20. WISH'S HOME SORE ITU

291 44 19
                                    

Yasha dan Reyhan. Dua orang itu kini berada di dapur dan hanya saling diam. Yasha yang sibuk memasak mie, sedangkan Rey hanya duduk di meja makan sambil memakan bakso yang tadi sempat ia beli. Sesekali Rey melirik Yasha, tapi saat Yasha balik menatapnya, ia akan segera menghindar dan kembali sibuk memakan baksonya.

Yasha sendiri belum mau membuka suara setelah pertemuannya dengan Rey di jalan tadi. Padahal mereka kembali bertemu di toko tanaman, tapi mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Yasha yang membantu Hana memilih tanaman yang cocok untuk praktikum gadis itu, serta Rey yang sibuk berkeliling dengan gadis yang Yasha ketahui dari Hana bernama Raya.

Hana, Rey, dan Raya sempat berbincang sejenak tadi. Karena seperti yang telah Rey katakan, Hana merupakan asisten praktikumnya. Saat ketiganya berbincang, Yasha memilih menjauh dan berlagak melihat-lihat tanaman. Meskipun ia tahu bahwa Rey terus mencuri pandang ke arahnya.

Sampai sekarang pun, saat Yasha duduk di hadapan Rey dan memakan mie-nya. Anak itu masih mencuri pandang ke arahnya. Sampai Yasha lelah sendiri.

"Kenapa? Kalau mau ngomong ya tinggal ngomong aja, nggak usah lirak-lirik dari tadi. Tau kok kalau gue ganteng," cibir Yasha kemudian, ia sudah tak tahan.

Rey mencebik kesal, tapi ia hanya bisa mencibir dalam hati. Karena ada yang lebih penting sekarang. "Bang, tadi itu nggak seperti yang lo liat," ucapnya lirih. Ia bahkan menundukkan kepala dan mengaduk-ngaduk baksonya yang tinggal sedikit.

Yasha menatap Rey dengan mulut yang sibuk mengunyah. Ia hanya mengangguk-angguk saja. Setelah menelan makanannya, Yasha baru bersuara. "Ya kalau emang kalian pacaran juga kenapa? Itu hak kalian sih," ucapnya santai. Ia kembali memasukkan sesuap mie ke dalam mulutnya.

Rey sendiri jadi menatap Yasha, kini ia bisa lebih santai berhadapan dengan Yasha setelah mendengar tanggapan positif dari abangnya itu. Jujur saja, ia takut mendapat tanggapan yang negatif, karena ini pertama kalinya ia dekat dengan lawan jenis.

"Lo nggak marah, Bang?" tanya Rey, agak ragu.

Mulut Yasha masih mengunyah, ia mengangkat sebelah alisnya, menatap Rey dengan heran. "Ngapain gue marah? Lo udah gede, Cil. Kalau lo hamilin cewek baru gue hajar lo sampai mampus."

Mendengar itu Rey reflek mengumpat. "Mulut lo emang perlu dikasih saringan deh, Bang!" cibir Rey kesal, ia jadi memasukkan sesuap bakso dengan kasar ke mulutnya.

"Gue sih nggak masalah ya. Tapi gatau yang lain gimana." Ucapan Yasha itu membuat Rey menghentikan acara makan baksonya, ia terdiam, kembali kepikiran.

Melihat perubahan eskpresi Rey, Yasha jadi terkekeh sendiri. "Bercanda. Mereka pasti nggak akan masalah kok." Yasha meneguk minumnya sejenak. "Kita emang tinggal seatap, udah kayak keluarga. Tapi kita tahu batasan juga, Cil. Lo bisa ngelakuin apapun kemauan lo, nggak perlu takut sama yang lain, asalkan nggak ngelewati batas sih."

Rey mengangguk, mengerti. Anak itu kemudian tersenyum. "Makasih, Bang Yas!" ucapnya tulus. Yasha hanya bergumam kecil saja, ia berdiri dan mencuci piring bekas mie-nya.

"Tapi, Bang Yas. Jangan bilang sama abang-abang yang lain dulu ya. Gue masih belum siap ..." ucap Rey lirih.

Yasha yang selesai mencuci piringnya jadi kembali duduk di hadapan Rey. "Kenapa?" tanyanya penasaran. Ia kira omongannya tadi sudah dimengerti oleh Rey, tapi anak itu masih belum mau jujur ke yang lain.

"Sebenernya gue sama Raya masih backstreet, Bang. Nggak ada yang tahu, sekarang cuma lo aja yang tahu. Raya juga belum siap katanya," jelas Rey.

"Ralat, Hana juga tahu," tambah Yasha yang membuat mata Rey melebar.

"Loh, Kak Hana tahu?! Kok bisa?!" pekiknya panik.

"Si Bocil! Ya lo mesra-mesraan di jalan, anak TK juga tahu kalau kalian pacaran!" gemas Yasha. Ia sampai meremat udara saking gemasnya.

Wish's Home 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang