Rey menghela napas lelah. Ia baru saja menyelesaikan kelasnya dan harus langsung pergi ke labolatorium untuk melaksanakan praktikum. Lelah sekali, rasanya ia ingin ikut Reza dan Sean yang tadi tidak berangkat ke kampus karena sakit. Tapi kalau seperti itu sama saja ia harus mengikuti praktikum pengganti, yang ada tambah ribet.
Sesampainya di depan labolatorium, ponsel Rey bergetar. Dengan malas ia melihat siapa yang menghubunginya, tapi saat melihat sebuah nama di sana, senyumannya jadi mengembang. Segera, ia menggeser tombol hijau di sana.
"Halo, Aya. Kenapa?" Suaranya melembut dengan wajah yang berseri-seri, menandakan bahwa ia sedang bahagia, kontras sekali dengan ekspresinya tadi.
"Rey, udah mau praktikum?" tanya gadis di seberang sana.
Rey menggeleng, meskipun tahu bahwa gadis itu tak bisa melihatnya. "Belum, Ay. Kenapa? Mau aku jemput dulu di kos? Aya mau kelas kan abis ini?"
"Hehe, iya ... Gapapa kan?"
"Ya gapapa dong! Yaudah aku on the way ke sana ya." Setelah mengatakan itu dan Raya meng-iya-kan, Rey segera mematikan sambungan teleponnya.
"Masih kurang sepuluh menit, nyukup kali ya?" gumamnya yang jadi memutar balikkan langkahnya menuju ke parkiran lagi.
Ia segera menaiki motornya dan melajukan dengan kecepatan penuh menuju ke tempat tujuannya, yaitu kos Raya. Ia tak menyadari bahwa tindakannya sedari tadi tak lepas dari pandangan Saku yang berada di lantai tiga.
Kernyitan di dahi anak itu jelas terpampang. "Bukannya Rey ada jadwal praktikum ya bentar lagi? Kok malah pergi? Mau kemana tuh anak?" gumam Saku bertanya-tanya.
Ia jadi penasaran kemana perginya Rey, masalahnya akhir-akhir ini Rey terlihat sangat sibuk. Bahkan yang biasanya Rey akan bersamanya di kantin untuk menunggu kelas selanjutnya pun sudah sangat jarang atau bahkan sudah tak pernah lagi.
"Sa, sini deh!" Saku menoleh kesal ke arah temannya yang melongokkan kepada di pintu laboratorium.
"Apa lagi, Njir?! Gue mau balik fakultas!" omelnya, karena memang sedari tadi temannya itu terus memanggilnya, membuatnya kesal bukan main.
"Ck, marah-marah mulu lo, Sa. Itu tempenya udah mateng belum sih?"
"Ya belumlah, Anjir! Kan baru kemarin difermentasi, jan ngadi-ngadi deh!" Setelah mengatakan itu, Saku dengan segera berlari menuruni tangga, tak mengidahkan temannya yang terus memanggilnya. Biarlah, Saku sudah lelah.
Saat tengah memakai helm, ponsel di sakunya tiba-tiba bergetar, menandakan bahwa ada pesan yang masuk. Dengan mulut yang sedikit mengomel, ia memeriksa ponselnya. Kerutan di keningnya tercetak, karena pesan itu dari nomor yang tak di kenal.
————
Unknow
Si Reyhan kemana ngab?
Sorry? Siapa?
Lah njir nggak nyimpen no gw lo?
Jahad bgt🥺Siapa sih, Nying?!
Gue blok juga lo yaEnak aja main blok
Ini gw ThorikDua bulan?
Sat!
Thorik temen kelas Rey
Gw kelompok ospek lo juga nyingO
Napa?
Mau utang lo? I'm brokeHah?
Broken home lo?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish's Home 2.0
FanfictionNew Era, dimana semua penghuni Wish's Home berada di dunia perkuliahan. Baik dalam segi pertemanan, pembelajaran, dan percintaan (?) Baiklah-Wish's Home bukan lagi tentang harapan yang diusahakan menjadi kenyataan, tapi apakah kenyataan akan mendata...