15. RUANG RAWAT SEAN (2)

209 36 91
                                    

Siang hari itu, semua penghuni Wish's Home berkumpul di ruang rawat Sean. Dean, Rey, dan Saku baru tiba satu jam lalu setelah menyelesaikan kelas mereka. Sementara Reza dan Yasha memilih untuk tidak datang kelas alias bolos, padahal Sean sudah mengomel agar mereka berdua tetap berangkat kelas, tapi justru Si Kembar itu yang balik mengomeli Sean, membuat Sean hanya pasrah saja. Terserah mereka sudah.

Saat ini, Sean sedang duduk di sofa dengan mulut yang sibuk mengunyah apel. Di sampingnya ada Rey yang sedari tadi tak mau jauh darinya, bahkan Sean ke kamar mandi pun Rey merengek ingin ikut, katanya, "Gimana kalau Bang Sean kepereset? Kalau bang Sean tiba-tiba pusing terus jatuh gimana?! Nggak, pokoknya Rey mau ngikutin bang Sean kemanapun!" Yang lain pun sampai pusing membujuknya.

Sementara itu, Dean yang juga duduk di sofa, sibuk mengupas apel dengan telaten dan mengumpulkannya di piring, meskipun ujung-ujungnya apel itu tidak juga terkumpul karena dimakan oleh Sean.

"Bang, lo belum pernah makan apel apa?" tanya Dean heran, ia terkejut karena piring apelnya kosong, padahal semua apel sudah ia kupas. Ia bahkan baru makan sepotong.

Sean menoleh, ikut terkejut. "Loh, udah habis? Perasaan gue makan dikit deh," ucap Sean yang membuat Dean menatapnya penuh arti, alias ingin sekali memaki. Untung saja itu Sean dan abangnya itu sedang sakit, jika itu Reza atau Yasha sudah ia omeli sedari tadi.

"Biarin aja sih, Bang Yan! Bang Sean kan lagi sakit," sahut Rey yang sedang memijati bahu Sean.

"Ya siapa juga yang ngelarang?" tanya Dean santai, meskipun agak kesal dengan Rey. Ia jadi memasukkan anggur ke mulutnya, meredakan kekesalannya.

Sean sendiri hanya tertawa, tak merasa bersalah. Ia justru menyuruh Dean untuk mengupaskan jeruk, membuat Dean semakin kesal tapi tetap saja ia menuruti Sean. Sepertinya mode jail Sean sedang aktif.

Meninggalkan tiga orang itu, Reza dan Saku sedang bersantai di atas ranjang yang seharusnya digunakan oleh Sean sebagai pasien. Saku terus mengomel, menceritakan kekesalannya saat praktikum tadi, sementara Reza sudah hampir tertidur.

"Itu asprak emang nggak jelas banget sumpah! Dia yang ngasih format dia juga yang nyalahin. Padahal kita udah ngikutin format yang dari dia, eh, dengan seenaknya dia bilang kalau salah ngasih format, terus kita disuruh revisi bab 4. Bayangin, Bang Ja! Revisi bab 4! Hasil dan pembahasan! Disuruh revisi, ganti semua! Gila kali! Tau gitu gue nggak usah ngerjain laprak sekalian!"

Reza hanya menanggapi dengan gumaman kecil, ia sudah memenamkan mata, siap untuk memasuki alam mimpi. Tapi guncangan dari Saku membuat matanya terbuka, agak terkejut.

"Lo dengerin gue nggak sih, Bang?!" kesal Saku, pipinya sudah menggembung, terlihat sangat kesal.

Reza berdecak kesal, "Ngomel aja ke asprak lo itu, jangan ke gue! Gue ngantuk, kemarin nggak bisa tidur, jadi tolong banget ya Sakuntala, gue mau tidur nyenyak!" Setelah itu ia mengubah posisinya menjadi miring, membelakangi Saku dan kembali memejamkan mata.

"Lo pikir lo doang yang nggak bisa tidur?! Gue juga ya gegara lo nggak bisa diem, ngomel terus kek emak-emak!" sahut Yasha yang tiduran di lantai, beralaskan tikar bawaan Reza kemarin.

Yasha tidak berbohong, ia tidak bisa tidur karena mendengar omelan Reza yang panjangnya seperti rel kereta api. Sedangkan Reza sendiri tidak bisa tidur karena ia terus saja mendengar suara cekikikan dari sosok anak kecil yang menghampirinya kemarin. Awalnya ia takut, tapi lama kelamaan ia jadi kesal sendiri, dan berakhirnya ia mengomeli sosok anak kecil itu.

"Ya salahin si secil itu! Cekikikan nggak tahu waktu! Anak kecil harusnya tidur jam segitu!" Meskipun matanya terpejam, Reza masih sempat membalas perkataan Yasha.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang