25. KERJA BAKTI

259 34 19
                                    

Jam sepuluh siang, para penghuni Wish's Home memutuskan untuk pamit kepada orang tua Dean, mereka akan kembali ke kos.

Bahkan Dean yang masih demam memohon ke orang tuanya agar mengizinkannya untuk ikut kembali ke kos. Untung saja ia mendapat izin, meskipun dengan satu syarat, bahwa ia saat sampai kos harus langsung beristirahat.

Untuk itu, saat ini para penghuni Wish's Home formasi lengkap tengah dalam berjalanan menuju ke kos. Sean yang membonceng Saku, Reza yang membonceng Dean, dan Yasha yang membonceng Rey.

Dean yang dibonceng Reza harus berusaha menyembunyikan wajahnya karena malu. Bukan apa-apa, hanya saja mereka saat ini sedang diperhatikan oleh para pengguna jalan lainnya. Bagaimana tidak? Para remaja lelaki ini siang-siang bolong membawa berbagai alat kebersihan dan alat masak di tengah jalanan.

Dean melihat ke belakangnya, ia semakin malu saat di sana Rey justru menjadikan panci sebagai topi.

Di motor sampingnya, Saku yang dibonceng Sean tertawa-tawa karena ia meletakkan wajan di atas kepala Sean, menjadikannya sebagai payung, yang jelas saja membuat Sean mengoceh sepanjang jalan.

Saku sendiri juga sudah memakai kemucing—yang sudah ia modifikasi dan ia kalungkan di leher, entah gagangnya ia buang ke mana.

Sementara, Dean kebagian membawa sapu dan pel di kedua tangannya. Sungguh, saat ini ia sangat malu. Ia menyesal ikut mereka tadi, lebih baik ia balik kos sendiri menggunakan motornya nanti sore atau besok pagi.

"Bang, gue penasaran. Ini siapa yang ngide bawa peralatan gini sih?! Fungsinya buat apa?!" tanya Dean yang menaikkan sedikit volume suaranya agar Reza mendengarnya.

"Hah?" pekik Reza, tapi setelah itu ia langsung menjawab. "Ide Si Yasmin. Gue bilang kalau di rumah lo kek penjara alias banyak pasukannya Pakde. Yaudah buat jaga-jaga ngikutin idenya Yasmin bawa peralatan perang seadanya," jelas Reza.

"Terus kalian setuju gitu aja?! Bang Sean juga setuju?!"

Reza mengangguk. "Bang Sean iya-iya aja tuh." Jawaban Reza itu membuat Dean semakin melongo.

Ini kalau sejenis Reza, Yasha, Saku sama Rey masih bisa dimaklumi oleh Dean, karena tahu sendiri bagaimana kelakuan mereka. Tapi ini Sean?! Sudahlah, sepertinya penghuni Wish's Home benar-benar ditahap Sudah Tidak Tertolong lagi.

"Kemarin kacau, Njir! Lo sama Saku ngilang, nggak ada kabar. Kitanya kalang kabut nyariin, sampai Rey kehujanan terus sakit deh," cerita Reza. Ia sengaja memelankan laju motornya, sedangkan yang lain sudah jauh di depan sana.

Tentu cerita Reza itu membuat Dean terkejut. "Loh, Saku juga ngilang kemarin?! Terus ketemu di mana?"

"Yasha nyari nggak ketemu katanya. Tapi untungnya Saku telpon Bang Sean, bilang kalau dia lagi pulang ke rumah, kangen ortunya, sekalian ijin nggak balik kos dulu."

Mendengar penjelasan Reza membuat Dean bernapas lega. Tapi ada yang sedikit menjanggal dari penjelasan Reza tadi. "Nginep dong berarti Saku kemarin?"

"Iya."

"Tapi kok pagi-pagi Saku ikut ke rumah gue?"

"Oh itu ..." Reza terkekeh sendiri, membuat Dean mengernyit heran. "Tadi jam enam gue sama Yasha sengaja ke rumah Saku, jemput dia biar formasi kita lengkap. Dan lo tahu apa yang Yasha lakuin?"

"Apa?" tanya Dean penasaran.

Reza tertawa sendiri. "Tuh anak cosplay jadi kang paket, mana gedor-gedor gerbang kek orang nagih hutang lagi, dahal tinggal neken bel."

Dean kembali melongo. Orang yang bernama Yasha itu memang unik sekali. Tapi setelah terdiam beberapa detik, Dean justru tertawa dengan keras, ia bahkan menjadikan punggung Reza sebagai samsak.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang