"Ini masuk honorifik¹ apa? Cheongjanophibeob, juchenophimbeob, atau gaekchenophimbeon?"
"Hah? Pakek istilah Indo aja dah! Gangerti gue!"
"Heh, ini munbob loh! Lo udah ambil kan di semester dua?"
"Ya emang udah. Tapi kalau lo pakek istilah korea-nya mah gue jelas lupa."
"Ck! Yaudah deh. Ini loh masuk honorifik mitra tutur, pengisi fungsi subjek, apa pengisi fungsi objek?"
Dua orang mahasiswi yang sibuk berdebat itu sama sekali tak mengganggu Yasha yang sibuk berkutat dengan laptopnya. Siang ini seharusnya ia ada kelas, tapi dosen tiba-tiba tidak hadir karena suatu alasan. Akhirnya sebagian dari penghuni kelas ini memutuskan untuk tetap di kelas guna melanjutkan tugas kelompok yang belum selesai.
"Yas, bantu dong! Dari tadi sibuk sendiri lo, ngapain sih?!" tegur salah satu anggota kelompok Yasha, Karina namanya, gadis berambut panjang yang selalu digerai itu menatap Yasha dengan jengkel.
"Tau tuh!" sahut Reina, gadis yang saat ini juga tengah berkutat dengan laptopnya.
Yasha menatap datar kedua anggota kelompoknya itu. "Sekarang gue tanya, yang nontonin drama-nya sambil nyatetin scenario-nya sampai episode terakhir siapa?" tanyanya.
Dua mahasiswi itu mencebik kesal. "Kita juga ikut nonton drakornya kali!" ucap Karina yang mendapat anggukan dari Reina.
Mendengar itu Yasha terkekeh sinis. "Iya, kalian kan bagian ketawa-ketiwi terus baper, nangis sampai sesenggukan. Scenario-nya numpang lewat aja," sindirnya, sudah tidak tahan.
Pasalnya meskipun tugas sudah dibagi, drama korea dengan duabelas episode, per anak mendapat empat episode untuk mencatat scenario-nya. Namun, dua orang itu hanya membuat setengah dari satu episodenya saja, sisanya mereka asik sendiri. Dengan terpaksa, Yasha yang harus menyelesaikan scenario dari semua episode itu. Sekarang hanya tinggal menganalisis apa ia harus turun tangan juga?
"Iya, iya! Nggak ikhlas amat sama kelompok sendiri," cibir Reina.
"Kita lemah sama munbob, Yas," aku Karina dengan wajah yang sudah memelas. Memang, hangug munbob atau tata bahasa korea adalah musuh terbesar mereka. "Lo kan jago, Yas," lanjutnya.
Yasha berdecak. "Kerjain sebisa kalian, kalau udah kirim gue, nanti malam gue yang nyusun makalahnya sekalian gue koreksi." Setelah mengatakan itu Yasha memasukkan laptopnya ke dalam tas dan berdiri sambil menyampirkan tasnya di pundak kanan.
"Gue cabut dulu, ada urusan," pamitnya sebelum keluar dari kelas. Ia mengeluarkan ponsel dan mengirimkan pesan kepada seseorang. Setelah itu ia bergegas menuju motornya di parkiran fakultas dan segera melajukannya ke tempat tujuan.
Hanya butuh melewati tiga gedung saja, ia sudah sampai di tempat tujuan. Alih-alih turun dari motor, ia hanya duduk di sana sambil memandang ke arah tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai dua, seperti sedang menunggu seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish's Home 2.0
FanfictionNew Era, dimana semua penghuni Wish's Home berada di dunia perkuliahan. Baik dalam segi pertemanan, pembelajaran, dan percintaan (?) Baiklah-Wish's Home bukan lagi tentang harapan yang diusahakan menjadi kenyataan, tapi apakah kenyataan akan mendata...