18. PENGHUNI BARU (?)

291 41 45
                                    

Suasana Wish's Home kini terlihat sepi, karena Sean, Reza, dan Yasha yang masih berada di kantor polisi. Rey yang baru pulang setelah dari pagi sibuk di kampus kini melemparkan dirinya ke sofa ruang tengah. Wajahnya terlihat begitu lelah.

"Mandi, makan, terus baru istirahat, Rey!" tegur Dean. Ia memang masih nyaman duduk di sofa dengan Emon di pangkuannya.

Rey tak menanggapi, ia hanya terdiam dan terlihat sekali bahwa ia tak nyaman. "Bang, kenapa suasana di sini kek beda banget ya?" tanyanya, ia bahkan mengedarkan pandangannya, mengamati setiap sudut ruangan.

"Beda gimana? Makin sepi maksudnya? Emang sih, soalnya Bang Sean, Bang Reja sama Bang Yasha lagi ke kantor polisi, kalau Saku lagi fokus ngelaprak anaknya di kamar," jelas Dean.

"Nggak, Bang. Bukan itu. Beda aja gitu suasananya, gatau juga bedanya dimana," ucap Rey sambil menggelengkan kepala. "Eh, tapi ngapain abang-abang ke kantor polisi?" lanjut Rey bertanya, menatap Dean bingung.

"Pelakunya udah ketangkep," jawab Dean. "Napa sih, Mon?!" Yang selanjutnya Dean mengelus Emon yang tiba-tiba saja menggeram.

Rey sendiri jadi membelalak. "Kok bang Sean juga ikut?! Kalau pelakunya ngapa-ngapain bang Sean lagi gimana?!" paniknya. Napasnya pun mulai memburu, membuat Dean cepat-cepat melepaskan Emon dan duduk di dekat Rey.

"Gapapa, kan di kantor polisi, ada polisi, jadi nggak akan ada apa-apa. Nggak bakal ada yang nyakitin Bang Sean," ucap Dean mencoba menenangkan sembari mengelus punggung Rey dengan lembut.

Mendengar perkataan Dean membuat Rey jadi perlahan tenang. Rey tersenyum dan mengucap kata terima kasih kepada Dean. Setelah itu Dean pamit untuk mengambilkan Rey minum di dapur.

Saat Dean melewati kamar Saku yang sedikit terbuka, ia berhenti sejenak. Ada yang aneh. Di dalam sana Saku seperti sedang berbicara dengan seseorang, tapi saat Dean mengintip dan memeriksa kamar itu, tidak ada siapapun selain Saku di sana.

"Sa, lagi apa?" tanya Dean, memilih untuk masuk ke kamar anak itu. Saku yang sedang duduk di meja belajar jadi menoleh.

"Oh, Bang Dean. Kirain siapa. Biasa nih, lagi ngerjain laprak," jawab Saku, ia kembali berkutat dengan kertas-kertas yang ada di depannya.

"Lagi telponan? Kok tadi kek denger lo ngomong sama seseorang." Lagi, Dean bertanya, ia jelas penasaran.

"Ouh, itu ..." Saku kembali menoleh, kali ini sampai memutar kursinya agar menghadap Dean. "Gue ngobrol sama El." Jawaban Saku itu membuatnya mendapatkan tatapan bingung dari Dean.

Saku berdecak, mau tak mau kembali menjelaskan. "Itu loh, Bang, Elena. Secil yang diceritain Bang Reja kemarin."

Setelah Saku mengatupkan mulutnya, tiba-tiba saja lampu kos mati, membuat Dean sedikit terlonjak kaget. Karena meskipun sore hari, kalau lampu tidak dinyalakan, suasana kos memang tampak gelap. Tak dipungkiri memang, karena di samping kanan dan kiri kos terdapat pohon mangga tetangga mereka yang rimbun, membuat sinar matahari tidak bisa masuk sampai ke dalam kos.

"El, bukan kerjaan kamu kan?!" Saku tetiba berbicara sambil melihat ke belakang Dean, membuat Dean langsung menoleh. Namun, tidak ada siapapun di sana, hanya gelap yang ia dapatkan.

"Sa, lo ngomong apa sih?! Nggak usah bercanda deh!" kesal Dean. Meskipun bulu kuduknya kini meremang. Entah mengapa, seperti yang Rey katakan tadi, ia baru merasakan suasana kos yang sedikit berbeda dari biasanya.

"Siapa yang bercanda sih, Bang? Tadi pagi tuh dia ngikut ke sini waktu Bang Sean pulang dari RS. Malah kemarin malam dia yang nemenin gue di RS, soalnya gue lagi ngelaprak kan," jelas Saku. Wajahnya benar-benar santai seperti di pantai dan tidak ada beban sama sekali. Berbeda dengan Dean yang sudah menatapnya takut.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang