22. KEBERADAAN SAKU & DEAN

269 38 18
                                    

Jalanan malam agak lenggang karena hujan baru saja reda. Yasha yang menjalankan motor dengan kecepatan rendah menghela napas lega saat pandangannya menangkap keberadaan Saku di depan sana.

Ia menghentikan motor di seberang jalan, mengstandarkan motornya dan memutuskan untuk menghampiri Saku. Anak itu sedang berdiri di pinggir jalan sambil memainkan ponselnya. Sepertinya tak menyadari keberadaan Yasha di sana.

Yasha sudah menyiapkan kata-kata mutiara yang akan ia lontarkan ke Saku karena tak memberi kabar dan tak bisa dihubungi sedari-tadi. Tapi saat suara anak itu terdengar, Yasha reflek menghentikan langkahnya.

"Halo, Bang Sean. Maaf, Saku lupa ngabarin Bang Sean sama yang lain. Saku gapapa kok, Saku cuma pulang ke rumah, kangen sama Mama Papa."

Kening Yasha berkerut dalam, yang ia tangkap saat ini adalah Saku sedang berteleponan dengan Sean. Tapi hal yang anak itu katakan sungguh membuat Yasha bingung. Kenapa Saku berbohong?

"Ehm ... Udah ya, Bang. Saku dipanggil Mama. Oh ya, kemungkinan besok baru balik kos."

Yasha menggelengkan kepala, ia melanjutkan langkahnya saat Saku baru saja menutup teleponnya. Tak lama, Saku juga menyadari keberadaannya. Terlihat sekali jika anak itu terkejut akan kehadirannya.

"Kenapa bohong?" tanya Yasha menatap Saku penuh arti. Pandangannya melirik ke belakang Saku yang terdapat sebuah bangunan cukup besar dengan tulisan besar yang terpampang jelas di sana.

"Kenapa bilang ada di rumah padahal lo ada di depan RSJ?" Yasha menatap Saku penuh tanda tanya.

"Bang, gue ..." Saku menggigit bibir bawahnya. Ia jelas berusaha menghindari tatapan Yasha. "Gue ... boleh nggak kalau jangan bahas dulu?" tanyanya kemudian, lebih ke memohon.

Yasha mengamati Saku. Mata anak itu sembab, membuat Yasha menghela napasnya, mau tak mau menganggukkan kepala. Ia tak tega jika harus menanyai Saku lebih lagi, mungkin anak itu butuh waktu.

"Yaudah, kalau udah siap cerita aja, jangan dipendem, nggak baik," tuturnya. Yasha tersenyum tipis dan menepuk-nepuk kepala Saku dengan lembut. "Bocil-bocil sekarang dah punya masalah sendiri aja!" kekehnya, mencoba menyairkan suasana.

"Ya Bang Yasha kira anak kecil juga nggak punya masalah? Nggak bisa beli mainan yang dimau juga masalah buat anak kecil," gumam Saku lirih. Ia tak mau menanggapi banyak, tapi ia juga tak tahan untuk mengeluarkan protesan-nya.

Yasha dibuat terkekeh. "Iya iya," ucapnya kemudian. "Motor lo mana?" tanyanya, ia celingukan, mencari keberadaan motor Saku.

Saku sendiri jadi menyengir, menampilkan deretan gigi putihnya. "Masuk bengkel, tadi nggak sengaja jatuh pas hujan," jelasnya yang membuat Yasha membelalakkan mata.

"Jatuh dari motor?! Mana yang sakit?! Kok bisa?!" panik Yasha, ia sampai memutar-mutar tubuh Saku, memeriksanya dengan teliti, kali saja ada yang luka.

"Bang, gue cuma jatuh aja karena jalanan licin, bukan ketabrak mobil!"

"Lambemu!" ucap Yasha yang reflek memukul mulut Saku yang asal bicara itu. Saku sendiri meringis dibuatnya.

Yasha kembali memeriksa keaadaan Saku. Ia baru menyadari bahwa lengan kemeja panjang yang dipakai Saku sedikit robek di bagian sikunya, dan ya di sana terdapat luka. Selain itu juga ada luka goresan di kedua telapak tangan Saku, sepertinya terkena aspal.

"Luka-luka gini, Anjir! Sini ikut gue!" ajak Yasha.

Saku menahan kakinya ditempat dan menarik tangannya, membuat langkah Yasha terhenti. "Mau kemana?" tanya Saku bingung.

Ekspresi Yasha sudah tak enak, menatap Saku dengan kedua alis yang menyatu. "Ngobatin lo lah! Infeksi nanti kalau nggak diobatin."

"Kok kayak lo mau bawa gue ke RSJ?" tanya Saku lagi dengan kening mengerut. Pasalnya, Yasha seperti akan menariknya masuk ke halaman Rumah Sakit Jiwa yang ada di sebelah mereka.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang