09. KESALAHPAHAMAN

269 39 63
                                    

Reza, Yasha, dan Dean masih berada di rumah Reza siang itu. Di depan mereka sedang menanyangkan film Frozen request-an dari Yasha yang tak sengaja melihat stiker frozen yang tertempel di pintu kamar adik Reza.

Reza sendiri langsung meng-iya-kan setelah ia tadi menjemput adiknya yang pulang sekolah dan mengantarkan adiknya ke rumah om-nya. Memang, bundanya hanya memesankan hal itu saja. Reza beruntung bukan ia yang disuruh menjaga adiknya, bukan karena tak senang, hanya saja ia sedang malas berdebat dengan sang Ayah.

"Ja ja, siap-siap, Ja!" seru Yasha bersemangat, menepuk-nepuk lengan Reza yang sedang sibuk menikmati mie goreng buatan Dean. Adegan favorit mereka akan dimulai.

"Okay, can I just, say something crazy?" ucap Yasha, mulai memasuki perannya.

Reza menoleh setelah memasukkan suapan mie ke mulutnya, "I love crazy!" balasnya.

"All my life has been a series of doors in my face. And then suddenly I bump into you~" Yasha mulai bernyanyi, ia bahkan berdiri dan memutar tubuhnya, meskipun ekspresi wajahnya tetap datar.

"I was thinking the same thing! 'Cause like ..." Reza menyahut, ia ikut berdiri dan berhadapan dengan Yasha. "I've been searching my whole life to find my own place. And maybe it's the party talking or the chocolate fondue~" lanjutnya bernyanyi, sesekali berakting, memegang pipi Yasha dan Yasha terkekeh kecil seakan sedang merasa malu.

Dean yang melihat itu melongo tak percaya. Rahangnya sampai terbuka lebar. Sementara dua orang itu melanjutnya bernyanyi saling menyahut.

"But with you~"

"But with you~"

"I found my place."

"I see your face."

Mereka berdua bernyanyi secara bersamaan. "And it's nothing like I've ever known before~ Love is an open door~"

"Love is an open door~"

"Door~"

"Love is an open door~"

"With you!" Yasha menunjuk Reza.

"With you!" Dan Reza menunjuk Yasha.

"With you!"

"With you!"

"Love is an open door~" Mereka menutup pertunjukan tersebut dengan kedua tangan yang direntangkan.

Belum, pertunjukan belum selesai, tapi sebelum mereka kembali memulai, Dean terlebih dahulu mencabut kabel televisinya, membuat Yasha dan Reza berseru kecewa.

"KOK DIMATIIN?! Kan belum selesai!" protes Reza yang diangguki oleh Yasha.

Dean mengacak rambutnya frustasi. "Bang, udah, Bang! Gue nggak kuat!" lirihnya dengan wajah lelah.

Reza dan Yasha mencibir, mereka dengan kompak kembali duduk di sofa dan melanjutkan memakan mie yang tinggal sedikit. Mereka makan dengan tenang seakan tadi tak terjadi apapun.

Dean sampai terheran-heran. Padahal tadi pagi jelas sekali mereka berdua saling bermusuhan, ia yakin terjadi perkelahian yang tak main-main di tepi danau tadi, bisa dilihat dari muka keduanya yang hancur. Tapi ... sekali lagi ia heran, BELUM 24 JAM TAPI KOK MEREKA SUDAH TERLALU AKUR SEPERTI INI?!

Bener-bener di luar nalar dan di luar galaksi nih dua orang, batin Dean.

Ia kemudian memutuskan untuk membuka ponsel. Notifikasi pesan dari seseorang membuat matanya melebar. Ia menghela napasnya.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang