11. PERKARA TULANG IKAN

298 43 55
                                    

Kamis pagi, semua penghuni Wish's Home masih bermalas-malasan di kamar masing-masing, karena entah kebetulan atau apa, semua jadwal kuliah mereka pada hari ini memang baru dimulai pukul 10 siang.

Bahkan Rey dan Saku yang pagi-pagi biasanya sudah ribut sendiri untuk berangkat praktikum, jika hari kamis, mereka berdua justru masih bergelung di alam mimpi.

Sean yang seharusnya mulai kerja di minimarket hari ini, harus mengurungkan niatnya karena telepon dari Bang Deri yang menyuruhnya datang sore saja. Berhubung kelas sore juga dibatalkan, Sean langsung mengiyakan permintaan Deri.

"Dora, laper nggak?" tanya Sean kepada kucing putih yang sedang tidur di atas dadanya. Saat ini ia sedang rebahan di sofa ruang tengah, tangannya tak henti mengelus hewan berbulu yang sudah nyaman di atasnya itu.

Memang, Sean belum memberi makan Dora dan Emon pagi ini. Ia hanya membuka kandang mereka dan mencomot Dora untuk ia bawa ke ruang tengah seperti saat ini. Ia sedang dalam mode mager, alias malas gerak. Matanya masih terasa berat.

"Lah, Bang. Katanya mau mulai kerja hari ini?" tanya Dean saat ia baru keluar kamar dan langsung disuguhi Sean yang hampir tertidur lagi di sofa.

"Hem?" gumam Sean masih linglung. "Oh itu, iya, sore nanti," jawabnya kemudian setelah tersadar.

Dean hanya ber-oh-ria saja. Ia berjalan ke dapur, mulai menyiapkan sarapan. Ia sengaja tak mengajak Sean, karena sepertinya abangnya itu masih mengantuk. Dan tebakannya benar saat menoleh ke arah Sean lagi, ia sudah menemukan abangnya itu yang kembali terlelap.

Dean membuka kulkas, memeriksa bahan dan nasi sisa kemarin, ternyata masih ada. Selanjutnya ia tinggal menentukan masakan apa yang akan ia buat. Dan keputusannya tidak lain tidak bukan adalah ... nasi goreng.

"Yang penting makan," gumamnya terkekeh sendiri.

Tangannya dengan terampil mengupas dan memotong perbawangan, serta beberapa sayuran, tak ketinggalan percabaian pun harus ada. Setelah selesai semua, ia mulai menumis bahan-bahan yang ada, memasukkan telur dan nasi, serta menambahkan penyedap rasa. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, nasi goreng buatannya sudah jadi dan siap untuk disajikan.

"Telur ceplok apa dadar ya?" tanyanya pada diri sendiri. Ia menoleh saat mendengar salah satu pintu kamar terbuka, ternyata itu Saku yang matanya masih setengah tertutup dengan rambut yang berantakan.

"Sa, telur ceplok apa telur dadar?"

Saku yang nyawanya belum sepenuhnya terkumpul jadi mengernyit bingung. "Hah?" Tapi kemudian ia mengangguk sendiri. "Ceplok, Bang. Setengah mateng ya punya gue," reques-nya sebelum memasuki kamar mandi. Dean hanya mengangguk saja, mengerti.

"Ada yang perlu dibantu, Bang?" Saku menawarkan diri saat wajahnya sudah segar, karena ia baru saja mencuci muka.

"Buatin tiga kopi," pintanya yang langsung dilaksanakan oleh Saku. Jelas, kopi tersebut untuk Sean, Reza dan Yasha tentunya.

"Bang Sean mana? Kok tumben belum di dapur?" tanya Saku sambil mematikan kompor karena air yang akan digunakan untuk kopi sudah mendidih.

"Tuh, liat aja di ruang tengah," jawab Dean. Ia tengah menata piring-piring berisi nasi goreng di meja makan.

Saku yang penasaran melongokkan kepala ke ruang tengah dan ber-oh-ria. Ia kembali sibuk dengan kegiatan membuat kopinya. Sampai ia teringat sesuatu, membuat matanya melebar sempurna.

"Mampus!" umpatnya dengan tangan yang menepuk kening keras.

"Kenapa, Sa?" tanya Dean heran.

Saku cepat-cepat menyelesaikan adukan kopinya. "Tulang ikan yang gue jemur kemarin lupa nggak dimasukin lagi!" jawabnya panik. Ia bergegas menuju ke halaman belakang.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang