
Rey menempelkan sticky note dengan hati-hati di buku Dean yang terbuka. Ia juga mengambil selimut di kasur Dean dan menyelimuti tubuh Dean. "Selamat istirahat, Bang Dean," bisiknya lembut sebelum keluar dari kamar Dean dan berlari kecil menuju ke kamar Reza.
"Bang, Ja?" panggilnya, melongokkan kepala ke pintu kamar Reza yang sedikit terbuka. Ia menemukan Reza yang sedang mengompres lebam di lengannya, terlihat kesulitan.
Rey berdecak, ia segera menghampiri Reza yang duduk di bibir kasur. "Sini, bang!" Ia mengambil alih kain yang berisikan es batu yang tadi di tangan Reza. "Kalau kesulitan ya ngomong!" omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish's Home 2.0
FanfictionNew Era, dimana semua penghuni Wish's Home berada di dunia perkuliahan. Baik dalam segi pertemanan, pembelajaran, dan percintaan (?) Baiklah-Wish's Home bukan lagi tentang harapan yang diusahakan menjadi kenyataan, tapi apakah kenyataan akan mendata...