29. SEAN BERUBAH?

217 32 42
                                    

Para penghuni Wish's Home saat ini tengah berkumpul di ruang tengah. Hanya berlima, karena satu personil mereka entah ke mana dan itu yang menjadi pembahasan kali ini.

"Bang Sean kenapa ya?" tanya Rey, mencicit dalam tunduknya. Anak itu memainkan ujung baju dengan wajah tertekuk tak bertenaga.

"Masa gue tadi nyapa Bang Sean tapi dicuekin coba," adu Saku yang jadi mencuatkan bibirnya, kepalanya bersandar di bahu Dean yang duduk di sampingnya.

"Gue rasa beneran ada yang nggak beres sama pesta si Sea tadi malem," ungkap Yasha yang diangguki oleh mereka semua.

"Pasti ada masalah sih, Bang Sean sampai kacau gitu," tambah Dean, ia menghela napasnya, mengingat bagaimana saat ia tak sengaja berpapasan dengan Sean tadi pagi.

"Dah kek mayat idup." Reza ikut menyaut.

Memang, tadi sebelum Sean pergi, keadaan pemuda itu sempat mengejutkan semua orang. Mata sembab, bibir pucat, bahkan penampilannya tak serapi biasanya, hanya ala kadarnya saja.

Yang paling membuat terkejut, perubahan sikap Sean. Tidak ada lagi senyuman yang terukir di bibir indah itu, tidak ada lagi tatapan hangat yang ditujukan kepada adik-adiknya, tidak ada lagi sapaan atau sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Benar-benar seperti orang lain.

"Kita tanya aja nggak sih? Pelan-pelan gitu ..." cicit Rey yang disetujui oleh Saku.

Namun, Yasha segera menepisnya. "Nanya gimana? Sampai sekarang Bang Sean belum pulang, chat kita dari semalam nggak ada yang dibales, bahkan nggak dibaca samsek keknya."

"Iya sih ..." lirih Rey dan Saku.

"Apa kita tanya ke mbak Sena aja? Kali aja mbak Sena kemarin ikut Bang Sean ke pesta Sea," usul Dean yang sudah siap menghubungi Sena. Namun, lagi-lagi Yasha menahannya dengan gelengan kepala.

"Udah gue tanyain tadi, mbak Sena kemarin nggak jadi ikut soalnya ada rapat. Chat mbak Sena juga nggak dibales sama bang Sean."

Semua jadi terdiam setelah mendengar penjelasan Yasha. Hal ini benar-benar pertama kalinya bagi mereka, Sean yang tiba-tiba berubah membuat mereka jadi menebak-nebak apa yang terjadi dengan abang tertuanya itu. Yang pasti, bukan hal yang baik.

Di tengah keheningan, ponsel Rey tiba-tiba berbunyi, membuat perhatian semua orang langsung tertuju ke arahnya.

"Bentar, Bang." Rey segera menjauh setelah memeriksa siapa yang meneleponnya, wajahnya terlihat panik tapi berusaha ia tutupi.

"Halo? Maaf, tapi nggak bisa. Maaf banget, aku lagi ada masalah di kos. Beneran nggak bisa! Aku pesenin ojek aja. Maaf."

Setelah memutuskan sambungan teleponnya, anak itu segera kembali bergabung bersama yang lain. Rey agak gugup saat yang lain menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Siapa, Rey?" tanya Reza.

"Ah, bukan siapa-siapa. Cuma orang iseng," jawab Rey agak gelagapan.

Meskipun terdapat kecuringaan terhadap anak itu, tapi yang lain memutuskan untuk mengabaikannya sejenak. Karena mereka sedang mempunyai masalah lain yang harus mereka selesaikan. Sean.

"Kita tunggu bang Sean pulang aja. Nanti kita tanyain baik-baik," final Reza yang langsung disetujui oleh yang lain.

***

"Se! Sean! OCEAN!" Sena berhasil menahan tangan Sean, sebelum lelaki itu melajukan motornya. "Lo dipanggilin dari tadi kagak nyaut! Kenapa sih?!" kesal Sena.

Sean hanya menatap Sena dengan datar. "Sorry," ucapnya sembari menurunkan tangan Sena dan tanpa kata langsung melajukan motornya.

Sena terdiam sejenak, melongo begitu saja mengikuti kepergian Sean. Sedetik kemudian gadis itu baru tersadar, ia langsung membelalakkan mata. "SEAN, KOK GUE DITINGGAL?!" pekiknya yang jelas tak didengar oleh Sean, karena pemuda itu sudah jauh di depan sana.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang